jpnn.com, BANDUNG - Jumlah kasus infeksi penularan Human Imunodificiency Virus (HIV) pada kelompok ibu rumah tangga (IRT) di Jawa Barat terus mengalami peningkatan.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Barat mencatat, berdasarkan data per 2005 sampai 2019, jumlah kumulatif kasus infeksi HIV kurang lebih 36.000, dan 10 persen di antaranya atau kurang lebih 3.600 dari kelompok IRT.
BACA JUGA: Ada ASN di Cianjur Terjangkit HIV/AIDS
“Kelompok ibu rumah tangga memang dari dulu angka (jumlah) kasus infeksi HIV-nya terus meningkat. Terbanyak kedua setelah kelompok remaja, sampai saat ini saja jumlah IRT yang terkena infeksi HIV sekitar 10 persen dari jumlah kumulatif,” kata Ketua Sekretariat KPA Jawa Barat Iman Teja Rachman di Bandung.
Menurut Iman, dari hasil penelitian di lapangan, faktor utama yang menyebabkan tren jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok IRT akibat perilaku suami yang suka 'jajan' di luar rumah. Selain itu, dipengaruhi juga oleh perubahan perilaku suami istri yang suka dan menganggap lumrah untuk melakukan hubungan intim bertiga.
BACA JUGA: Sudah Lebih dari Seribu Orang Tertular HIV AIDS di Kota Ini
“Saya pernah menangani kasus sepasang suami istri yang melakukan hubungan bertiga. Pasti tahu kan, video yang sempat viral itu. Ternyata (dari hasil analisa) di balik tindakan itu bukan hanya karena uang saja. Tetapi gaya hidup, sekadar mencari hiburan dan variasi dalam berhubungan intim, dan itu terjadi begitu saja,” kata Iman.
Perilaku hubungan bertiga tersebut, jelas Iman, tentu saja pasti ada yang beririsan. Misalkan orang yang ketiganya laki-laki, pasti selain melakukan dengan perempuannya juga dengan sang suami.
“Begitu sebaliknya, kalau yang ketiganya perempuan pasti selain berhubungan dengan laki-lakinya pasti dengan perempuannya juga. Dan jelas perilaku ini sangat berisiko terkena HIV atau AIDS,” katanya.
Saat ini, terang Iman, dari temuan banyaknya kasus infeksi HIV atau AIDS di kelompok IRT fakta menunjukkan adanya perubahan pandangan masyarakat yang mulai menganggap lumrah atau biasa berganta-ganti pasangan, termasuk melakukan hubungan yang menyimpang. Parahnya, ini pun terjadi kalangan remaja atau usia produktif.
“Kami melihat hal ini karena berganti-ganti pasangan, berhubungan menyimpang sudah tidak tabu lagi, dan ironisnya banyak terjadi juga di kalangan anak SMA,” terang dia.
Perubahan sosial ini kata Iman, diduga kuat karena pengaruh buruk dari media sosial yang mudah mengakses hal-hal yang buruk. Suka atau tidak, hal tersebut dapat mengubah pandangan seseorang.
“Oleh karena itu, melihat penyebab tersebut. Kami mendorong pemerintah untuk mendesain ulang sistem pendidikan. Harus lebih memperhatikan pada pendidikan akhlak, agama,” katanya. (tag)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti