RI Cari Sapi yang Lebih Murah Dibanding Australia

Jumat, 17 Juli 2015 – 09:39 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah akan membuka kesempatan impor sapi dari India. Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan, kebijakan itu diambil lantaran impor sapi dari India lebih murah daripada dari Australia.

"Biaya produksi kita dari waktu ke waktu meningkat sehingga akan berdampak pada harga di pasar. Tentu nanti juga berdampak pada inflasi. Bisa saja kami akan mempelajari India. Bisa juga mempelajari negara lain. Yang jelas, kami berupaya menurunkan biaya produksi tersebut,'' ujarnya.

BACA JUGA: PLN Akan Sisir Kos-Kosan dan Apartemen

Rachmat mengungkapkan, opsi impor dari negara yang harga sapinya lebih murah tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Kini pemerintah memikirkan upaya untuk menekan biaya-biaya tersebut agar konsumen tidak terbebani. Selain dari India, pemerintah membuka opsi impor sapi dari negara lain yang harganya lebih murah.

"Kebutuhan impor sapi hidup Indonesia mencapai 750 ribu ekor per tahun. Tapi, itu mungkin ada peningkatan juga," tuturnya.

BACA JUGA: Kemenhub Berencana Ambil Alih Bandara Silangit

Namun, dia menegaskan, kuota impor sapi diharapkan tidak membuat stok dalam negeri berlebihan dan harus memperhatikan peternak dalam negeri. "Jangan seolah-olah tidak memperhatikan peternak lokal. Makanya, kami dorong berapa besar sebetulnya sehingga mengambil keputusan impor bisa tepat," tuturnya.

Sebelumnya dikabarkan, pemerintah RI membatasi izin impor ternak sapi hidup menjadi 50 ribu ekor pada kuartal ketiga tahun ini. Kabar tersebut sempat membuat eksporter sapi hidup asal Australia gigit jari lantaran mereka telah mengalokasikan 200 ribu ternak sapi hidup seperti permintaan importer.

BACA JUGA: Perbanyak Kawasan Industri Generasi Ketiga untuk Ciptakan Pusat Pertumbuhan Baru

Hal tersebut juga dibantah Rachmat. Dia menjelaskan, pemerintah sangat mungkin menambah kuota impor sapi dari Australia dengan tetap memperhatikan stok serta kebutuhan dalam negeri. 

"Kebijakan impor sapi dari Australia itu kebijakan terakhir. Kami harus evaluasi berapa stok di dalam negeri. Sebanyak 50 ribu ekor itu yang dikeluarkan tahap pertama sekarang ini, namun tidak berarti dibatasi," tuturnya.

Dia juga menegaskan, tidak ada batasan soal jumlah sapi yang diimpor. Apakah 50 ribu ekor, 200 ribu ekor, atau bahkan 250 ribu ekor. Yang terpenting, lanjut dia, pemerintah harus mengevaluasi atau mencocokkan stok sapi di dalam negeri dengan kebutuhan sehingga ada kepastian kuota impor sapi hidup.

"Mungkin saja kuota kuartal III ditambah lagi. Tidak berarti harus 50 ribu ekor. Tapi, kan harus dievaluasi dulu berapa kebutuhan dan stok di sini,'' paparnya.

Ketika impor akan dilakukan, lanjut dia, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sapi lokal Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak bisa dijual karena tidak ada pasar. ''Kita punya sapi berlebihan di sini, tapi kok harganya naik ya?'' tuturnya. (dee/dim/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunung Raung Paksa Kemenhub Perpanjang Penutupan Empat Bandara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler