LAS VEGAS - Seperti banyak diperkirakan, Mitt Romney akhirnya resmi menjadi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik untuk menantang incumbent Barack Obama pada pemilihan 6 November mendatang. Tambahan 152 utusan (delegate) yang diraihnya di primary Texas pada Selasa lalu (29/5) membuat mantan gubernur Massachusetts tersebut meraup total dukungan 1.238 utusan atau 63 persen, jauh di atas batas minimal pencalonan, yaitu 1.144.
Seperti dilansir Associated Press, jumlah utusan tersebut 10 kali lebih banyak daripada pesaing terdekat Romney, Ron Paul. Keberhasilan itu tidak hanya menjadikan ayah lima anak pemeluk Kristen Mormon pertama dari kedua partai utama di AS "Republik dan Demokrat" yang menjadi capres. Ini sekaligus melampaui raihan sang ayah, George Romney, yang pada 1968 gagal menjadi capres Republik.
Romney kini tinggal menunggu pengesahan sebagai capres pada Konvensi Nasional Partai Republik Agustus nanti. Pada kesempatan itu juga bakal diperkenalkan calon pendampingnya sebagai wakil presiden.
"Saya merasa terhormat, warga Amerika dari semua penjuru negeri memberikan dukungan kepada pencalonan saya," ujar Romney setelah dipastikan menjadi capres Republik, seperti dikutip BBC kemarin (30/5).
Namun, keberhasilan Romney ternoda ulah salah seorang pendukung terbesarnya, Donald Trump. Dalam sejumlah wawancara televisi sebelum Romney dipastikan menjadi capres Republik, konglomerat realestat dan bintang reality show televisi itu terus melontarkan tudingan bahwa Obama sejatinya tak lahir di wilayah AS.
Menurut konstitusi AS, calon presiden negara itu memang harus lahir di wilayah negeri dengan 50 states alias negara bagian plus satu distrik federal tersebut. Nah, Trump meragukan akta kelahiran Obama yang menyatakan dia lahir di Hawaii.
Ini isu lama sebenarnya. Sejak Pilpres 2008 pun Obama sudah dituding kelahiran Kenya, negara asal sang bapak, Barack Obama Sr. Pada pilpres empat tahun silam tersebut, pria kelahiran 4 Agustus 1961 itu juga disebut-sebut sebagai pemeluk Islam, agama sang ayah.
Seperti dilansir Washington Post, serangan Trump kepada Obama itu menempatkan Romney dalam posisi sulit. Tim sukses suami Ann Romney itu harus berjibaku membantah bahwa sang bos tak setuju dengan tudingan Trump tersebut.
Kepada wartawan sebelum menghadiri acara penggalangan dana di Las Vegas yang dihelat di hotel milik Trump pada Senin (28/5) malam, Romney pun akhirnya memilih bersikap diplomatis: tak membela, tapi juga tak mengecam mantan suami Ivanna Trump tersebut.
"Saya tak selalu sepakat dengan mereka yang mendukung saya. Dan, dugaan saya, mereka yang mendukung saya juga tak selalu setuju dengan apa yang saya percayai," katanya, seperti dikutip BBC.
Kubu Obama malah menganggap serangan Trump sebagai berkah terselubung. Mereka ganti balik mengecam sikap Romney terhadap ulah pendukungnya tersebut. "Itu menunjukkan kalau dia (Romney) tak punya karakter moral sebagai pemimpin," ujar Ben LaBolt, juru bicara tim kampanye Obama, seperti dikutip Washington Post.
Saling serang antar kedua kubu memang semakin menghangat seiring resminya Romney sebagai capres Republik. Mengandalkan pengalaman 25 tahun sebagai pebisnis, pihak Romney menyebut Obama sebagai pemimpin yang tak mengerti persoalan ekonomi. Tapi, kubu Obama menangkis dengan mendedahkan jejak hitam Romney di dunia bisnis.
Serangan kedua kubu tak cuma lewat kampanye langsung, tapi juga disebar melalui iklan, baik cetak maupun video. Yang disasar terutama para pemilih independen (belum menentukan pilihan) di 13 negara bagian yang lazim disebut sebagai battleground states .
Ke-13 state itu secara tradisional memang bukan milik Republik atau Demokrat. Jadi, pertarungan total terdapat 161 electoral vote di ke-13 negara bagian tersebut. Jumlah elektoral di setiap negara bagian berbeda, bergantung pada jumlah penduduk. Misalnya, California yang berpopulasi 37,7 juta orang memiliki 55 electoral vote. Sedangkan Montana yang hanya berpenduduk satu juta cuma mempunyai tiga electoral vote.
Sistem yang berlaku di semua negara bagian dan distrik federal adalah winner takes all. Jadi, partai yang mengumpulkan popular vote terbanyak di suatu state berhak merebut semua electoral vote terbanyak.
Nah, untuk bisa menjadi presiden, minimal dibutuhkan 270 electoral vote. Jadi, pertarungan di battleground state antara Obama dan Romney dipastikan bakal seru. (c2/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Pembantaian Houla, Giliran Bombardir Hama
Redaktur : Tim Redaksi