jpnn.com, WONOSOBO - Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ribuan warganya pernah tertipu investasi bodong, dengan nilai kerugian mencapai ratusan miliar rupiah.
Menurutnya, peristiwa masa lalu patut menjadi pelajaran untuk masyarakat agar makin waspada.
BACA JUGA: Kiai Said Aqil Siradj Sampaikan Sikap Tegas PBNU Terhadap Palestina, Begini
Terutama terhadap tawaran-tawaran investasi menggiurkan dengan imbal hasil tinggi yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Sejarah investasi di Wonosobo sekitar 10 sampai 11 tahun silam ada ribuan nasabah Wonosobo mengalami kerugian cukup besar bahkan mencapai ratusan miliar rupiah," ujar Afif di Wonosobo, Kamis (14/10).
BACA JUGA: Ulama Besar yang Meniup Ubun-ubun Bung Karno Itu Semoga Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional
Afif menyampaikan hal tersebut pada webinar sekolah pasar modal bertema investasi sehat, aman, dan menguntungkan.
Menurut Afif, kerugian yang dialami warga Wonosobo ketika itu karena pemahaman perihal investasi di masyarakat masih minim dan instrumen investasinya juga belum mendapat jaminan keamanan.
BACA JUGA: LaNyalla Menyoroti Pernyataan Presiden Jokowi Soal Afganistan, Begini
"Melalui webinar ini, banyak hal yang akan disampaikan para narasumber dari lembaga-lebaga kredibel, sehingga saya meyakini materi-materi yang diterima para peserta benar-benar mampu membuka wawasan baru yang kelak akan sangat bermanfaat," katanya.
Sekitar 350 orang bergabung dalam webinar yang menghadirkan lima narasumber dari OJK Regional 3 Jateng-DIY, Kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia DIY, Laboratorium dan Galeri Investasi BEI, vokasi Universitas Indonesia dan PT Reliance Sekuritas Indonesia tersebut.
Deputi Direktur Lembaga Jasa Keuangan dan Perizinan OJK Regional 3 Jateng-DIY Tias Retnani menilai banyaknya peserta webinar itu menandakan sinyal positif, produk investasi yang aman masih diminati warga.
"Sekolah Pasar modal ini tidak melulu tentang bagaimana menanam saham di bursa efek."
"Namun juga tentang pemahaman terhadap potensi-potensi merugikan seperti munculnya fintech illegal, investasi bodong, serta bagaimana setiap investor dapat lebih cerdas memilih instrumen investasinya," katanya.
Dia mengaku sangat apresiatif terhadap sambutan Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang bersedia membuka sarana edukasi berupa sekolah pasar modal kepada warga masyarakat agar tidak terjebak dengan iming-iming investasi berujung petaka.
Tias menuturkan saat ini literasi investasi dan inklusi pasar modal masyarakat masih sangat rendah, yaitu di bawah 5 persen.
"Kehadiran sekolah pasar modal ini membuka kesempatan luas kepada masyarakat umum untuk dapat memahami seluk-beluk investasi, sekaligus meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal," kata Tias.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang