jpnn.com - SOAL Kota Tua Semarang rupanya cukup mengusik pikiran Menpar Arief Yahya. Apalagi Gubernur Ganjar Pranowo dalam kelakarnya di pidato saat Launching Semarang Great Sale 2016, Rabu malam 13 April 2016 itu menyebut pemilik gedung itu adalah “demit.” Banyak yang tidak kelihatan, tidak diketahui juntrung dan alamatnya. Semacam tidak bertuan, berpuluh-puluh tahun, dan menjadi pemandangan yang tidak sedap di mata.
Menpar Arief Yahya langsung menjanjikan untuk menghidupkan Kota Lama itu dengan menggandeng konsultan adal Negeri Negeri Flamingo, Spanyol. Namanya, Group Paradores de Turismo de Espana di Madrid, yang sudah memiliki 94 jaringan hotel berbasis heritage building dan situs bersejarah itu. Tahun ini jumlah itu akan bertambah satu lagi, jadi mereka akan memiliki 95 amenitas bersejarah. “Kami akan kerjasama dengan mereka,” kata dia.
BACA JUGA: Shopping-Kuliner, Capai 45 Persen dari Cultural Tourism
Mengapa? Bukankah Indonesia banyak ahli planologi? Jagoan landscape? Pintar mendesain kawasan urban? “Oke, saya tahu, saya menghargai itu. Tetapi, kita butuh expertice yang sudah kenyang dengan pengalaman dan pengetahun dari berbagai lini. Paradores Group itu sendiri sudah lahir sejak 1928, persis saat negeri kita masih Sumpah Pemuda. Mereka sudah berbisnis di perhotelan dari reruntuhan peninggalan bangunan sejarah,” ungkap Arief Yahya.
Arief pernah bertemu dan berdialog panjang dengan CEO Group Paradores Angela Alarco Canosa di Madrid. Dia sendiri orang yang cukup punya reputasi. Sebelumnya dia pernah menjabat Dirjen Pariwisata Kota Madrid, Direktur Eksekutif dan SEO Badan Promosi Pariwisata Kota Madrid, dan Wakil Presiden Madrid Convention Bureau atau Kepala Tourism Cluster of Madrid. Paradores dalam membangun hotel chain seperti sekarang itu juga bermitra dengan World Heritage Cities dan Real Academia de Gastronomia serta pemerintah daerah setempat.
BACA JUGA: Triwulan I, Arus Barang Pelabuhan Tanjung Perak Meningkat
“Misalnya, di Kota Lama itu bangunan utamanya sudah 75 cm lebih rendah dibandingkan jalan. Nah, saya saja tidak bisa menyelesaikan persoalan seperti ini. Nah, mereka pasti sudah lebih punya pengalaman. Termasuk soal kepemilikan, saya kira sama, di Spanyol juga menghadapi problem dalam hal kepemilikan itu,” kata Menpar Arief Yahya.
Restorasi itu memang tidak mudah. Lebih gampang membuat dan membangun dari nol, hotel atau desain bangunan yang banyak lengkungan itu. Paradores sudah punya experience dalam mengubah castile, bekas kerajaan, bekas penjara, bekas kompleks istana, dan lainnya menjadi bagus. “Bentuk luarnya tidak berubah, tetapi konstruksi dalamnya dikembalikan ke aslinya,” tutur dia.
BACA JUGA: KEK Mandalika Temukan Solusi Supplay Energi Cepat dan Cerdik
Menpar juga menjawab pertanyaan Gubernur Ganjar, apa progress yang dikerjasakan oleh Kemenpar. Pertama, soal 4 DPN, yakni Borobudur-Jogja, Karimunjawa-Semarang, Sangiran-Solo dan Dieng, sudah disetujui semua. “Semua usulan Jawa Tengah kami sudah setujui dan tinggal menunggu proses yang terus dikawal oleh Tim 10 Top Destinasi Prioritas,” ungkap Arief.
Khusus Borobudur, Arief Yahya mengingatkan agar tidak menyentuh Zone 1 yang dikuasai Kemendikbud, Zone 2 yang ada 4.000-5.000 UMKM, Zone 3 yang digarap oleh PT Taman Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko. “Jangan menyentuh di red ocean, tapi tidak di semua zone itu. KEK Pariwisata Borobudur jauh dari tiga zone itu, dan sama sekali tidak mengutak-atik. Kalau kami ciptakan lampu, pasti laronnya datang. Itu hukum alam. Jangan bertarung di red ocean, energinya besar, hasilnya tidak happy,” kata dia.
Dia mengambil kalimat ahli strategi perang Sun Zu, bahwa memenangkan peperangan tanpa harus berperang. Sama dengan W. Chan Kim dalam Blue Ocean Strategy. “Jangan perang di tempat perang yang sudah disiapkan lawan! Anda akan babak belur,” kata Arief Yahya menggambarkan konstruksi social di Borobudur, salah satu yang selama ini menjadi problem mendasar. “Yang pasti, tim 10 top destinasi sudah menemukan banyak alternative solusi Borobudur,” kata dia.
Arief Yahya sepakat, khusus KEK Borobudur itu menggunakan tanah dengan system clustering. Jadinya, single management, multi cluster. “Karena ternyata untuk mendapatkan tanah yang 400-500 hektar di satu tempat itu hampir pasti tidak bisa,” kata dia.
Hendi Hendrar Prihadi juga mengucapkan terima kasih atas support Kemenpar yang melaunching Semarang Great Sail 2016. Dengan begini, nama Kota Semarang akan semakin popular level nasional. “Kegiatan ini juga dalama rangkaian menyambut HUT Kota Semarang yang ke-469," jelasnya.(dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penendang Garuda Pancasila Dijerat Pasal Berlapis
Redaktur : Tim Redaksi