DAMASKUS - Krisis Syria yang sudah berlangsung selama dua tahun belum menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir. Bahkan, konflik yang mulai meletus pada 15 Maret 2011 itu kian sengit. Berbagai cara digunakan untuk menghancurkan lawan. Temuan baru menyebutkan bahwa penggunaan bom kluster atau bom tandan (bom yang biasa melepaskan banyak bom lain yang lebih kecil di area lebih luas) belakangan makin meningkat di Syria.
Human Rights Watch (HRW) pun mulai mencemaskan penggunaan bom kluster itu. Mereka membeberkan bahwa pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad acap menjatuhkan bom kluster itu dari udara.
"(Rezim di) Syria justru meningkatkan penggunaan bom kluster yang dilarang. Warga sipil pun harus membayarnya dengan nyawa dan anggota tubuh mereka,’’ ungkap Steve Goose, direktur divisi senjata HRW, dalam keterangannya, Sabtu (16/3).
Sejauh ini, HRW telah mengidentifikasi sekitar 119 lokasi tempat rezim Assad menggunakan senjata mematikan yang juga disebut sebagai bom curah tersebut. Menurut Goose, 119 tempat yang menjadi sasaran bom kluster itu tersebar di seluruh penjuru Syria.
Selama enam bulan terakhir, pasukan Assad menjatuhkan sedikitnya 156 bom kluster. Termasuk, dua serangan mematikan dalam kurun dua pekan yang merenggut 11 nyawa warga sipil dan melukai sekitar 27 lainnya.
Dalam pernyataannya, Goose menegaskan bahwa korban akibat bom kluster masih akan bertambah. Sebab, begitu ditembakkan pada target, bom kluster juga memuntahkan bom-bom kecil yang tidak akan meledak jika tidak terpicu. "Bom-bom kecil ini bisa bertahan lama pada metode siaga dan meledak sewaktu-waktu begitu terpicu," paparnya.
Goose menambahkan, bom-bom kecil itu tetap memiliki daya ledak yang sama kuat dengan bom utama meskipun telah "tidur" selama beberapa waktu. Karena itu, HRW khawatir bahwa bom-bom kecil dari bom kluster yang telah dilepaskan militer Assad beberapa waktu lalu akan kembali menelan korban jiwa. "Akan semakin banyak warga sipil yang menjadi korban akibat penggunaan bom kluster ini," ungkapnya.
HRW memastikan data yang mereka himpun selama ini cukup valid. Selain menganalisis video amatir kiriman para aktivis oposisi Syria yang juga banyak beredar di internet, organisasi HAM yang berkantor di Kota New York, AS, itu juga menghimpun langsung di lapangan. Bahkan, HRW memiliki tim khusus yang melakukan investigasi di lokasi kejadian.
Sejauh ini, HRW baru bisa membuktikan penggunaan bom kluster oleh pasukan Assad. Meskipun oposisi juga dikabarkan menggunakan bom yang sama, HRW mengaku belum punya dokumentasi valid tentang laporan tersebut. Konon, oposisi Syria mendapatkan pasokan senjata-senjata canggih, termasuk bom kluster, dari negara-negara Eropa dan Arab yang menentang rezim Assad.
Tidak hanya mengecam penggunaan bom kluster di Syria, HRW mengimbau supaya negara-negara yang bergabung dalam Konvensi Senjata Kluster (CCM) berperan aktif dalam menghentikan aksi nekat rezim Assad. "Semua negara yang meneken perjanjian anti-bom kluster wajib mengangkat suara dan mengecam kebijakan Syria tersebut. Sayangnya, sampai saat ini, tidak banyak negara anggota yang mengambil tindakan," sesal Goose.
Oktober lalu, pemerintahan Assad membantah tuduhan bahwa mereka memiliki bom kluster. Melalui Kantor Berita Arab, presiden 47 tahun itu menyebut pemberitaan media selama ini tidak benar.
