CUKUP banyak tokoh nasional yang berasal dari Pematangsiantar. Saking banyaknya, sulit menyebut jumlah pasti berapa Siantar Man yang menjadi petinggi birokrasi, petinggi militer, pengacara, dan politisi beken.
Mereka, para tokoh itu, kebanyakan merupakan produk pendidikan di Pematangsiantar. "Karena dulu Kota Siantar dikenal sebagai kota pendidikan," ujar Martin Hutabarat, vokalis Komisi III DPR itu, kepada JPNN kemarin.
Martin sendiri hanyalah satu dari sekian banyak Siantar Man yang sangat menonjol di Senayan. Di internal fraksinya, Martin juga menjadi orang penting. Selain duduk di komisi hukum DPR, dia kini juga menjadi Ketua Fraksi Partai Gerindra di MPR.
Menurut pria kelahiran Kota Pematang Siantar, 26 November 1951 itu, jika dibandingkan dengan tokoh nasional asal Medan, tokoh nasional asal Siantar lebih banyak. "Lebih banyak tokoh asal Siantar dibanding dari Medan, terutama yang di pemerintahan," ujar mantan anggota DPR dari Golkar pada periode 1987-1992 itu.
Martin menjelaskan, secara perlahan predikat Kota Siantar sebagai kota pendidikan terus menyusut. Hal ini juga berpengaruh pada sektor ekonomi. Pasalnya, dulunya sektor ekonomi sangat terdongkrak oleh status Kota Siantar sebagai salah satu kota pusat pendidikan di Indonesia. Kos-kosan untuk anak-anak sekolah dulu banyak, termasuk juga warung-warung makan untuk melayani para pelajar.
Seiring dengan bertambah padatnya penduduk Kota Siantar dan perkebunan yang mulai tergerus, tantangan sektor ekonomi harus segera mendapat perhatian. "Selain harus meningkatkan kualitas pendidikan, juga bagaimana memberdayakan ekonomi masyarakat. Sekarang jumlah penduduk Kota Siantar sudah mencapai sekitar 350 ribu orang. Ini sudah padat," ujar Martin, mantan Pemimpin Umum Surat Kabar Jayakarta (1992-1998) itu.
Sektor perkebunan juga sudah tak bisa diandalkan. "Karena sekarang perkebuanan langsung ke Medan semua," pungkas pria yang selalu jadi langganan wartawan setiap ada isu hukum yang hangat, untuk dimintai tanggapannya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Anas Injak Tanah Rencong
Redaktur : Tim Redaksi