Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama Dinilai Positif

Sabtu, 02 Maret 2024 – 14:33 WIB
Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia (HAM) Dhahana Putra mewakili Kementerian Hukum dan HAM menerima penghargaan badan publik informatif dari Komisi Informasi Pusat (KIP) di Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (19/12/2023). ANTARA/HO-Kemenkumham RI.

jpnn.com - JAKARTA - Rencana Kementerian Agama merevitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai tempat pencatatan maupun pelaksanaan pernikahan bagi semua agama dinilai positif.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM Dhahana Putra, revitalisasi mempermudah akses pelayanan publik bagi seluruh rakyat Indonesia.

BACA JUGA: Menag Yaqut Optimistis, Penolak KUA Tempat Nikah Semua Agama Jangan Kecewa 

“Merevitalisasi KUA sebagai tempat pencatatan pernikahan maupun pelaksanaan pernikahan tentu merupakan terobosan yang patut diapresiasi. Karena selain mempermudah akses juga membuat KUA makin inklusif dalam memberikan layanan kepada publik" ujar Dhahana dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (2/3).

Kendati demikian rencana tersebut tentu memerlukan kajian yang komprehensif dari aspek regulasi, birokrasi, hingga sosiologis.

BACA JUGA: Menag Yaqut Ingin Jadikan KUA Tempat Nikah Semua Agama, Umat Hindu Bereaksi 

Pasalnya, pengejawantahan terobosan Menteri Agama tersebut memerlukan kerja-kerja praktis yang tidak sederhana.

Dhahana mencontohkan dari aspek birokrasi, pencatatan pernikahan bagi masyarakat yang memeluk agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu serta penghayat kepercayaan dilakukan di dinas kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil).

BACA JUGA: HNW Kritik Rencana Menag Yaqut Persiapkan KUA Bisa Melayani Pernikahan Semua Agama

Menurutnya, sejumlah regulasi yang mengatur pernikahan juga menjadi tantangan tersendiri bagi KUA bila akan direvitalisasi sebagai tempat atau pencatatan pernikahan bagi semua agama.

“Bilamana diperlukan untuk revisi sejumlah regulasi guna merevitalisasi KUA, kami di Direktorat Jenderal HAM siap menjadi partner dialog,” katanya.

Dia mengakui Direktorat Jenderal HAM tengah menyiapkan parameter HAM dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan.

Indikator-indikator yang digunakan dalam parameter HAM di antaranya terkait dengan inklusivitas, kesetaraan dan non-diskriminasi serta aksesibilitas pelayanan.

Dhahana juga menggarisbawahi pentingnya membangun komunikasi yang intensif dengan para pemangku kepentingan sehingga tidak memunculkan kekeliruan persepsi di masyarakat.

"Hal yang juga tidak kalah penting, dalam pembahasan revitalisasi KUA itu mungkin juga perlu mendengarkan aspirasi stakeholders terkait khususnya organisasi-organisasi keagamaan,” katanya.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebelumnya menyatakan KUA akan bertransformasi sebagai tempat yang tak hanya melayani umat Islam, tetapi juga akan dijadikan tempat pencatatan nikah bagi semua umat beragama.

"Kami sudah sepakat sejak awal bahwa KUA ini akan kami jadikan sebagai sentral pelayanan keagamaan bagi semua agama. KUA bisa digunakan untuk tempat pernikahan semua agama," kata Yaqut dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (24/2).

Menurut Yaqut, dengan mengembangkan fungsi KUA sebagai tempat pencatatan pernikahan secara agama selain Islam, maka diharapkan data-data pernikahan dan perceraian di Indonesia bisa lebih terintegrasi dengan baik. (Antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menag: KUA Direncanakan Bisa Melayani Semua Agama, Bukan Hanya Islam


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler