Ribuan Wisatawan Ikuti Ritual Mandi Safar Penolak Bala di Desa Air Hitam Laut Jambi

Kamis, 22 September 2022 – 17:18 WIB
Kemeriahan ritual budaya mandi Safar yang dihelat setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabang Timur di Desa Air Hitam Laut, Jambi. Foto: Dokumentasi Tim Ekspedisi Sungai Batanghari

jpnn.com, JAMBI - Tim Ekspedisi Sungai Batanghari dari Kenduri Swarnabhumi Kemendikbudristek bergabung dengan warga Desa Air Hitam Laut untuk ikut merayakan ritual budaya mandi Safar.

Ritual budaya yang dilaksanakan setiap Rabu terakhir bulan Safar tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

BACA JUGA: Ekspedisi Batanghari Resmi Dimulai, Hadiri Festival Budaya Kampung Senaung

Namun, ritual tersebut kini menjadi festival budaya dan dihelat setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

“Awalnya, mandi Safar adalah ritual warga setempat yang dilakukan masing-masing individu secara turun temurun,” kata Sekdakab Tanjung Jabung Timur, Sapril.

BACA JUGA: Dilepas Pada Festival Pamalayu, Ekspedisi Batanghari Mulai Berlayar

Setiap tahunnya, acara mandi Safar didatangi ribuan wisatawan.

Lokasi kegiatan budaya tersebut mulai dihelat di pinggir pantai, bukan lagi di rumah masing-masing warga Desa Air Hitam Laut.

“Itu murni ritual budaya saja, bukan ritual agama. Selalu dilaksanakan pada bulan Safar tahun hijriah. Tujuannya untuk menolak bala agar warga Desa Air Hitam Laut itu bisa sejahtera,” ujar Sapril.

Penjelasan yang sama juga disampaikan Ketua Adat Desa Air Hitam Laut sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Wali Petu As'ad Arsyad.

“Mandi Safar ini ritual budaya, bukan syariat Islam. Selalu digelar setiap Rabu bulan Hijriah,” kata As'ad Arsyad.

Dia menjelaskan mandi Safar dimulai sejak matahari terbit yang dimulai dengan pembacaan doa dan lantunan salawat bersama-sama.

Kemudian dilanjutkan dengan prosesi melarungkan menara tunggal tiga tingkat setinggi hampir lima meter.

Setiap tingkatan mewakili pemahaman iman, ihsan dan Islam.

Menara tersebut berbentuk segi empat, yang melambangkan unsur penciptaan air, api, angin dan tanah.

Selanjutnya kalimat-kalimat doa dituliskan di atas 1.111 lembar daun. Untaian doa tersebut diharapkan bisa menjadi penangkal musibah.

“Jumlah daunnya harus ganjil karena angka yang baik,” terang As'ad.

Secara perlahan, ribuan orang mulai menceburkan diri ke air laut Pantai Babussalam.

Wanita dan pria tidak boleh mandi bersama. Panitia membentangkan tali sebagai pembatas.

Prosesi tersebut baru selesai menjelang tengah hari.

Ritual mandi Safar merupakan acara puncak festival kebudayaan Desa Air Hitam Laut.

Sebelumnya, para santri Ponpes Wali Petu Desa Air Hitam juga melakukan khataman Al-Qur'an.

Menurut As'ad, warga Desa Air Hitam Laut meyakini, setiap Rabu di pekan terakhir bulan hijriah akan datang 120 ribu bala.

“Makanya dilakukan proses mandi Safar untuk menolak bala tersebut,” jelasnya.

Dia menceritakan ritual ini yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu itu mulanya hanya dilakukan warga Desa Air Hitam Laut di rumah masing-masing.

Namun sejak 1965, mulai dilakukan secara masif dan terkonsentrasi di Pantai Babussalam.

Tujuannya agar ritual mandi Safar bisa lebih bermakna dan menjadi satu tradisi adat istiadat yang bisa menarik perhatian dunia.

“Insyaallah tradisi budaya ini akan terus dijaga. Terus dipertahankan karena menjadi perekat silaturahmi masyarakat Air Hitam Laut,” ujar As’ad. (mar1/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler