jpnn.com, JAKARTA - Rencana pemerintah mendatangkan Grup SNSD asal Korea untuk memeriahkan Hari Proklamasi mengundang tanya sejumlah kalangan.
"Anggaplah benar bahwa SNSD dilahirkan lewat keuletan dan kedisiplinannya, tapi apakah para penggemar KPop sungguh-sungguh menyukai grup-grup Korea dikarenakan dua alasan itu? Lebih gamblang lagi; apakah keuletan dan kedisiplinan adalah tabiat yang para fan lihat dan panuti ketika menonton idola mereka itu?" ujar pengurus di Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel, Sabtu (29/7).
BACA JUGA: Duh, Yuri SNSD Cedera Saat Manggung di Jepang
Reza menyebutkan, Levi Reyes alias Jonginationss (KkamJongin) dalam tulisannya yang berjudul "How do kpop influences Teenage?" merangkum bagaimana KPop memengaruhi anak-anak muda. Di antaranya serbaneka warna dan kostum memikat mata, lirik yang unik, betapa pun tidak dipahami oleh audiens non-Korea. Selain itu artis KPop juga pemain Koreanovela (sinetron Negeri Ginseng). Bodi menjadi jaminan 'mutu'. Di samping gerak tari nan heboh.
"Lebih ilmiah, tahun 2009, pengamat musik Korea menyebut, sukses KPop merupakan efek drama Korea. Riset di Korea menyimpulkan bahwa popularitas KPop diperkuat oleh sentimen anti-Jepang, dukungan pemerintah Korea, dan koreografi yang menawan (Cho, 2005)," paparnya.
BACA JUGA: Kangen 2AM? Pernyataan Jo Kwon Ini Mungkin Bisa Bikin Tersenyum
KPop juga sukses karena menghadirkan sebuah genre musik yang bergetaran dan berkilauan (huruf Korea, 2010). Kemiripan budaya Asia juga merupakan penyebab lain (Cai, 2008). Di Hong Kong, KPop meraup keuntungan dari musik lokal yang stagnan.
"Jadi benarkah keuletan dan kedisiplinan yang bakal menjadi muatan positif dalam pentas KPop bagi pemirsa khususnya remaja Indonesia?" kritiknya.
BACA JUGA: Personel Twice Ini Disebut K-Pop Idol Tercantik, Setuju?
Reza melanjutkan, butir ketiga Trisakti menyebutkan berkepribadian di lapangan kebudayaan. Nah, apakah fitur-fitur superfisial KPop seperti tertulis di atas yang akan disemikan sebagai kepribadian kita. "Utopis agaknya. Lha wong, The Beatles dan Koes Bersaudara saja dipandang sebagai kontrarevolusi akibat penampilan luar mereka. Awas, Bung Karno bisa tiba-tiba bangkit lalu menjerit, "Saudara-saudara, revolusi belum selesai!!!!"," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Psikolog: Pak Jokowi, Jangan Suruh Anak-anak Belajar Terus
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad