RI - Tiongkok Gelar Pameran Budaya Bersama

Senin, 25 April 2011 – 16:04 WIB
JAKARTA—Museum Nasional Indonesia yang berada dibawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bersama dengan Museum Nasional Guangxi, China menggelar pameran Museum Nasional 2011 di  JakartaSekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenbudpar, Wardiyatmo mengatakan, pameran yang  mengusung tema Color of Uniqueness digelar untuk memberikan informasi dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai beragamnya khasanah budaya bangsa Indonesia yang diperkaya oleh unsur-unsur budaya Tionghoa.

“Kami ingin memberikan gambaran kepada masyarakat umum, tentang sejarah masuknya bangsa China di wilayah nusantara

BACA JUGA: Kritik Kunker DPR, Dubes RI di Swiss Disalahkan

Bahkan, kami juga akan menjelaskan tentang peninggalan arkeologis dari masa prasejarah hingga masa klasik yang mengandung unsur – unsur budaya China di Indonesia,” ungkap Wardiyatmo di dalam acara pembukaan pameran Color of Uniqueness di Museum Nasional, Jakarta, Senin (25/4).

Wardiyatmo—mewakili Menbudpar karena berhalangan hadir tersebut menyebutkan, pameran yang akan berlangsung sejak 25 April – 31 Mei 2011 tersebut akan memamerkan sekitar 200 buah kolekso yang berasal dari Museum Nasional Indonesia (106 buah koleksi) dan Museum nasional Guangxi (92 buah koleksi) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan (2 buah koleksi).

“Kami juga akan memberikan penjelasan mengenai akulturasi China dalam budaya di Indonesia yang terdapat pada kain/tekstil tradisional Nusantara
Misalnya pada batik pesisir, seni kriya, arsitektur, seni ukir, seni pertunjukan dan keramik China, serta gambaran tentang unsure budaya China yang mewarnai kehidupan social masyarakat Indonesia,” tukasnya.

Lebih jauh Wardiyatmo menambahkan, secara khusus budaya Tionghoa sudah sangat kentara mewarnai budaya masyarkat Betawi yang dalam pergaulan sehari-hari banyak kata serapan yang berasal dari bahasa China dialek Fujian

BACA JUGA: Menpera Minta Pemda Ciptakan Ruang Terbuka Perkotaan

Contohnya gue/gua (saya), lu/elu (kamu), engkong (kakek), encek (panggilan pria China), centeng (tukang pukul bayaran), cabo (pelacur) dan kongkow (duduk sambil mengobrol santai)
Sementara itu, dalam transaksi jual beli khususnya di Jakarta ada kata-kata cepek (seratus), nopek (dua ratus), gopek (lima ratus), seceng(seribu), noceng( dua ribu), goceng (lima ribu) dan ceban (sepuluh ribu).

“Nah, dengan adanya kenyataan tersebut, maka pameran ini kami harapkan agar masyarakat dapat lebih menghayati perkembangan budaya bangsa dan keragamannya, dan juga menyadari bahwa dalam perkembangannya kebudayaan suatu bangsa akan mengalami akulturasi budaya

BACA JUGA: KY Jadwalkan Pemeriksaan Ahli Balistik dan IT

Sehingga budaya suatu bangsa semakin kata dan dapat meningkatkan apresiasi terhadap pelestarian budaya bendawi dam budaya non bendawi,” imbuhnya(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Busyro Muqoddas Didesak untuk Mundur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler