Respons Hendry Saputra soal Prestasi Tunggal Putra PBSI

Kamis, 30 Mei 2019 – 14:06 WIB
Hendry Saputra (tengah) bersama Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Foto: Badminton Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - PP PBSI menerima kritik tajam terkait sektor tunggal. Induk olahraga bulu tangkis Indonesia itu mengakui bahwa performa sektor ini jauh tertinggal dibandingkan ganda.

Namun, saran banyak pihak untuk mengganti pelatih, khususnya pelatih tunggal putra, bakal sulit dipenuhi. Jabatan itu saat ini dipegang oleh Hendry Saputra.

BACA JUGA: Ada Peran Anthony Ginting di Balik Keberhasilan Tiongkok Juara Sudirman Cup 2019

Saran ini muncul antara lain dari dua legenda tunggal putra Merah Putih. Yakni Rudy Hartono, juara All England delapan kali, serta Taufik Hidayat, sang juara dunia dan peraih emas Olimpiade Athena 2004. Di era merekalah, Indonesia mendominasi persaingan. 'Sudah enggak ada kemajuan sama sekali. Enggak bisa ningkatin (performa) anak-anaknya,'' kata Taufik Senin malam lalu.

Hendry menyikapi segala kritik itu dengan bijak. Dia tidak mempermasalahkan segala komentar miring terhadap dirinya. Hal itu sudah dialaminya sejak dua tahun lalu. Menurut dia, kritik sangatlah wajar. Sebab publik memang menaruh harapan besar terhadap prestasi bulu tangkis Indonesia.

BACA JUGA: Sudirman Cup 2019: Penyesalan Ginting dan Lucky Ball Momota

''Pekerjaan ini tidak gampang, karena saya membawa nama negara. Saya tidak tersinggung. Itu malah bisa membuat saya lebih bagus,'' kata Hendry kemarin.

(Baca Juga: Indonesia Gagal Sudirman Cup 2019, Rudy Hartono: Pemainnya Juga Enggak Tahu Diri)

BACA JUGA: Sudirman Cup 2019: Permohonan Maaf Jojo Untuk Tim Indonesia

Pelatih PB Tangkas itu malah menyerang balik para pengkritik. ''Ngomong memang gampang. Justru karena mereka tidak mengerti, malah memberikan komentar yang sembarangan,'' ucapnya.

Hendry mengakui, untuk membawa tunggal putra menjadi konsisten perlu proses yang panjang. Tidak bisa instan. Karena itu, di tengah badai kritik, dia berusaha tetap tenang dan berfokus kepada pekerjaannya. ''Kalau (saya) mau diganti, tentu ada mekanismenya. Kalau setiap kalah mau diganti, siapa yang bisa menang terus,'' tandas dia tajam.

Untuk itu Hendry berusaha membuktikan melalui prestasi anak didiknya. Turnamen terdekat adalah Australian Open mulai Selasa (4/6) depan. Dia menargetkan Anthony Sinisuka Ginting atau Jonatan Christie juara. ''Saya rasa yang bisa memahami (proses) ini tidak akan berkomentar sembarangan. Ada tempo waktu. Ada yang berbuah cepat, ada yang lambat,'' tukasnya.

Ginting, sementara itu, mengatakan bahwa metode latihan yang selama ini diberikan Hendry sudah baik. Dia cukup nyaman berada dalam tim. ''Setiap sesi latihan, pelatih memberi kesempatan kami untuk berpikir apa yang menurut kami enak. Jadi tidak semuanya ditanggung pelatih. Tidak monoton,'' bela Ginting.

Kabid Binpres PBSI Susy Susanti sangat tegas menyikapi isu pergantian pelatih. Menurut dia, hal itu tidak bisa sembarangan dilakukan. Sebab ada peraturan dan kontrak yang harus dipatuhi semua pihak. Kecuali jika si pelatih terlibat masalah serius menyangkut hukum. Barulah bisa diberhentikan.

''Kalau setiap kalah harus diganti, enggak bisa gitu juga dong. Ada proses penilaian dari setiap pertandingan,'' papar Susy. ''Kami akui masih banyak PR yang harus diselesaikan. Coba program ini belum berhasil, coba lagi program yang lain. Kesuksesan itu butuh proses,'' kata peraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Apa pun yang dikatakan Susy dan Hendri, proses untuk menuju prestasi harus dipercepat. Ginting dan Jojo hanya dua-tiga tahun lebih muda dari Kento Momota. Namun, bintang Jepang itu melesat jauh meninggalkan mereka. Dia sudah mengumpulkan sebelas gelar turnamen BWF dan sekali juara dunia. Sementara itu, Ginting baru mendapat dua gelar BWF. Jojo malah baru satu. (gil/na)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia vs Taiwan: Kenapa Jojo, Kok Bukan Ginting?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler