"Sementara dipelajari dari dokumen dan keterangan terkait masalah film kemarin yang beberapa kali diunjuk rasa. Film yang dianggap menodai agama Islam sepertinya juga alasan kelompok ini," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di kantor Humas Polri, Jakarta Selatan, Senin (29/10).
Film tentang Nabi ini memang menuai kontroversi di beberapa negara mayoritas agama Islam, termasuk Indonesia. Sejumlah ormas Islam sudah beberapa kali melakukan unjukrasa di depan Kedubes Amerika, agar penayangan film itu dihentikan. Alhasil, film ini juga memicu dampak balas dendam kelompok teroris baru tersebut pada Amerika.
Sebelum ditangkap sejumlah anggota Hasmi sudah merencanakan beberapa target peledakan di antaranya Konsulat Jenderal Amerika di Jalan Citra Raya, Niaga Dua, Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, dan Plaza 89 yang di depannya terdapat Kedutaan Besar Australia dan kantor Freeport. Mereka bahkan sudah menyiapkan bom rakitan yang berdaya ledak tinggi (high eksplosive) untuk menjalankan aksi tersebut.
"Motif mereka juga ingin menyerang petugas. Sekarang, kita melakukan pengembangan dari para tersangka ini, untuk pengusutan dugaan terkait pihak lain," sambung Boy.
Sampai dengan hari ini Densus 88 fokus mengumpulkan dan menginventarisasi barang bukti di Solo, Madiun, Leuwiliang dan Palmerah, tempat para terduga teroris itu ditangkap.
"Kita juga punya waktu penentuan status 7x24 jam terhitung mulai Sabtu. Kita lihat tujuh hari, evaluasi, kita lihat mana yang ditahan dan terbukti terlibat. Tapi umumnya mereka satu jaringan," pungkas Boy.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKB Minta Ketahanan Pangan Direalisasikan
Redaktur : Tim Redaksi