Rieke Dorong Negara Asia-Afrika Wujudkan Perdamaian Dunia, Ini Sebabnya

Selasa, 18 April 2023 – 22:02 WIB
Duta Arsip Nasional Republik Indonesia, Rieke Diah Pitaloka meyoroti konflik yang terjadi antar-negara. Foto: source for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Duta Arsip Nasional Republik Indonesia, Rieke Diah Pitaloka meyoroti konflik yang terjadi antar-negara.

Rieke mengajak negara-negara Asia-Afrika berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian dunia lewat teknologi informasi.

BACA JUGA: Kick Off Data Desa Presisi, Rieke Beberkan Pentingnya Integrasi Data Spasial

Menurut Rieke, saat ini perang yang terjadi antar-negara bukan hanya lewat kontak fisik. Melainkan telah bergeser ke perang data dan informasi. 

Karena itu Rieke mendorong agar negara-negara Asia-Afrika yang dulu pernah menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) kembali bersatu guna membahas masalah perdamaian dunia.

BACA JUGA: Jan Olde Riekerink: Liga Indonesia Saat Ini Butuh VAR

"Rasanya tidak berlebihan jika kita menawarkan proses pengarsipan global dengan instrument GPT (Generative Pre-Trained Transformer)," kata Rieke saat menjadi pembicara dalam Bincang Arsip: Memperingati 68 tahun Konferensi Asia-Afrika, Selasa (18/4). 

Anggota DPR RI ini menuturkan, perlu pengumpulan data dan informasi.

Asalkan, proses pengarsipan global dengan instrumen GPT itu tetap harus mengedepankan perspektif moral dan etika, sebagaimana yang ditawarkan Presiden RI ke-1 Soekarno di KAA. 

"Hidup kemasyarakatan, pemerintahan dan ketatanegaraan perlu didasarkan pada kode moralitas dan etika, yang tertinggi. Dan dalam politik kode moralitas tertinggi ialah subordinasi, ketertundukan segala sesuatu kepada keselamatan umat manusia,” ujar Rieke mengulang pernyataan Bung Karno. 

Dengan cara pandang ini, lanjut Rieke, maka pengumpulan informasi sebagai proses pengarsipan di era kontemporer yang memanfaatkan GPT, dapat digunakan sebagai instrumen konfirmasi kebenaran, keakuratan, keefektifan positif atas informasi yang disajikan. 

"Perspektif tersebut sangat penting dalam menghadapi konstelasi geopolitik saat ini, termasuk untuk menjawab tantangan narasi ketakutan 'dunia akan gelap'," kata Rieke. 

Lebih lanjut, legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengatakan, dirinya mendapatkan informasi ada pihak-pihak yang meramalkan di 2023 ini akan terjadi 'masa gelap' baik di negara-negara lain termasuk juga Indonesia.

"Analisis ini diutarakan para pihak pemilik kekuatan dalam percaturan politik global, yang agaknya ‘menular’ ke segelintir elit di Republik tercinta ini," katanya. 

Karena dengan adanya ramalan tersebut, Rieke mendorong agar negara-negara Asia-Afrika menjadi lebih waspada dan segera merumuskan strategi untuk menghadapi dan mengatasinya. 

"Di sisi lain, saya jadi bertanya-tanya, apakah ramalan ini hasil analisis yang dalam, agar dunia tak masuk ke masa gelap. Atau, justru skenario yang telah dirancang oleh para ahli yang ditugaskan sebagai ‘ahli nujum’," ucap Rieke. 

Rieke menuturkan agar negara-negara Asia-Afrika menjadikan ramalkan terkait 'masa gelap' itu dijadikan sebagai peringatan untuk waspada. 

Rieke pun mengulang pernyataan Bung Karno pada pidato di pembukaan KAA 1955 silam. 

"Ya, kita hidup dalam dunia yang penuh ketakutan, kehidupan manusia sekarang digerogoti dan getir oleh rasa ketakutan. Ketakutan akan masa depan, ketakutan akan bom hidrogen, ketakutan akan ideologi-ideologi. Mungkin rasa takut itu pada hakikatnya merupakan bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri, sebab rasa takutlah yang mendorong orang berbuat bodoh, tanpa berpikir dan membahayakan,” tutur Rieke, kembali mengulang pidato Bung Karno.

Hadir dalam peringatan 68 tahun Konferensi Asia-Afrika tersebut beberapa pihak. Di antaranya Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia beserta jajarannya, pakar hubungan internasional Prof Hikmahanto Juwana.(mcr10/pnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler