jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin membenarkan, penyebutan nama Moeldoko sebagai cawapres Joko Widodo, tidak terlalu nyaring terdengar dibanding sejumlah nama lain.
Bahkan, hasil survei sejumlah lembaga independen juga memperlihatkan elektabilitas mantan Panglima TNI itu, terkesan jauh di bawah juniornya yang juga mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
BACA JUGA: PDIP Tak Mau Menuntut jadi Cawapres Jokowi
"Bahkan, jika murni ditinjau dari sisi kepangkatan, elektabilitas Moeldoko pun masih jauh di bawah mantan prajuritnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY),” ujar Said di Jakarta, Selasa (17/7).
Tapi meski demikian, nama Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) itu, kata Said, tidak bisa disepelekan. Moeldoko punya hubungan istimewa dengan Presiden Joko Widodo.
BACA JUGA: Nasdem Persilakan Jika Demokrat Mau Gabung Koalisi
"Relasi mereka tidak terbatas pada pergaulan politik, tetapi juga bersifat personal. Itu dibuktikan Jokowi saat memberi embel-embel pihak keluarga kepada Moeldoko di acara pernikahan Kahiyang-Bobby (putri Jokowi)," ucapnya.
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (Sigma) ini menilai, kepercayaan presiden pada Moeldoko, bahkan membuat Teten Masduki didepak dari posisi KSP untuk diganti oleh Moeldoko.
BACA JUGA: Jelang Pilpres 2019, Kapolri Kumpulkan Para Dai Kamtibmas
"Jadi, kelebihan Moeldoko yang pertama, punya hubungan spesial dengan presiden," katanya.
Kelebihan kedua, Moeldoko menurut Said, dipandang mampu mengimbangi atau sekurang-kurangnya dianggap dapat menahan elektabilitas calon penantang Jokowi, yaitu Prabowo Subianto yang punya latar belakang sama dengan Moeldoko.
"Saya kira, suara pemilih yang menyukai figur militer diharapkan tidak terkonsolidasi ke kubu Prabowo, tetapi dapat terbagi ke kubu petahana, jika Moeldoko yang menjadi cawapres Jokowi," pungkas Said.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tipis Peluang Moeldoko Cawapres Jokowi karena Dekat SBY?
Redaktur & Reporter : Ken Girsang