SIGI – Warga Kabupaten Sigi meminta prioritas putra daerah untuk diterima menjadi anggota Polri. Anggota polisi yang merupakan putra daerah, dianggap mampu meredam potensi-potensi konflik warga, melalui pendekatan kultural.
Kunjungan kerja Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana ke Kabupaten Sigi, Jumat (11/1) dimanfaatkan sejumlah perwakilan warga yang berasal dari beberapa kecamatan di Sigi, untuk menyampaikan keluhan terkait kondisi keamanan di Kabupaten Sigi. Termasuk meminta pihak kepolisian, mengakomodir pemuda-pemuda di Kabupaten Sigi untuk mendapat prioritas menjadi anggota polisi.
“Putra-putra kami yang mau masuk polisi, banyak yang ingin masuk jadi polisi. Tapi karena rumitnya birokrasi penerimaan anggota polisi, sehingga menyurutkan niat mereka,” ujar seorang warga dihadapan Kapolda Sulteng, bersama sejumlah pejabat Pemkab Sigi, DPRD Sigi dan DPRD Provinsi, di gedung Ampera, Sigi.
Warga juga meminta, kepada Kapolda, agar menindak tegas oknum-oknum yang ‘bermain’ atau menjadi calo saat penerimaan anggota polisi, dengan menjanjikan kelulusan, asalkan menyerahkan sejumlah uang. Hal itu, membuat sebagian pemuda di Kabupaten Sigi merasa tidak bisa bersaing menjadi anggota polisi, jika uang yang mereka miliki tidak mencukupi permintaan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
“Harusnya ditindak tegas yang begitu (calo), agar anak-anak kami yang mau jadi polisi bisa percaya diri, dan tidak berpikiran ada sogok-menyogok dalam penerimaan,” kata Gintu, warga Desa Jono Oge.
Anggota polisi, yang merupakan putra daerah, dinilai mampu mengakomodir keinginan warga dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan, dengan cara kedekatan kesukuan. “Polisi yang sama bahasanya dengan masyarakat di sini, pasti akan mampu berkomunikasi dengan baik jika ada masalah melalui bahasa daerah sini juga,” ucap warga.
Menanggapi aspirasi warga, Kapolda Sulteng mengatakan, bahwa dirinya telah lama menyampaikan kepada Mabes Polri, untuk memprioritaskan putra daerah dapat masuk menjadi anggota Polri. Salah satu caranya, meminta agar khusus Sulteng, standar penilaian tes yang diberikan bukan standar nasional. “Namun itu masih dibahas lagi. Karena ternyata bukan hanya Sulteng, tapi daerah lain juga inginkan hal yang sama,” sebutnya.
Kapolda juga kembali meyakinkan warga, dalam penerimaan anggota Polri sama sekali tidak dipungut biaya. Dia meminta, jika ada warga yang merasa dimintai uang agar segera melaporkan oknum tersebut, langsung kepada dirinya. Selain itu, para pemuda yang berniat masuk sebagai anggota polisi, diimbau untuk mempersiapkan diri jauh hari sebelum penerimaan. “Tentunya harus berlatih, bukan nanti sehari sebelum pendaftaran. Siapkan diri dari jauh-jauh hari, agar bisa mengikuti semua tes yang ada,” tandas Dewa Parsana.
Terkait maraknya konflik di Kabupaten Sigi, manta Wakapolda ini, meminta masyarakat untuk tidak mudah diadu domba atau terprovokasi dengan isu-isu yang tidak dapat dipercaya. Saat terjadi permasalahan di tengah-tengah masyarakat, masyarakat diharap mampu menyelesaikan dengan cara-cara musyawarah, di tingkat desa maupun kecamatan.
“Sudah ada pola yang selama ini kami tawarkan, yakni melalui Forum Bankamdes. Masyarakat tinggal mengaplikasikan pola tersebut. Dan saya yakinkan bahwa konflik diantara kita tidak akan terjadi,” terang Kapolda.
Senada dengan Kapolda, Wakil Bupati (Wabup) Sigi, Livingstone Sango, meminta masyarakat memegang teguh kebersamaan dan saling menghargai satu sama lain guna menghindari perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Serta tetap memegang teguh semboyan Kabupaten Sigi, Belo Rapovia Belo Rakava. “Tujuan kita membentuk Kabupaten Sigi, bukan untuk ribut-ribut (bentrok), tapi untuk menjadikan daerah ini menjadi lebih baik lagi,” tandas Wabup. (agg)
Kunjungan kerja Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana ke Kabupaten Sigi, Jumat (11/1) dimanfaatkan sejumlah perwakilan warga yang berasal dari beberapa kecamatan di Sigi, untuk menyampaikan keluhan terkait kondisi keamanan di Kabupaten Sigi. Termasuk meminta pihak kepolisian, mengakomodir pemuda-pemuda di Kabupaten Sigi untuk mendapat prioritas menjadi anggota polisi.
“Putra-putra kami yang mau masuk polisi, banyak yang ingin masuk jadi polisi. Tapi karena rumitnya birokrasi penerimaan anggota polisi, sehingga menyurutkan niat mereka,” ujar seorang warga dihadapan Kapolda Sulteng, bersama sejumlah pejabat Pemkab Sigi, DPRD Sigi dan DPRD Provinsi, di gedung Ampera, Sigi.
Warga juga meminta, kepada Kapolda, agar menindak tegas oknum-oknum yang ‘bermain’ atau menjadi calo saat penerimaan anggota polisi, dengan menjanjikan kelulusan, asalkan menyerahkan sejumlah uang. Hal itu, membuat sebagian pemuda di Kabupaten Sigi merasa tidak bisa bersaing menjadi anggota polisi, jika uang yang mereka miliki tidak mencukupi permintaan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
“Harusnya ditindak tegas yang begitu (calo), agar anak-anak kami yang mau jadi polisi bisa percaya diri, dan tidak berpikiran ada sogok-menyogok dalam penerimaan,” kata Gintu, warga Desa Jono Oge.
Anggota polisi, yang merupakan putra daerah, dinilai mampu mengakomodir keinginan warga dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan, dengan cara kedekatan kesukuan. “Polisi yang sama bahasanya dengan masyarakat di sini, pasti akan mampu berkomunikasi dengan baik jika ada masalah melalui bahasa daerah sini juga,” ucap warga.
Menanggapi aspirasi warga, Kapolda Sulteng mengatakan, bahwa dirinya telah lama menyampaikan kepada Mabes Polri, untuk memprioritaskan putra daerah dapat masuk menjadi anggota Polri. Salah satu caranya, meminta agar khusus Sulteng, standar penilaian tes yang diberikan bukan standar nasional. “Namun itu masih dibahas lagi. Karena ternyata bukan hanya Sulteng, tapi daerah lain juga inginkan hal yang sama,” sebutnya.
Kapolda juga kembali meyakinkan warga, dalam penerimaan anggota Polri sama sekali tidak dipungut biaya. Dia meminta, jika ada warga yang merasa dimintai uang agar segera melaporkan oknum tersebut, langsung kepada dirinya. Selain itu, para pemuda yang berniat masuk sebagai anggota polisi, diimbau untuk mempersiapkan diri jauh hari sebelum penerimaan. “Tentunya harus berlatih, bukan nanti sehari sebelum pendaftaran. Siapkan diri dari jauh-jauh hari, agar bisa mengikuti semua tes yang ada,” tandas Dewa Parsana.
Terkait maraknya konflik di Kabupaten Sigi, manta Wakapolda ini, meminta masyarakat untuk tidak mudah diadu domba atau terprovokasi dengan isu-isu yang tidak dapat dipercaya. Saat terjadi permasalahan di tengah-tengah masyarakat, masyarakat diharap mampu menyelesaikan dengan cara-cara musyawarah, di tingkat desa maupun kecamatan.
“Sudah ada pola yang selama ini kami tawarkan, yakni melalui Forum Bankamdes. Masyarakat tinggal mengaplikasikan pola tersebut. Dan saya yakinkan bahwa konflik diantara kita tidak akan terjadi,” terang Kapolda.
Senada dengan Kapolda, Wakil Bupati (Wabup) Sigi, Livingstone Sango, meminta masyarakat memegang teguh kebersamaan dan saling menghargai satu sama lain guna menghindari perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Serta tetap memegang teguh semboyan Kabupaten Sigi, Belo Rapovia Belo Rakava. “Tujuan kita membentuk Kabupaten Sigi, bukan untuk ribut-ribut (bentrok), tapi untuk menjadikan daerah ini menjadi lebih baik lagi,” tandas Wabup. (agg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warkop 88 Dilempari Bom Molotov
Redaktur : Tim Redaksi