"Militer Syria tidak memiliki bom seperti yang dimaksud. Ini hanyalah rekayasa media untuk mengalihkan perhatian publik dari aksi keji teroris di Syria," tepis pemerintahan Assad dalam pernyataan secara tertulis. (AP/AFP/CNN/hep/dwi)
Human Rights Watch (HRW) pun mulai mencemaskan penggunaan bom kluster itu. Mereka membeberkan bahwa pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad acap menjatuhkan bom kluster itu dari udara.
"(Rezim di) Syria justru meningkatkan penggunaan bom kluster yang dilarang. Warga sipil pun harus membayarnya dengan nyawa dan anggota tubuh mereka,’’ ungkap Steve Goose, direktur divisi senjata HRW, dalam keterangannya, Sabtu (16/3).
Sejauh ini, HRW telah mengidentifikasi sekitar 119 lokasi tempat rezim Assad menggunakan senjata mematikan yang juga disebut sebagai bom curah tersebut. Menurut Goose, 119 tempat yang menjadi sasaran bom kluster itu tersebar di seluruh penjuru Syria.
Selama enam bulan terakhir, pasukan Assad menjatuhkan sedikitnya 156 bom kluster. Termasuk, dua serangan mematikan dalam kurun dua pekan yang merenggut 11 nyawa warga sipil dan melukai sekitar 27 lainnya.
Dalam pernyataannya, Goose menegaskan bahwa korban akibat bom kluster masih akan bertambah. Sebab, begitu ditembakkan pada target, bom kluster juga memuntahkan bom-bom kecil yang tidak akan meledak jika tidak terpicu. "Bom-bom kecil ini bisa bertahan lama pada metode siaga dan meledak sewaktu-waktu begitu terpicu," paparnya.
Goose menambahkan, bom-bom kecil itu tetap memiliki daya ledak yang sama kuat dengan bom utama meskipun telah "tidur" selama beberapa waktu. Karena itu, HRW khawatir bahwa bom-bom kecil dari bom kluster yang telah dilepaskan militer Assad beberapa waktu lalu akan kembali menelan korban jiwa. "Akan semakin banyak warga sipil yang menjadi korban akibat penggunaan bom kluster ini," ungkapnya.
HRW memastikan data yang mereka himpun selama ini cukup valid. Selain menganalisis video amatir kiriman para aktivis oposisi Syria yang juga banyak beredar di internet, organisasi HAM yang berkantor di Kota New York, AS, itu juga menghimpun langsung di lapangan. Bahkan, HRW memiliki tim khusus yang melakukan investigasi di lokasi kejadian.
Sejauh ini, HRW baru bisa membuktikan penggunaan bom kluster oleh pasukan Assad. Meskipun oposisi juga dikabarkan menggunakan bom yang sama, HRW mengaku belum punya dokumentasi valid tentang laporan tersebut. Konon, oposisi Syria mendapatkan pasokan senjata-senjata canggih, termasuk bom kluster, dari negara-negara Eropa dan Arab yang menentang rezim Assad.
Tidak hanya mengecam penggunaan bom kluster di Syria, HRW mengimbau supaya negara-negara yang bergabung dalam Konvensi Senjata Kluster (CCM) berperan aktif dalam menghentikan aksi nekat rezim Assad. "Semua negara yang meneken perjanjian anti-bom kluster wajib mengangkat suara dan mengecam kebijakan Syria tersebut. Sayangnya, sampai saat ini, tidak banyak negara anggota yang mengambil tindakan," sesal Goose.
Oktober lalu, pemerintahan Assad membantah tuduhan bahwa mereka memiliki bom kluster. Melalui Kantor Berita Arab, presiden 47 tahun itu menyebut pemberitaan media selama ini tidak benar.
"Militer Syria tidak memiliki bom seperti yang dimaksud. Ini hanyalah rekayasa media untuk mengalihkan perhatian publik dari aksi keji teroris di Syria," tepis pemerintahan Assad dalam pernyataan secara tertulis. (AP/AFP/CNN/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenazah Chavez Batal Diawetkan
Redaktur : Tim Redaksi