Reynaldi Saela Hakim, Penjaga Gawang Terbaik Danone Nations Cup 2014

Kebobolan Paling Sedikit, Dipuji Pelatih Klub Eropa

Jumat, 28 November 2014 – 07:18 WIB
Reynaldi (tengah) membawa plakat sebagai kiper terbaik DNC 2014 didampingi orang tuanya. Foto: M. Amjad/Jawa Pos

PRESTASI timnas di level senior memang belum bisa membanggakan masyarakat Indonesia. Namun, di level usia dini, Indonesia memiliki calon penjaga gawang masa depan yang terpilih sebagai penjaga gawang terbaik di ajang Danone Nations Cup (DNC) 2014 di Brasil, 12"17 November lalu.
 
MUHAMMAD AMJAD, Purwakarta
 

Mata Reynaldi Saela Hakim terlihat merah dan berkaca-kaca seperti habis menangis. Benar saja, saat dihampiri, bocah 12 tahun yang sedang dikerumuni beberapa tetangga itu mengaku tak bisa menyembunyikan kesedihannya setelah menonton Indonesia dihajar Filipina 4-0 di Piala AFF Selasa (25/11).

"Sedih, Bang, timnas kita kalah banyak," ujar bocah itu sembari menyeka air mata.

BACA JUGA: Kenangan Capt Sumarwoto Menjadi Test Pilot dalam First Flight N250

Wajar jika Rey -- panggilan Reynaldi Saela Hakim -- berduka karena tim kesayangannya yang diharapkan menjadi kampiun di AFF 2014 justru jadi bulan-bulanan timnas kesebelasan negara lain di Asia Tenggara.

Hal yang sama dia tunjukkan ketika tim Indonesia U-12 yang dibelanya gagal lolos ke semifinal Danone Nations Cup (DNC) 2014 setelah takluk oleh Cile 1-2 pada 15 November lalu.

BACA JUGA: Suasana Skuat Garuda setelah Dipermalukan Filipina

"Rasanya gimana, gitu. Sedih aja kalah, kan berarti enggak lolos," ucap Rey saat ditemui di rumahnya, Gang SMP 4, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang Timur, Selasa sore.

Meski begitu, Rey tetap bangga karena tim Indonesia U-12 yang digawanginya mampu memperbaiki prestasi dengan meraih peringkat ketujuh tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya, prestasi tim Indonesia berada di atas 10 besar.

BACA JUGA: Dosen Gizi UI Ciptakan Biskuit untuk Bantu Balita Gizi Buruk

Kebanggaan Rey bertambah lengkap setelah dirinya dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik dalam ajang yang diikuti tim-tim dari berbagai negara itu.

"Ini kayak mimpi saja. Saya belum pernah meraih (prestasi) seperti ini," ujarnya.

Boro-boro mendapat gelar pribadi, lolos seleksi di tingkat nasional pun masih angan-angan. Karena itu, sukses Rey bersama tim U-12 hingga ke Negeri Samba sungguh di luar perkiraannya.

Cerita terpilihnya Rey sebagai penjaga gawang tim Asad 313 Purwakarta, juara DNC Nasional 2014, pun serba kebetulan. Sebab, dia sejatinya bukan putra asli Kabupaten Purwakarta. Rumahnya di Karawang Timur, Kabupaten Karawang.  Sedangkan sekolahnya di SDN Anggadita, Klari, Karawang Timur.

Namun, cerita dari mulut pelatih ke pelatih lain di Karawang membuat pencari bakat tim SSB Asad 313 memantaunya di sebuah turnamen usia dini. Dari situ, Rey ditemukan.

"Saya dulu sering ikut turnamen, tapi yang ngajak tim di Karawang. Mungkin saya dilihat waktu main di turnamen itu," ucapnya.

Setelah diizinkan orang tuanya, bocah kelahiran 31 Maret 2002 itu tidak membuang kesempatan dan langsung menjalani seleksi mulai Januari lalu.
Hebatnya, dia selalu lebih hebat bila dibandingkan dengan peserta seleksi yang lain. Rey mampu menyisihkan delapan penjaga gawang yang lain dan akhirnya ditetapkan sebagai kiper utama tim SSB Asad 313 Purwakarta.

Dengan tinggi 166 cm, bocah 12 tahun itu mampu menampilkan performa apik di bawah mistar. Apalagi, di kampungnya dia juga kerap menjadi penjaga gawang dalam pertandingan yang diikuti pemain dewasa.

"Sudah biasa gawang besar, sudah biasa ikut turnamen. Jadi tidak kaget diseleksi," ucapnya polos.   

Sang ayah, Saepul Hakim, mebenarkan proses seleksi yang diceritakan Rey itu. Anaknya tiba-tiba diminta oleh salah seorang pelatih SSB Asad 313 untuk mengikuti seleksi penjaga gawang tim yang bakal turun di DNC Indonesia 2014.

"Alhamdulillah, dia terpilih. Bahkan, sampai bisa ke Brasil. Saya bangga sekali dengan Rey," ujar lelaki yang akrab disapa Bob itu dengan mata berkaca-kaca.

Yang membuat Bob kagum karena Rey bisa bermain bagus di dua posisi, bek dan penjaga gawang. Menurut dia, sejak berusia lima tahun, Rey sering bermain bola di lapangan desa. Saat berusia 10 tahun, dia mulai bermain dengan teman-temannya yang sudah remaja. Biasanya, dia di posisi bek karena posturnya yang bongsor.

"Sewaktu disuruh menjadi kiper, ternyata Rey bisa. Refleksnya bagus dan berani menghadapi bola lawan. Akhirnya dia dipasang menjadi kiper terus. Dia pernah membela tim lokal, misanya Karawang FC, Karawang United, dan Kancil Mas, di turnamen-turnamen antar-SSB," papar Bob.

Setelah Rey terpilih menjadi kiper SSB Asad 313, Bob punya tanggung jawab untuk mengantar anaknya itu setiap sore ke lapangan Armed, Sadang, Purwakarta. Padahal, jaraknya cukup jauh, sekitar 30 km dari rumah di Karawang.

"Waktu itu yang menjadi pikiran cuma uang bensin karena paling tidak mengeluarkan Rp 25 ribu sekali antar. Beruntung, pengurus tim memahami itu sehingga sering memberi saya uang ganti bensin," jelas pekerja serabutan dengan honor pas-pasan untuk makan keluarga itu.

Nah, buah kesabaran dan kerja keras Rey terbayar. Dalam DNC di Brasil, gawang Rey "hanya" kebobolan enam kali dalam tujuh pertandingan yang dilakoni hingga perempat final. Tiga gol saat Indonesia kalah oleh Rumania 1-3, dua gol saat kalah 1-2 melawan Chile, dan satu gol ketika takluk kepada Meksiko.

Jumlah itu termasuk paling sedikit jika dibandingkan dengan kontestan yang lain. Menurut bocah yang mengidolakan penjaga gawang timnas Jerman Manuel Neuer tersebut, pernah ada pelatih dari tim DNC Eropa yang berbicara dengan pelatih tim DNC Indonesia Jacksen F. Tiago dan manajer tim DNC Indonesia M. Anugrah Edy.

"Saya tidak tahu yang diomongin coach dengan  pelatih Eropa itu. Tapi, Coach Jacksen bilang, pelatih dari Eropa itu memuji saya. Katanya, dia senang dengan penampilan saya," tuturnya.

Tidak hanya dari tim Eropa, pelatih dari Jepang juga memberikan dua jempol untuk penampilan Rey.

"Ya, benar. Ada pelatih klub Eropa yang tanya (tentang Rey). Saya lupa namanya. Tapi, bukan cuma satu klub yang mau karena di sana banyak pemandu bakat untuk klub-klub Eropa yang mencari bibit unggul. Rey, tampaknya, termasuk yang dilirik. Dia memang bagus mainnya," kata Anugrah Edy.

Anugrah berharap, Rey bisa mengembangkan performanya dan tidak perlu ragu menerima tawaran dari klub luar negeri jika ada yang menawari untuk bergabung.
"Ada memang yang bilang tertarik. Tapi, mereka minta diam-diam, minta silent dulu hingga deal," tandasnya.

Rey sendiri merasa jalan menjadi pemain profesional mulai terbuka. Itu terjadi setelah dia bergabung dengan SSB Asad 313 Purwakarta. Setiap hari makanan, kesehatan, hingga latihan fisik benar-benar diperhatikan. Dia juga mendapat pelatih khusus penjaga gawang.

Satu targetnya saat ini ialah menurunkan berat badan hingga 10 kg. Sebab, dengan tinggi 166 cm dan berat 65 kg, postur tubuh Rey belum ideal sebagai pemain bola.

"Alhamdulillah, sudah turun tiga kilogram. Kurang tujuh kilogram," tuturnya.

Apa yang dia lakukan untuk menurunkan berat badan? Pendukung Persib Bandung itu mengatakan mulai mengurangi makan nasi putih. Sepulang dari Brasil 19 November lalu, dia lebih banyak mengonsumsi nasi merah.

"Kalau dulu makan nasi bisa dua piring lebih, sekarang cuma sepiring. Kadang juga makan nasi merah," ungkapnya.  

Rey bersama SSB Asad 313 Purwakarta kini bersiap untuk mengikuti invitasi sepak bola anak-anak di Portugal pada April mendatang. Dia berharap bisa tampil lebih bagus lagi sehingga bisa menarik perhatian para pencari bakat klub-klub di Eropa.

"Kalau saya diambil tim luar negeri,  kata bapak saya, jangan memikirkan uang (kontrak) dulu. Yang penting bisa main di luar negeri dulu," terang bocah kelas VII SMPN 4 Klari, Karawang Timur, itu. (*/c4/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratu Tisha Destria, Alumnus FIFA Master 2013 dan Co-Founder LabBola


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler