Respons Restriksi Pangan Global, Kementan Bangun Soliditas Role Model Food Estate di Kalteng

Sabtu, 03 Oktober 2020 – 22:00 WIB
Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, PALANGKARAYA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan kemandirian pangan melalui Food Estate di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), sebagai jawaban atas restriksi pangan global akibat imbas negatif pandemi Covid-19.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BBPSDM) Kementan pun melakukan sosialisasi penguatan soliditas Food Estate di Bahalap Hotel, Palangkaraya, Kalteng, Jumat (2/10).

BACA JUGA: Di Depan Jokowi, SYL: 7 Investor Siap Mendukung Food Estate Humbahas

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyatakan bahwa Food Estate menjadi program sangat superprioritas.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menjabat dua periode ini menjelaskan implementasi Food Estate akan dimulai awal Oktober 2020.

BACA JUGA: Rupiah Mengalir Kompetitif dari Program Food Estate di Kalteng

Karena itu, Mentan SYL mengingatkan supaya pengecekan dan evaluasi kesiapannya harus dilakukan secara menyeluruh.

“Selain terus membangun komunikasi, kami juga menyampaikan berbagai informasi terbaru terkait Food Estate pada stakeholder pertanian di Kalteng,” ujarnya, Jumat (2/10).

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Perkuat BPP Kostratani

Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan tren restriksi ditegaskan dengan pembatasan ekspor komoditi pangan.

Dedi menyebut Kazakhstan, misalnya, membatasi ekspor gandum di angka 200 ribu ton dan 70 ribu ton untuk komoditi tepung terigu.

Rusia juga ikut membatasi ekspor gandum di angka 7 juta ton April-Juni 2020. Pembatasan ekspor gandum juga dilakukan Ukraina dengan slot 20,2 juta ton periode 2019-2020.

“Indonesia tidak boleh lagi tergantung impor pangan. Kita harus bisa menyediakan pangannya sendiri,” ungkap Dedi.

Karena itu, Dedi menegaskan bahwa program Food Estate harus sukses di Kalteng.

Menurutnya, Food Estate ini sebagai jawaban atas restriksi pangan global.

“Penguatannya kini terus dilakukan termasuk melalui sosialisasi lanjutan ini,” terang Dedi.

Ia menambahkan Food Estate di Kalteng akan mengembangkan komoditas padi, hortikultura, peternakan, dan perikanan.

Luasan per klasternya sekitar 1.000 hektare.

Food Estate melakukan pendekatan pertanian dari Hulu hingga Hilir.

Dalam pengembangannya di Kalteng, Food Estate akan memiliki luas potensial 164,6 ribu hektare.

Untuk luas fungsional 85,45 ribu hektare, sedangkan sisa luas fungsional 79,1 ribu hektare.

Dedi menegaskan dalam mendukung penuh Food Estate, Kementan sudah menyuntikkan anggaran yang akan dialirkan dalam berbagai bentuk seperti, alsintan, pupuk, center of excellence, pengembangan untuk hortikutura dan juga SDM. 

“Output kegiatan pendampingan juga tersedianya sarana IT di Kostrada dan Kostratani,” jelasnya.

Selain itu Dedi juga mengungkapkan menjadi kelebihan Food Estate adalah mengakomodasi kepentingan petani dari hulu ke hilir.

“Program ini dikembangkan secara bisnis dan menguntungkan. Nantinya petani tidak boleh lagi menjual gabah, tetapi beras. Hal ini untuk mencapai keuntungan maksimal bagi petani. Makin ke hilir, keuntungkan bertambah besar,” kata Dedi.

Menurut Dedi, di-branding melalui Food Estate, para petani nantinya akan berkelompok dalam menjalankan aktivitas bisnis.

Ia menambahkan dengan berbentuk korporasi, setiap unit aktivitas bisnis diisi oleh poktan dan gapoktan.

Selain padi, mereka akan mengembangkan potensi lain seperti sayuran, buah, itik, hingga ikan yang diusahakan adalah haruan dan lele.

Lebih lanjut Dedi menambahkan, lahan gambut pada Food Estate memiliki potensi besar.

“Seluruh potensi akan dikembangkan, meski lahan yang diusahakannya adalah gambut atau rawa. Jenis lahan ini tetap kompetitif asalkan dilakukan secara sungguh-sungguh. Lahan gambut tetap potensial dan menjanjikan. Itik dan ikan bisa dikembangkan di sana,” lanjut Dedi lagi.

Digelarnya Sosialisasi ini membuktikan adanya soliditas pada program pengembangan Food Estate di Kalteng. Hadir pada acara ini petani, penyuluh, praktisi, juga stakeholder pertanian lainnya yang berasal dari Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas. (eno/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler