Rektor IPB: Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Lebih Tinggi Dibanding Ethiopia, Filipina dan Pakistan

Sabtu, 20 Februari 2021 – 19:03 WIB
Rektor IPB Arif Satria. Foto: Humas IPB

jpnn.com, BANDA ACEH - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengatakan indeks ketahanan pangan Indonesia terus mengalami peningkatan.

Mengacu data Global Food Security Index, indeks ketahanan pangan  Indonesia pada 2014-2019 mengalami kenaikan dan terus membaik, sehingga lebih tinggi dari Ethiopia, Filipina, Pakistan dan negara berkembang lainnya.

BACA JUGA: Ikhtiar Makmurkan Petani Melalui KUR Pertanian, Kementan Gandeng Bank Syariah Indonesia

Dia lantas membeberkan bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2014 mencapai 46,5 indeks, 2018 (54,8 indeks) dan 2019 (62,6 indeks).

"Sehingga Indonesia menduduki peringkat 62 dari 113 negara dunia atau peringkat 12 dari 23 negara Asia Pasifik," kata Arif saat memberi Kuliah Umum di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu (20/2).

BACA JUGA: Jakarta Banjir, Ferdinand Langsung Sebut Anies Takabur, Sombong, Bohong

Sebagai informasi, data GFSI 2019 menyebutkan Indonesia menempati peringkat 62, lebih tinggi dibanding Ethiopia dengan peringkat 91 (49,1 indeks), Filipina peringkat ke 64 (61 indeks) dan Pakistan peringkat 78 (56,8 indeks) dan India peringkat 72 (58,9 indeks).
 
Arif lantas menjelaskan bahwa indeks ketahanan pangan berbeda dengan indeks keberlanjutan pangan, karena keduanya memiliki indikator yang berbeda.

Indeks ketahanan pangan diukur dari 4 kelompok indikator, yakni keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, serta ketahanan sumber daya alam.

BACA JUGA: Peringatan Serius BMKG untuk Warga di 15 Provinsi, Waspada

Sementara itu Indeks keberlanjutan pangan diukur dengan tiga kelompok indikator yaitu penyusutan dan limbah pangan (food loss and waste), pertanian perkelanjutan, dan beban masalah gizi.

Kedua indeks tersebut diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU), dan indeks yang terbaru adalah berasal dari data tahun 2019 dan 2018. Artinya kedua Indeks tersebut menggambarkan situasi pada tahun tersebut.
 
Arif menyebutkan, terkait posisi Indonesia tahun 2018 yang lebih rendah dari Ethiopia, itu adalah indeks keberlanjutan pangan dan bukan indeks ketahanan pangan.

"Sementara itu berdasarkan indeks ketahanan pangan untuk tahun yang sama, posisi Indonesia lebih tinggi dari Ethiopia, Filipina, Pakistan, dan sejumlah negara berkembang lainnya," tegasnya.
 
Capaian Sektor Pertanian

Arif Satria juga mengapresiasi capaian sektor pertanian Kabinet Indonesia Maju, utamanya di masa pandemi covid 19.

Hal ini didasarkan pada fakta dan data bahwa pertanian merupakan sektor yang memberikan andil besar atau penopang perekonomian nasional.
 
Sesuai data yang dirilis BPS, sektor pertanian pada kuartal IV-2020 pun tumbuh sebesar 2,59 persen secara year on year (yoy), di mana subsektor pendukung utamanya adalah tanaman pangan sebesar 10,47 persen.

"Semoga kenaikan ini berlanjut hingga tahun 2021. Karena sektor teknis lainya anjlok maka sektor pertanian menjadi penyelamat perburukan resesi ekonomi kuartal III," ujar Arif.
 
Pihaknya menekankan keberhasilan kebijakan dan program sektor pertanian tak hanya dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, namun demikian diikuti juga dengan kinerja ekspor.

Data BPS menyebutkan kinerja ekspor pertanian tahun 2020 mengalami kenaikan 15,78 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp 390,16 triliun menjadi Rp 451,77 triliun.

"Ini artinya pemerintah beserta pemangku kepentingan, khususnya petani, mampu menjaga sektor pertanian tetap eksis dalam menyelamatkan ekonomi nasional," sebut Arif.
 
Dia kemudian menyoroti perlunya memanfaatkan momentum pandemi ini untuk memperkuat kedaulatan pangan. Kebijakan ekonomi perlu difokuskan untuk memajukan pertanian agar pangan tercukupi, lapangan kerja makin terbuka, kemiskinan menurun, dan devisa meningkat.

"Artinya Pertanian harus menjadi lokomotif ekonomi nasional dan sumber kemakmuran bangsa. Disinilah diperlukan strategi baru Agro-maritim 4.0,  sebagai bentuk respons terhadap perkembangan Revolusi Industri 4.0. Arif menegaskan perlunya percepatan transformasi menuju agromaritim 4.0," pungkas Arif Satria.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler