jpnn.com - JAKARTA - Gempa bumi berkekuatan 5,7 SR dengan kedalaman 22 kilometer yang berpusat di 63 km arah baratlaut Kabupaten Dompu, NTB, diduga telah mengakibatkan meletusnya Gunung Rinjani pada Pukul 11.50 WITA, Senin (1/8).
Menurut Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, guncangan gempa yang sangat dirasakan masyarakat di Desa Tembalun, sekitar lereng Gunung Rinjani, diduga menyebabkan tekanan dari dalam perut Gunung Rinjani. Sehingga menimbulkan letusan.
BACA JUGA: Waduh...Gaji Buruh Ilegal Asal Tiongkok Gede Banget
"Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Rinjani PVMBG, secara visual letusan tidak terdeteksi karena tertutup kabut. Berdasarkan pantauan satelit Himawari dari BMKG pada pukul 11.50 WIB terdeteksi distribusi awan ke selatan. Pada pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB, abu vulkanik menyebar ke Tenggara-Barat Laut di Lombok bagian selatan," ujar Sutopo dalam pesan elektronik yang diterima.
"Adanya sebaran abu vulkanik yang masuk hingga Bandara Internasional Lombok, menyebabkan otoritas bandara dan Kementerian Perhubungan menutup operasional bandara terhitung Senin Pukul 16.55 WITA hingga Selasa (2/8) Pukul 10.00 WITA," ujar Sutopo.
BACA JUGA: 70 WN Tiongkok yang Diamankan Polda Banten Pekerja Kasar
Penutupan kata Sutopo, dilakukan dengan pertimbangan keselamatan penerbangan. Karena pilot tidak dapat secara visual melakukan deteksi dan adanya material abu vulkanik yang dapat menganggu mesin pesawat terbang.
"Aktivitas vulkanik Gunung Rinjani masih Normal. Pengamatan secara visual oleh PVMBG hingga pukul 17.30 WIB tidak terlihat adanya kepulan asap di puncak kawah. Tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Rinjani. Rekomendasi, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas pendakian atau berkunjung di dalam radius 1,5 km dari kawah Gunung Rinjani dengan puncak Barujari yang terletak di dalam kaldera Rinjani," ujar Sutopo.(gir/jpnn)
BACA JUGA: Mensos Puji Penerapan PKH di Makassar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nama Jalan Harus Bermuatan Lokal
Redaktur : Tim Redaksi