Revolusi Beludru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 28 Juni 2021 – 17:46 WIB
Tomas Holes (9) membuka keunggulan Ceko atas Belanda. Foto: Twitter@EURO2020

jpnn.com - Mendekati Desember 1989, Eropa hampir membeku memasuki puncak musim dingin.

Salju menutupi jalan di mana-mana. Orang-orang memilih tinggal di dalam rumah mencari perlindungan dari tusukan angin.

BACA JUGA: Hamlet

Namun, di Cekoslowakia orang-orang merasa panas dingin. Salju mulai turun, tetapi suhu politik malah memanas.

Orang-orang mulai turun ke jalanan, meninggalkan rutinitas sehari-hari dan berani menyuarakan kegelisahan serta ketidakpuasan terhadap rezim komunis.

BACA JUGA: Total Football

Ketika Natal makin dekat dan tahun segera berganti yang baru, tidak terlihat kesibukan dan kegembiraan yang biasanya menandai dua hari festival itu. Tak ada waktu memikirkan Natal atau mempersiapkan tahun baru. Tanda-tanda perubahan besar melalui revolusi terasa makin nyata.

Beludru atau velvet, lembut dan menghangatkan. Indah dan anggun di pandangan. Namun, di balik keindahan dan kelembutan itu tersimpan kekuatan yang sangat dahsyat yang bisa meruntuhkan kekuasaan rezim otoritarian yang angkuh.

BACA JUGA: Spanyol

Revolusi Beludru atau Velvet Revolution yang digelorakan rakyat Cekoslowakia ini dicatat dengan tinta emas sejarah, menunjukkan bagaimana kekuatan rakyat bisa menggulingkan rezim tiran dengan cara elegan, tanpa kekerasan.

Revolusi ini membuktikan kekuatan sebuah gagasan yang sudah merasuk ke dalam jiwa rakyat.

Ketika rakyat ditindas, mereka seperti menyerah tidak berdaya, powerless. Rakyat seolah-olah tunduk terhadap kekuatan (power) penguasa yang despot. Namun, di balik rakyat yang powerless itu ternyata tersimpan power yang dahsyat yang bisa menggulung apa saja.

Itulah "the power of the powerless" kekuatan dari orang-orang yang tidak berkekuatan. Itulah yang disuarakan oleh Vaclav Havel, penulis, sastrawan, dan dramawan Cekoslowakia.

Ia menyuarakan perlawanan senyap dan berhasil menghimpun kekuatan para powerless dengan damai.

Revolusi Beludru terjadi sejak 17 November hingga 29 Desember 1989, didorong oleh ketidakpuasan terhadap partai tunggal yang berkuasa waktu itu, Partai Komunis Cekoslowakia.

Bagi rakyat Cekoslowakia, PKC tak mampu mengakomodasikan kepentingan orang banyak, korup, dan tiran. Selama minggu-minggu tuntutan demo adalah pergantian rezim harga mati.

PKC memang sudah terlalu lama berkuasa, sejak 25 Februari 1948. Kemenangan Uni Soviet dalam Perang Dunia II dan jatuhnya front timur memuluskan jalan rezim komunis ke puncak kekuasaan.

Sepanjang pemerintahan PKC, oposisi diberangus. Represi negara sangat keras. Yang tak sepakat dengan kekuasaan dicap musuh negara. Kehidupan Cekoslowakia jauh dari demokratis.

Keterbukaan yang minim, ketakutan di mana-mana, hak menyampaikan pendapat dibungkam. Otoritas negara berkuasa penuh atas segala hal, pendidikan, informasi, ekonomi, militer, sampai keamanan.

Namun, sejak pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev menggulirkan Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (pembenahan) pada 1985, pemerintahan jadi lebih luwes.

Pelan-pelan ide mengenai kebebasan dan keterbukaan merembes ke Cekoslowakia melalui tulisan-tulisan dan drama yang dipentaskan Vaclav Havel.

Rakyat mulai turun ke jalan-jalan di ibu kota Praha. Mereka terpengaruh oleh tulisan-tulisan itu. Vaclav Havel dianggap sebagai musuh negara dan ditangkap. Penangkapan pun terjadi di mana-mana untuk menghentikan meluasnya gerakan perlawanan.

Namun, rakyat tidak takut. Mereka malah lebih berani melawan.

Kondisi ekonomi yang makin melemah sejak akhir 1980-an dan konsumsi yang turun drastis memicu rakyat turun ke jalan, menuntut reformasi dan mempertanyakan sistem secara terbuka.

Puncaknya, pada tahun 1989, masyarakat Cekoslowakia menyerukan penghapusan sensor, menuntut pembebasan Vaclav Havel, serta reformasi total.

