Rektor IPB Bangga Mentan Amran Paling Berani Lawan Mafia

Kamis, 24 Januari 2019 – 15:05 WIB
Mentan Andi Amran Sulaiman. (Foto: Dok JPNN.com)

jpnn.com, BOGOR - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satri memberikan apresiasi terhadap upaya dan program prioritas Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam pemberantasan mafia pangan.

"Pak Menteri Amran ini saya yakin menteri yang paling berani melawan mafia pangan. Tepuk tangan untuk beliau. Dulu dua bulan sebelum diumumkan yang siapa bakal menjadi Menteri Pertanian, saya termasuk yang prediksi Pak Amran yang jadi menterinya. Pak Menteri Amran ini pun selalu hadir diundang IPB," ujar Arif dalam Seminar Nasional Ketahanan Pangan dan Launching IPB SDGs Network di Kampus IPB, Kamis (24/1).

BACA JUGA: Indonesia Bisa Jadi Negara dengan Angka Inflasi Pangan Terendah di Dunia

Hadir pada kegiatan tersebut Mentan Andi Amran Sulaiman, Rektor Universitas Hasanuddin, Rektor Universitas Padjajaran, Rektor Universitas Bengkulu, Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Rektor Universitas Majalengka.

Kemudian Rektor Universitas Juanda, Rektor Universitas Pakuan, (Mantan) Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Koordinator IPB SDGs Network, Bayu Krisnamurthi, Ketu Umum Himpunan Alumni IPB, dan para pejabat lingkup IPB.

BACA JUGA: Kementan Tetapkan 7 Calon Varietas Unggul Padi Tipe Khusus

Arif menjelaskan dalam menyikapi isu-isu strategis untuk mewujudkan kedaulatan pangan, saat ini IPB ini sedang membangun sistem tentang revolusi industri 4.0, sehingga mafia pangan tidak ada lagi. Yakni Agromaritim 4.0 guna menjawab kebutuhan pangan saat ini dan yang akan datang.

"Revolusi industri 4.0 sudah menjadi sebuah keniscayaan, mau tidak mau, suka tidak suka harus dilakukan. Sekarang eranya jadi premium menjadi freemium, jadi semuanya dengan kemajuan teknologi menjadi cepat dan murah," jelasnya.

BACA JUGA: Kementan Wacanakan Kebijakan Wajib Tanam Kedelai untuk Importir

Menurut Arif Satri, penekanan revolusi industri 4.0 di bidang pertanian yakni teknologi dan inovasi pertanian yang harus serba tepat, seperti pemupukan, menggunakan alat-alat yang cerdas, penggunaan bibit unggul dan menciptakan agro logistik.

Dulu orang berpikir bahwa hulu, hilir, produsen, prosesing, kemudian perdagangan melekat ke konsumen. Namun demikian, sekarang sudah menggunakan web sehingga informasi menjadi simetris dan tidak lagi asimetris.

"Jadi, petani bisa mengontrol industri, sehingga tercipta saling mengontrol dan akhirnyan transparan. Sistem ini sedang dikembangkan tentang revolusi industri 4.0, sehingga mafia pangan tidak ada lagi," ujarnya.

"Nanti tugas Menteri Pertanian akan lebih ringan, tidak lagi berhadap langsung dengan mafia pangan. Inilah gambaran bahwa teknologi pertanian sedang dikembangkan," sambung Arif.

Sementara itu, Mentan yang hadir menjadi Keynote Speech mengapresiasi bahwa IPB selalu mendukung kebijakan dan program Kementan, sehingga tidak pernah mengganggu jalannya program.

Lebih lanjut Amran membeberkan capaian kebijakan pangan selama empat tahun pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini di antaranya terlihat dari data BPS, lompatan inflasi pangan di tahun 2014 sebesar 10,57 persen menjadi 1,26 persen di tahun 2017.

"Ini lompatan yang luar biasa, bisa dikatakam terbesar sepanjang sejarah indonesia. Melompati 12 negara besar seperti Jerman dan China dilompati," bebernya.

Capaian berikut, sambung Amran, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian meningkat 47,2 persen dari Rp 994,8 triliun pada 2013 menjadi Rp 1.463,9 triliun pada 2018. Ini pun merupakan lompatan kinerja pangan yang luar biasa.

"Data PDB pertanian ini sudah divalidasi oleh BPS. Jadi dari dua lompatan ini saja yakni penurunan inflasi dan kenaikan PDB, empat pemerintahan Jokowi-JK menggembirakan. Dan lompatan ini tidak terlepas dari IPB dan perguruan tinggi lainnya. Ini adalah kinerja dari kerja kita bersama. IPB mensupport teknologi baru," ucap Amran.

Oleh karenanya, Amran pun mengapresiasi gebrakan Rektor IPB yang selalu mencetak teknologi baru. Pasalnya hal ini sejalan dengan mimpi Kementan yaitu mentransformasi pertanian tradisional menjadi modern.

"Mimpi besar kita, Insya Allah di tahun 2045, Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," pungkasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan: Impor 731 Ribu Ton Jagung 2018 untuk Industri, Bukan untuk Pakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler