BANYUWANGI – Perhelatan Festival Gandrung Sewu sukses digelar di Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (29/11). Pertunjukan kolosal ini melibatkan 1.200 penari yang berbusana warna dominan merah menyala. Perpaduan ribuan penari berbusana merah dengan semburat sinar matahari saat terbenam (sunset) di pinggir pantai benar-benar memanjakan mata.
"Acaranya sungguh memikat. Saya kagum Banyuwangi punya pariwisata event berkelanjutan yang bisa menarik minat wisatawan," ujar Putri Pariwisata Syarifah Fajri Mauilidiyah yang juga hadir di Banyuwangi.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan, Festival Gandrung Sewu sudah digelar untuk kali ketiga. Tari Gandrung sendiri adalah tari khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai "Warisan Budaya Takbenda" pada tahun lalu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah).
"Tahun ini, Festival Gandrung Sewu mengambil tema "Seblang Subuh" yang bermakna permohonan ampun kepada yang maha kuasa," ujarnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pariwisata budaya kini mulai menjadi tren yang cukup diminati selain wisata alam dan wisata buatan. Pariwisata budaya membuat orang ingin mencari tahu tentang seni-budaya di suatu daerah.
"Salah satu tren wisata yang semakin berkembang adalah pariwisata budaya. Pariwisata budaya adalah jenis pariwisata yang mengandalkan kebudayaan khas sebuah tempat. Mulai dari tradisi, kesenian, upacara, hingga kuliner, yang bisa memberikan pengalaman tentang keanekaragaman dan identitas dari sebuah masyarakat. Ini yang sedang kami garap di Banyuwangi," ujarnya.
Dia mencontohkan keberadaan Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, Batik Festival, Festival Kebo-Keboan, dan Festival Rujak Soto yang memotret secara lengkap tentang kebudayaan Banyuwangi.
"Pendekatan pariwisata budaya memberi titik tekan pada inisiatif lokal untuk diangkat ke skala nasional dan global, yang nantinya bisa berujung pada peningkatan pergerakan ekonomi rakyat berbasis seni-budaya," pungkas Anas yang merupakan alumnus Transformation Leadership Program di Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tersebut. (eri/mas)
BACA JUGA: Sakit Menahun, Pilih Akhiri Hidup
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentrok Antar Kampung di Lamteng, Warga 2 Dusun Takut Keluar Rumah
Redaktur : Tim Redaksi