jpnn.com - PANTURA - Ribuan buruh yang tergabung dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) memblokir jalur Pantura di Kecamatan Patokbeusi, Sukamandi hingga Kecamatan Ciasem selama tiga jam, Senin (21/10). Aksi blokir jalan ini untuk menuntut UMK tahun 2014 sebesar Rp 2,2 juta.
Sejak pukul 08.00 WIB, ribuan buruh dari beberapa perusahaan yang ada di jalur Pantura turun konvoi ke jalan menggunakan ribuan kendaraan roda dua, puluhan bus dan truk sambil menyuarakan UMK tahun 2014. Mereka memblokir satu jalur arah Jakarta-Cirebon. Akibatnya, kemacetan panjang hingga 10 Km tidak bisa dihindarkan.
BACA JUGA: BPN Stop Terbitkan Sertifikat Tanah di Batam
Aksi blokir jalan tersebut diawali di perbatasan Kabupaten Karawang-Subang hingga ke kawasan Simpang Ciasem. Dengan pengawalan ketat petugas kepolisian, massa menggelar long march dengan menutup badan jalan Pantura hingga mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh.
Koordinator aksi buruh Pantura, Abuy mengatakan, buruh menuntut kenaikan upah minimum kabupaten (UMK) tahun 2014 sebesar Rp 2,2 juta dan penghapusan sistem kerja kontrak. "Pemerintah harus mendengarkan suara kami. Tahun 2014 upah di Kabupaten Subang harus menjadi layak. Kesejahteraan buruh merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi," kata Abuy dalam orasinya.
BACA JUGA: Berebut Nomor Tes, Pelamar CPNS Serbu BKD
Aksi blokir jalan dengan konvoi kendaraan dilakukan karena para buruh kecewa terhadap pemerintah yang tidak hadir ketika dihadapkan dengan masalah buruh. "Ini bentuk kekecewaan kami," tegas Abuy.
Selain itu, kata Abuy, para buruh juga menuntut penghapusan sistem kontrak dan sistem outsourching. Aksi blokir jalan ribuan buruh yang tergabung dengan FSPMI ini didukung karyawan pabrik garmen dan tekstil. Seusai menyampaikan tuntutannya, ribuan buruh Pantura dengan naik motor serta puluhan bus, melanjutkan aksinya menuju kantor bupati Subang melalui jalur alternatif Sukamandi-Purwadadi-Kalijati. Konvoi ribuan buruh hingga mencapai tiga kilometer panjangnya. Akibatnya, jalur alternatif Sukamandi-Purwadadi-Kalijati lumpuh total.
BACA JUGA: Putusan Sengketa Pilwako Gorontalo Tunggu Putusan MA
Sepanjang perjalanan menuju kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Subang, ribuan buruh FSPMI ini melakukan sweeping di tiap-tiap pabrik yang ada dikawasan Pantura hingga kawasan Purwadadi. Mereka melakukan sweeping di beberapa pabrik seperti PT Bunivantek Patokbeusi, PT SJ Mode Indonesia, PT Sitek Texpia Sukamandi, PT Pan Pacific Nesia Ciasem, PT Fungkook Indonesia One, PT Buma Purwadadi dan beberapa pabrik garmen lainnya yang ada dikawasan Purwadadi hingga Kalijati.
Saat melakukan sweeping, para buruh bahkan saling adu mulut dengan security pabrik. Bahkan para buruh memaksa masuk ke dalam pabrik tanpa bisa dihalau oleh pengamanan pabrik tersebut. Para buruh menuntut agar pihak pabrik mengizinkan karyawannya ikut berunjuk rasa.
Aksi sweeping juga sempat mengalami insiden di kawasan Purwadadi ketika ribuan buruh pengunjuk rasa merangsak masuk ke PT Buma Purwadadi. Sebab, perusahaan tersebut hingga pukul 10.30 WIB masih beroperasi dengan mempekerjakan ribuan buruhnya. Massa pun memaksa perusahaan untuk menghentikan produksi. Karena pintu gerbang yang tertutup rapat, massa sulit melakukan sweeping dan akibatnya ratusan buruh mengancam masuk dan merobohkan pagar.
Namun hal ini urung terjadi karena pekerja PT Buma Purwadadi yang mayoritas perempuan akhirnya keluar. Bahkan sebagian besar pekerjanya menangis karena kaget dengan banyaknya jumlah massa yang mengelilingi tempat mereka bekerja.
Dari hasil pantauan Pasundan Ekspres hingga kawasan Kalijati ada beberapa perusahaan yang tidak diliburkan dan tetap memperkerjakan karyawannya dengan menyewa puluhan pemuda dari LSM Gibas untuk menjaga pabrik tersebut. Guna menghindari yang tidak diinginkan ribuan buruh pun tidak melakukan sweeping kepada perusahaan-perusahaan yang dijaga oleh LSM Gibas tersebut.(hya/ygo/lsm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eks Wisma di Dolly jadi Tempat Pelayanan
Redaktur : Tim Redaksi