jpnn.com, TAMAN SARI - Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengungkapkan biaya yang dikeluarkan untuk merevitalisasi kawasan wisata Kota Tua hingga Rp 65 miliar.
Menurut dia, anggaran puluhan miliar itu digunakan untuk mengubah Kota Tua menjadi kawasan bagi pejalan kaki demi menerapkan zona rendah emisi atau low emission zone (LEZ).
BACA JUGA: Anies Jadikan Kota Tua Sebagai Kawasan Rendah Emisi, Warga Diharapkan Berjalan Kaki
"Hampir sekitar Rp 65 miliar untuk pembuatan trotoar, shelter busway, air mancur, dan lampu," ucap Hari di Kota Tua, Jumat (26/8).
Meski demikian, anggaran tersebut bukan berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Jakarta, melainkan lewat skema surat persetujuan penunjukan penggunaan lokasi atau lahan (SP3L).
BACA JUGA: Anies Rancang Kawasan Ini sebagai Kota Masa Depan, Apa Maksudnya?
Skema SP3L sendiri merupakan kewajiban bagi pihak pengembang atau swasta yang membangun kawasan di atas 5 ribu meter di ibu kota.
"Non-APBD, ini pakai SP3L dari tiga pengembang, yaitu PT MEA, PT Aruna, dan PT PJP," katanya.
BACA JUGA: Anies Meresmikan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, Kamrussamad: Ada Air Bersihnya Enggak?
Revitalisasi Kota Tua belum sepenuhnya rampung. Masih ada sejumlah titik yang harus dipoles lagi.
"Shelter itu tinggal dirapikan saja, selesai dirapikan paling seminggu kelar. Mungkin yang lainnya tinggal sedikit finishing saja," tuturnya.
Pengerjaan proyek revitalisasi Kota Tua ini pun sebenarnya molor dari target yang seharusnya rampung sejak Juli 2022.
Namun, ada beberapa kendala seperti terjadi tanah longsor di sejumlah titik sehingga fondasi mesti lebih dalam.
Selain itu, dilakukan pemindahan utilitas milik PT KAI terkait distribusi air bersih yang menyita waktu cukup lama.
"Seharusnya sudah selesai. Karena itu, ya sudah tidak apa. Tinggal sedikit ini, tinggal poles-poles dikit," ucap anak buah Gubernur Anies Baswedan ini. (mcr4/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi