jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Golkar di DPR Muhamad Sarmuji menyebut Indonesia tidak bisa mengandalkan kapasitas fiskal demi mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen.
"Demi menggenjot kinerja pertumbuhan ekonomi, bila mengandalkan kapasitas fiskal, akan menjadi sangat sulit dicapai," kata dia dalam diskusi berseri Fraksi Partai Golkar bertema Mencari Cara Ekonomi Tumbuh Tinggi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11).
BACA JUGA: Simak, Penjelasan Ketua Badan Anggaran DPR Tentang Kebijakan Fiskal dan Postur APBN 2025
Menurutnya, ruang fiskal Indonesia sangat terbatas, karena alokasi biaya rutin seperti subsidi hingga mandatory spending untuk pendidikan serta bunga utang.
Toh, kata Sarmuji, pendapatan negara dalam satu dekade terakhir hanya bisa tercapai atau terlampaui dari target ketika harga komoditi global meningkat.
BACA JUGA: Banggar DPR Tanggapi Usulan Prioritas Kebijakan Fiskal 2025
Hal ini menandakan bahwa penerimaan pajak tidak cukup untuk menopang belanja negara yang membutuhkan likuiditas sangat besar.
"Dengan demikian, bauran kebijakan nonfiskal sangat dibutuhkan, salah satunya melalui kebijakan moneter yang tepat tanpa mengorbankan independensi BI sebagai Bank Sentral," ungkapnya.
BACA JUGA: SCG Dorong Green Growth, Integrasi Pertumbuhan Ekonomi dan Keberlanjutan Lingkungan
Sarmuji melanjutkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang pernah diterapkan sebelumnya pada masa emas ekonomi Indonesia era 1988-1995 perlu diimplementasikan kembali dengan menjaga prinsip kehati-hatian.
Dia mengatakan KLBI bisa diarahkan secara disiplin pada sektor-sektor utama penggerak pertumbuhan ekonomi padat karya, bisa menjadi instrumen moneter signifikan.
"Hal ini merupakan wujud dari implementasi UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang P2SK yang menyebutkan salah satu tugas BI adalah mengelola likuiditas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," katanya.
Fraksi Golkar, kata dia, mengusulkan tujuh fokus likuiditas demi membuat kebijakan moneter yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Beberapa di antaranya, yakni meningkatkan investasi, infrastruktur yang terintegrasi, ketahanan pangan dan energi, mendorong hilirisasi, mendongkrak sektor perumahan, peningkatan produktifitas sektor pertanian, serta meningkatkan industrialisasi di sektor manufaktur.
Menurutnya, produktivitas sektor-sektor tadi membutuhkan bantuan likuiditas besar dengan beban bunga di bawah ketentuan bank umum.
Dengan begitu, industri di sektor tadi memberikan harga yang kompetitif dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
"Khusus hilirisasi saat ini, program strategis ini belum mendapatkan dukungan pembiayaan dari perbankan dalam negeri, paadahal hilirisasi dapat menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Tanpa dukungan likuiditas memadai program hilirisasi hanya akan menjadi program yang terus dibicarakan, tetapi sulit untuk diimplementasikan," katanya. (ast/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Bandar Judol Setorkan Uang ke Oknum Komdigi
Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Aristo Setiawan