Dorongan untuk mempercepat revolusi juga datang dari negara-negara tetangga. Pada Agustus 1989, warga Jerman Timur yang tinggal di Cekoslowakia menduduki Kedutaan Jerman Barat di Praha dan menuntut penyatuan dengan Jerman Barat.

Ribuan warga Jerman Timur meninggalkan Praha menuju Jerman Barat dengan menggunakan kereta api. Tak lama setelah itu, pada 9 November dinding pemisah Jerman Barat dan Timur dirubuhkan.

Mahasiswa menjadi aktor penting bersama rakyat mengawal tiap perkembangan tanpa lelah.

Negosiasi, pembicaraan intens, menghitung korban yang berjatuhan jadi kegiatan sehari-hari. Usaha para demonstran menemui hasil.

Pakta Warsawa—kesepakatan pertahanan antarnegeri-negeri Blok Timur—akhirnya runtuh.

Partai Komunis Cekoslowakia terpaksa mengakomodasi sejumlah tuntutan demonstran. PKC sepakat menanggalkan kekuasaan dan menghapus sistem partai tunggal.

Presiden Gustav Husak mengundurkan diri dan menunjuk pemerintah non-komunis untuk kali pertama sejak 1948.

Pada Juni 1990, Cekoslowakia menyelenggarakan pemilihan umum pertamanya sejak 1948, dan Vaclav Havel terpilih menjadi presiden.

Ancaman utama pemerintahan Havel dalam membangun Cekoslowakia adalah stabilitas politik dan potensi gesekan antara dua entitas Ceko dan Slowakia. Usai rezim komunis dirubuhkan, konflik yang dulu terpendam mulai muncul kembali.

Di tengah euforia kebebasan pasca-komunis, pemerintahan Havel harus menghadapi kenyataan: Cekoslowakia cerai pada 1 Januari 1993.

Apabila penggulingan komunis disebut Revolusi Beludru, maka perpisahan antara Ceko dan Slowakia sering dinamai Perpisahan Beludru.

Beruntung, keputusan ini diambil secara damai. Banyak orang dari kedua negara meyakini perpisahan tersebut bukan langkah bijak. Walaupun tak bisa mengelak, tetapi masyarakat pantas berbangga. Revolusi beludru dan perpisahan beludru berlangsung tanpa tetesan darah.

Revolusi Beludru kali ini terjadi di Euro 2020. Tanpa kekerasan dan kucuran darah, pemain-pemain Republik Ceko mengejutkan Belanda yang lebih difavoritkan dalam pertandingan 16 Besar Senin (28/6) dini hari.

Revolusi Beludru Ceko berhasil menyingkirkan Total Football Belanda dengan skor bersih 2-0.

Banyak orang tidak menduga Ceko bisa menggulingkan Belanda di laga menegangkan di Puskas Arena, Budapest, Hungaria.

Revolusi Beludru mengejutkan banyak orang, sebagaimana revolusi itu mengejutkan dunia 20 tahun yang silam.

Kemenangan Republik Ceko mencengangkan karena hanya sedikit yang meyakini mereka bisa meraih kemenangan. Sebab lawannya adalah Belanda, juara Grup C yang berhasil menyapu bersih tiga pertandingan dengan kemenangan.

Belanda adalah kampiun total football yang kali ini difavoritkan akan bisa berbuat banyak.

Sepanjang babak pertama pasukan Belanda menebar ancaman. Pertahanan Republik Ceko benar-benar diuji oleh ketajaman Memphis Depay, Denzel Dumfries, dan kawan-kawan.

Bahkan pemain belakang Matthijs De Ligt pun ikut merangsek ke depan gawang Ceko dan menebar ancaman.

Pasukan Ceko pelan, tetapi pasti mulai mendapatkan kekuatan di babak kedua.

Dalam sebuah serangan balik, striker Ceko Patrik Schick memenangi duel bola dengan De Ligt.

Schick hampir lolos, dan De Ligt yang tahu gawangnya dalam bahaya berusaha menahan bola dengan tangan. Tak ayal wasit pun mengeluarkan kartu merah dan mengusirnya dari lapangan.

Schick adalah pembunuh berdarah dingin yang siap menusuk dengan serangan mematikan.

Belanda masih bisa memberikan perlawanan meski tampil dengan sepuluh orang. Namun, hanya tinggal menunggu waktu saja sampai Republik Ceko mencetak gol.

Thomas Holes membuat Ceko unggul 1-0 di menit ke-68. Lalu pada menit ke-80, Holes mengirim assist kepada Schick yang menyelesaikan tugas dengan tenang. Revolusi Beludru tuntas dengan dua gol tanpa balas.

Di babak perempat final Revolusi Beludru akan diadang oleh Dinamit Denmark. Sebuah drama yang sangat menegangkan akan tersaji di pentas Euro 2020. (*)



Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler