Rezim Erdogan, 864 Bayi Dipenjarakan di Turki

Minggu, 29 September 2019 – 21:40 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

jpnn.com - Pemerintahan Turki yang dipimpin Recep Recep Tayyip Erdogan dinilai telah menghancurkan demokrasi, dan melanggar HAM dengan berbagai hal yang sebenarnya tak masuk akal, karena banyak dari warga sipil, akademisi, jurnalis, aktivis yang dipenjarakan karena telah berani mengkritik pemerintah.

Dilansir dari UA24/news, yang paling memprihatinkan adalah 20 ribu ibu rumah tangga bersama dengan lebih dari 864 bayi telah dipenjarakan. Bahkan disebutkan, ada bayi yang baru dilahirkan dan dibawa ke penjara bersama dengan ibunya. Ketika mencapai usia 3 atau 4 tahun, bayi-bayi itu juga dibawa ke pengadilan untuk kelanjutan si

BACA JUGA: Rezim Erdogan Tangkap 300 Warga Atas Tuduhan Menyebarkan Virus Gulen

Semua kejadian tersebut, kini sedang diprotes di berbagai negara, seperti Amerika dan Eropa. Perhimpunan Advocates of Slenced Turki, organisasi nirlaba hak asasi manusia yang bekerja untuk hak-hak orang yang dianiaya di Turki sampai hak asasi manusia univerdal, dan pemerintahan demokratis didirikan dan dipertahankan sebagai prioritas utama Republic Turki.

Saat ini, perhimpunan tersebut menyelenggarakan inisiatif baru untuk membebaskan ibu rumah tangga dan bayi-bayi yang dipenjara. Tujuannya untuk meningkatkan dan menyebarkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia di Turki.

BACA JUGA: Rezim Erdogan Kembali Tangkapi Rakyat Sendiri

Sepanjang 20-27 September, perhimpunan ini berencana  mengadakan serangkaian acara di kota-kota Amerika Serikat dan Eropa. Pada 20 September protes diadakan di Manhattan dan D.C untuk menarik perhatian atas 864 bayi yang sedang di penjara di Turki.

Warga Turki atau warga setempat yang tinggal di Amerika dan berbagai negara di Eropa memprotes Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pemerintahan Turki dengan menempel dan menulis foto bayi. Mereka mendatangi tempat-tempat favorit. Bahkan di New York dan di Washington menyuarakan kebebasan bayi-bayi yang sedang dipenjara.

BACA JUGA: Inikah Awal Kejatuhan Rezim Erdogan?

“Pemerintah di bawah Presiden Erdogan telah menghajar ratusan ribu orang pengkritik dari berbagai kelompok, terutama gerakan Gulen Movement yang damai,” ujar Mahmud Mohamadi, Jurnalis Senior International Portal Center.

Bahkan, para aktivis lingkungan, jurnalis, akademisi, kurdi, alavi, non muslim dan beberapa kelompok muslim Sunni yang telah mengkritik tindakan Erdogan yang memiliki andil besar dalam konsekuensi dari agenda politik, dihancurkan kehidupannya melalui pemecatan, penyitaan, pemenjaraan dan penyiksaan.                

Sedangkan Erdogan yang dianggap pahlawan umat Islam tapi sisi baliknya justru rajin berhubungan baik dengan ISIS. Hal itu terbukti dengan berbagai catatan yang disajikan oleh media Amerika, New York Post.

“Mengapa media tidak mengungkapkan hubungan Presiden Turki Erdogan dengan ISIS?” kata penulis politik dan aktivis dari Amerika, Kenneth R. Timmerman.

Selama kunjungannya di New York 2017, Erdogan bertemu dengan perwakilan baru AS, Ilhan Omar (D-MN). Juli lalu, para pemimpin media yang dikelola pemerintah meminta orang-orang Turki di seluruh dunia untuk menyumbang kampanye pemilihan ulangnya yang illegal karena mereka bukan warga negara AS atau pemegang kartu hijau.

Tetapi yang paling mengganggu orang Amerika tentang Erdogan bukanlah upayanya untuk mempengaruhi Kongres. Catatan buruknya sebagai pemenjara jurnalis, perang genosida terhadap Suku Kurdi, atau bahkan masjid senilai $ 100 juta yang ia bangun di Lanham, Maryland.

Ini komitmen Erdogan terhadap jihad global, hususnya untuk teroris ISIS. Sejak 2012, dinas intelijen Turki, MIT di bawah arahan Erdogan, telah menyediakan sumber daya dan bantuan materi bagi ISIS.

Sementara pejabat Bea Cukai Turki menutup mata terhadap rekrutan ISIS yang mengalir melintasi perbatasan Turki ke Suriah dan Irak. "Intelijen Turki tahu segalanya," seorang pejuang ISIS yang ditangkap mengatakan kepada para penculik Kurdi baru-baru ini.

Bantuan Turki untuk ISIS dimulai tepat di atas. Pada 2016, Wikileaks menerbitkan arsip 58.000 email yang mendokumentasikan keterlibatan menantu Erdogan, Berat Albayrak, dalam membantu ISIS memasarkan minyak yang dicuri dari Suriah dan Irak. Sampai publikasi email, Albayrak telah membantah keterlibatan dalam perdagangan minyak ilegal.

Sümeyye Erdogan, putri presiden Turki, dilaporkan mendirikan seluruh korps medis, termasuk rumah sakit untuk merawat pejuang ISIS yang terluka di Sanlurfa, sebuah kota di Turki Tenggara yang dekat dengan perbatasan Suriah.

ISIS mengevakuasi para pejuang yang terluka parah melintasi perbatasan ke Sanliurfa dengan truk-truk tentara Turki tanpa menjalani pemeriksaan pabean. Bukti dukungan langsung, pribadi, dan kelembagaan Erdogan untuk ISIS dan kelompok-kelompok jihad terkait begitu luas, sehingga tak heran jika media Amerika tidak menyorotinya.

Minggu ini kelompok baru, Proyek Penelitian Turki-ISIS, mensponsori bus-billboard untuk mengelilingi Big Apple. Pesannya jelas: "Erdogan, Biang keladi teroris Jihad, tidak diterima di Amerika Serikat." (mg7/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler