jpnn.com, JAKARTA - Konsultan Yayasan Lentera Anak Reza Indragiri menyinggung nasib anak-anak Pulau Rempang Batam, Kepulauan Riau (Kepri) yang menurut rekomendasi Komnas HAM masuk kategori rentan.
Komnas HAM dalam rekomendasinya terkait konflik di Pulau Rempang menilai masalah kejiwaan dan perilaku yang dialami anak diakibatkan oleh kekerasan.
BACA JUGA: Tokoh Laskar Umat Islam Surakarta Imbau Konflik Rempang Diselesaikan Lewat Musyawarah
"Komnas HAM betul, tetapi derita psikologis juga sangat mungkin disebabkan oleh pemindahan itu sendiri, apalagi karena sejak awal anak-anak melihat bahwa ini adalah pemaksaan relokasi," kata Reza.
Sarjana psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu lebih sedih lagi melihat kenyataan bahwa risiko yang dialami anak-anak Pulau Rempang luput dari perhatian pemerintah.
BACA JUGA: Analisis Reza Indragiri soal Pengawal Kapolda Kaltara Tewas di Rumah Dinas
Hal itu menurutnya terlihat dari sikap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hanya mengutus Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia ke Pulau Rempang.
"Menyedihkan, pemerintah tutup mata terhadap risiko nyata itu. Terbukti, pemerintah hanya mengutus Menteri Bahlil untuk 'meneduhkan suasana'. Dan, Menteri Bahlil tentu cuma fokus pada sisi investasi," ucap Reza.
BACA JUGA: 8 Rekomendasi Komnas HAM soal Kasus Rempang, Singgung Penggusuran Paksa
Dia menyayangkan karena Presiden Jokowi justru tidak mengirim menteri yang berurusan warga Melayu Rempang, antara lain Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Mendikbudristek, dan Menko PMK.
"Inilah potret pemerintah yang memang tidak cukup ngeh bahwa anak-anak Rempang berhadapan dengan risiko trauma, depresi, kegagalan akademis, kendala bersosialisasi, dan konsekuensi buruk jangka panjang lainnya akibat dipaksa angkat kaki dari kampung halaman mereka," tutur Reza.
Pria yang juga pakar psikologi forensik itu menilai penderitaan berganda dapat dialami oleh anak-anak yang orang tua mereka berurusan dengan otoritas penegakan hukum.
Menurut Reza, perbuatan para lelaki dewasa itu pada hakekatnya merupakan satu-satunya cara yang tersisa dari masyarakat asli untuk mempertahankan tanah negeri dan harga diri mereka.
"Juga luapan perasaan putus asa karena DPR dan DPRD tak bersuara menjaga masyarakat yang mereka wakili. Lelaki dewasa Rempang itu bukan penjarah, penikmat huru-hara, atau penjahat yang mencari keuntungan instrumental rendahan," ujarnya.
Dalam kemelut itu, lanjut Reza, anak-anak menyaksikan bagaimana penguasa memaksa ayah mereka untuk setengah telanjang, berjongkok, lalu diarak, dan bentuk-bentuk penanganan intimidatif bahkan nirmanusiawi lainnya.
"Visual sedemikian rupa melukai batin, dan tak mungkin anak-anak Rempang tenang-tenang saja melihat kehina-dinaan ditimpakan ke ayah mereka," kata Reza.
Hal lainnya yang menjadi sorotannya adalah terkait adanya rumor bakal dibangun pusat perjudian di Pulau Rempang Batam.
"Satu lagi. Risau saya menyimak bahwa pusat judi pun dikabarkan akan dibangun di Rempang. Entah betul entah tidak, tetapi mana kementerian dan lembaga negara yang berpikir sampai ke sana?" ujar Reza Indragiri.(fat/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Brigadir H Pengawal Kapolda Kaltara Tewas Tertembak di Dada, Tembus ke Jantung
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam