Rektor Unhan: Bung Karno dan Ulama Menjadi Tonggak Pertahanan Indonesia

Minggu, 14 Februari 2021 – 17:22 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (tengah) bersama teman-teman seangkatannya di Program S3 Universitas Pertahanan (Unhan). Foto: arsip pribadi untuk JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksmana Madya Amarulla Oktavian menyebutkan, terdapat beberapa sosok penting dalam pembentukan Pembela Tanah Air (Peta) di antaranya yakni Bung Karno, tokoh ulama, dan juga sejumlah tentara Jepang.

Peta ini yang belakangan bertransformasi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

BACA JUGA: Ada Tugas Kelompok dari Unhan, Hasto Kristiyanto Cs Langsung Naik Kapal Perang

"Saat itu 1943 ada tiga unsur utama yang berperan, yaitu peran ulama Islam, Bung Karno yang saat itu belum menjabat sebagai presiden, kemudian peran tentara Jepang," kata Amrulla saat menjadi pembicara dalam acara peringatan ke-76 Peta yang diselenggarakan Yayasan Peta secara virtual pada Minggu (14/2).

Mengacu catatan sejarah, kata dia, unsur ulama Islam diwakili oleh KH Mas Mansyur dan Gatot Mangkoepradja.

BACA JUGA: Profil Mantan Ajudan SBY Jadi Rektor Universitas Pertahanan

KH Mas Mansyur merupakan tokoh Muhammadiyah yang juga salah satu anggota Empat Serangkai Putera itu membawa suara kaum santri.

Sementara itu, Gatot Mangkoepradja menulis seracik surat kepada Panglima Tentara Jepang untuk membentuk barisan pemuda lokal untuk membela Tanah Air.

BACA JUGA: Amanat Menhan Prabowo Saat Melantik Rektor Universitas Pertahanan

Tentara Jepang kemudian membentuk penjabaran teknis dari Tokyo untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serbuan pasukan sekutu.

"Di dalam surat itu yang sangat heroik adalah tinta yang digunakan itu berasal dari darah Raden Mangkoepradja sendiri," ungkap dia.

Tak kalah penting, lanjut Amrulla, peran Bung Karno yang melakukan politik kooperatif. Bung Karno mengajak rakyat untuk menjadi tentara yang terlatih sebagai jalan menuju kemerdekaan.

Dalam perjalanan Peta pada masa lalu, kata Amrulla, turut mengawal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Seperti salah satu komandan kompi, yaitu Chudanco Peta Latief Hendraningrat yang menjadi pengibar bendera Sang Saka Merah Putih.

"Peta juga berepran penting di dalam perjuangan 1945 sampai 1949 dengan melahirkan doktrin perang gerilya. Di sini Panglima Soedirman dan para petinggi TNI lainnya saat itu sangat memahami bagaimana perang gerilya untuk menghadapi penjajah Belanda," lanjut dia.

Selain itu, lanjut Amarulla, Peta juga melahirkan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang terdiri dari seluruh potensi kemampuan dan kekuatan nasional yang bekerja secara total, integral, serta berlanjut untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan keamanan negara.

"Sishankamrata ini secara hukum tertuang dalam UUD 45, dan ini penting sekali Sishankamrata masih digunakan oleh TNI. Sishankamrata ini akhirnya dijabarkan dalam UU, komponennya yaitu utama, cadangan, dan pendukung. Jadi sangat penting sekali memahami Sishankamrata ini mulai dari rohnya para pejuang Peta. Di sini ada 80 ribu pasukan Peta saat itu yang berhasil membentuk 400 ribu prajurit militer," kata dia.

Saat ini, kata Amrulla, semangat Peta pun harus memperkuat karakter generasi muda Indonesia. Sebab, pada 2035, Indonesia diproyeksi mendapat bonus demografi. Angkatan kerja Indonesia yang banyak harus menjadi sumber kekuatan.

"Selain membangun intelektual, dan pengetahuannya, maka pemuda ini harus diisi juga akhlak dan mentalnya, semangat juangnya dalam bela negara. Ini adalah juga media untuk mewariskan perjuangan 1945 dari Peta," kata dia.

Sementara itu, mahasiswa S3 Unhan Hasto Kristiyanto menilai peran penting Bung Karno membuktikan bahwa Proklamator RI itu memiliki visi yang sangat kuat bagaimana Indonesia ke depan.

Mahasiswa yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu menganggap visi itu bahkan sudah hidup dalam pikiran Bung Karno jauh sebelum Indonesia merdeka.

“Pembentukan Peta melaui kepeloporan Bung Karno dimaksudkan sebagai langkah strategis konsolidasi negara dalam rangka kemerdekaan Indonesia. Jauh sebelumnya sejak 1930-an, Bung Karno telah menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia akan terjadi dalam suasana perang, ketika pasifik membara sehingga pembentukan Peta sangat penting dalam perspektif pertahanan bagi negara yang akan segera merdeka dan memerlukan hadirnya angkatan perang yang membela dan melindungi kemerdekaan Indonesia," kata Hasto. (ast/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler