jpnn.com - BANYUWANGI - Rektor Unair Prof Dr Fasichul Lisan meresmikan kampus Universitas Airlangga (Unair) di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (19/10). Sebenarnya, proses perkuliahan Unair Banyuwangi sendiri sudah dimulai sejak awal September lalu. Kehadiran Unair melengkapi infrastruktur pendidikan yang telah ada sebelumnya di Banyuwangi, seperti Politeknik Negeri, Sekolah Pilot Negeri, dan berbagai kampus/sekolah tinggi yang lainnya.
Peresmian kampus Unair Banyuwangi ditandai dengan penekanan tombol pembuka selubung logo Unair Banyuwangi oleh Rektor Unair Prof Dr Fasichul Lisan bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan jajaran forum pimpinan daerah setempat.
BACA JUGA: Kemarau Berkepanjangan, Distribusi Air Turun 50 Persen
Prof Fasichul Lisan mengatakan, kehadiran Unair di Banyuwangi ini untuk melengkapi instrumen pendidikan tinggi yang ada di Banyuwangi. Kata dia, bersama-sama dengan perguruan tinggi lainnya yang telah ada di Banyuwangi, Unair ingin bersinergi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu berpikir global. “Ini merupakan kebijakan pemerintah pusat di mana Unair memang diajak untuk mempercepat penyuapan SDM guna menghadapi era global,” kata Fasich, sapaan akrab Rektor Unair.
Fasich mengatakan, Indonesia pada tahun 2030 akan mengalami bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding usia non-produktif. "Bonus demografi adalah momentum emas. Generasi muda perlu dipersiapkan dengan landasan yang kokoh dan memiliki pijakan yang kuat. Kami hadir di Banyuwangi untuk memperkuat pijakan bersama-sama dengan perguruan tinggi lainnya. Kita bersama-sama menyelesaikan masalah bangsa dalam bidang pendidikan,” ujarnya.
BACA JUGA: Usai Makan Sate dan Martabak Pegawai Bank Kelenger
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kehadiran Unair Banyuwangi merupakan cita-cita lama dari rakyat Banyuwangi yang ingin memiliki perguruan tinggi negeri. Pemerintah daerah menyadari, untuk mendirikan universitas negeri baru membutuhkan proses yang panjang dan waktu lama. Jika nantinya Unair Banyuwangi ini akan menjadi universitas negeri sendiri, maka akan lebih cepat dan standarnya tidak akan jauh dari Unair yang telah ada di Surabaya.
“Ini adalah salah satu strategi pembangunan bidang pendidikan. Banyuwangi tidak hanya fokus pada pengembangan pariwisata dan pertanian, tetapi juga menyiapkan SDM yang berdaya saing,” ujar Anas.
BACA JUGA: Dua Pekan, 39 Kebakaran Hutan di Kota Minyak
Saat ini, Unair Banyuwangi mempunyai empat program studi, yaitu akuntansi, budidaya perairan, kesehatan masyarakat, dan kedokteran hewan. Untuk tahun pertama ini, sebanyak 153 mahasiswa telah mengikuti perkuliahan. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Jambi, Lampung, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar, Bojonegoro, Kediri, Probolinggo, Jember, Cilacap, Flores, Kupang, Bali, sampai Papua.
"Ini melengkapi keberagaman Banyuwangi. Semoga ke depan budaya pendidikan kian terbentuk dan berdampak positif bagi pengembangan SDM lokal. Pengembangan SDM ini tidak boleh bergantung pada rezim. Siapa pun bupatinya, pengembangan SDM harus jalan terus. Melembagakannya dengan pendirian kampus menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan pengembangan SDM yang berkelanjutan," kata Anas.
Kehadiran Unair di Banyuwangi bisa menggerakkan ekonomi lokal. Ratusan mahasiswa menyewa pondokan, membelanjakan uang untuk kebutuhan sehari-hari, hingga berwisata di Banyuwangi. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah mahasiswa akan semakin berlipat, sehingga pergerakan ekonomi kian besar. "Banyaknya mahasiswa dari luar kota berarti menarik uang dari luar untuk masuk ke Banyuwangi. Dalam beberapa tahun ke depan, dampak ekonominya akan cukup besar," tuturnya. (eri/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lahan Terbakar di Sumsel Meluas, Capai 10 Ribu Hektare
Redaktur : Tim Redaksi