JAKARTA - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Adhyaksa Dault merasa sangat prihatin dengan nasib para nelayan di Indonesia. Meskipun memiliki kekayaan alam yang melimpah, para nelayan di tanah air belum banyak yang bisa hidup sejahtera.
"Kita dianugerahi lautan yang luar biasa, tapi belum mampu menjadikan para nelayan kita sejahtera. Bahkan, sering kali nelayan kita hanya jadi objek politik," kata Adhyaksa saat meluncurkan buku 10 Seri Pemuda dan Kelautan di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (9/6) malam.
Acara peluncuran buku ini dihadiri sekitar ratusan tamu dari berbagai kalangan, mulai pejabat seperti Dubes RI untuk AS, Dino Pati Djalal, pengusaha DR Sri Datuk Tohir, tokoh pemuda Yapto S, para pejabat, aktivis pencinta alam, politisi hingga kalangan selebriti.
Adhyaksa mengungkapkan, pemerintah sudah berupaya memberikan ribuan kapal untuk nelayan yang dianggarkan dalam APBN. Sayangnya, kata dia, dalam laporan sebuah majalah Nasional, kapal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan nelayan. "Diduga anggarannya dikorupsi, kapalnya dibikin yang seadanya sehingga tidak sesuai kebutuhan nelayan. Dalam dua tiga bulan, kapalnya sudah rusak. Yang begini ini, presiden kita tidak tahu. Mesti ada yang harus menyampaikannya kepada beliau. Saya juga mendesak KPK agar mengusut kasus ini," tambahnya.
Ditambahkan, dirinya sangat risau dengan pencurian ikan di laut Indonesia. Betapa tidak, para nelayan sudah berhasil menangkap ikan yang harganya sangat mahal, seperti tuna yang harganya bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp5 miliar per ekor, tetapi tidak bisa dibawa ke pantai karena nelayan tidak punya kapal yang layak. Sehingga, ikan-ikan itu terpaksa dijual murah kepada kapal ikan asing yang transaksinya di tengah laut.
"Nelayan kita fasilitasnya terbatas, kalau ikan yang ditangkap dibawa ke pelabuhan, ikannya sudah keburu mati. Gak ada harganya lagi. Di tengah laut, dijual kepada kapal asing dengan harga yang sangat murah. Ini memprihatinkan sekali," tambah mantan Ketua Umum KNPI ini.
Adhyaksa juga menyebutkan, sedikitnya pencurian ikan di laut Indonesia itu mencapat Rp40 triliun per tahun. Jika itu bisa dijadikan untuk penghasilan nelayan, Adhyaksa sangat yakin seluruh nelayan Indoensia akan sejahtera.
"Karena itu, kita sangat prihatin. Saya hanya bisanya membuat buku ini agar menjadi pelajaran dan pengetahuan sehingga bisa dicarikan solusi mengatasinya. Buku-buku ini saya sengaja bikin 10 seri yang ditujukan kepada anak-anak sekolah, khususnya SMU. Agar adik-adik kita memahami kekayaan laut dan para pemuda bangkit untuk membangun bangsa ini di sektor kelautan. Sehingga bangsa kita semakin sejahtera," urainya dengan panjang lebar.(fuz/jpnn)
"Kita dianugerahi lautan yang luar biasa, tapi belum mampu menjadikan para nelayan kita sejahtera. Bahkan, sering kali nelayan kita hanya jadi objek politik," kata Adhyaksa saat meluncurkan buku 10 Seri Pemuda dan Kelautan di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (9/6) malam.
Acara peluncuran buku ini dihadiri sekitar ratusan tamu dari berbagai kalangan, mulai pejabat seperti Dubes RI untuk AS, Dino Pati Djalal, pengusaha DR Sri Datuk Tohir, tokoh pemuda Yapto S, para pejabat, aktivis pencinta alam, politisi hingga kalangan selebriti.
Adhyaksa mengungkapkan, pemerintah sudah berupaya memberikan ribuan kapal untuk nelayan yang dianggarkan dalam APBN. Sayangnya, kata dia, dalam laporan sebuah majalah Nasional, kapal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan nelayan. "Diduga anggarannya dikorupsi, kapalnya dibikin yang seadanya sehingga tidak sesuai kebutuhan nelayan. Dalam dua tiga bulan, kapalnya sudah rusak. Yang begini ini, presiden kita tidak tahu. Mesti ada yang harus menyampaikannya kepada beliau. Saya juga mendesak KPK agar mengusut kasus ini," tambahnya.
Ditambahkan, dirinya sangat risau dengan pencurian ikan di laut Indonesia. Betapa tidak, para nelayan sudah berhasil menangkap ikan yang harganya sangat mahal, seperti tuna yang harganya bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp5 miliar per ekor, tetapi tidak bisa dibawa ke pantai karena nelayan tidak punya kapal yang layak. Sehingga, ikan-ikan itu terpaksa dijual murah kepada kapal ikan asing yang transaksinya di tengah laut.
"Nelayan kita fasilitasnya terbatas, kalau ikan yang ditangkap dibawa ke pelabuhan, ikannya sudah keburu mati. Gak ada harganya lagi. Di tengah laut, dijual kepada kapal asing dengan harga yang sangat murah. Ini memprihatinkan sekali," tambah mantan Ketua Umum KNPI ini.
Adhyaksa juga menyebutkan, sedikitnya pencurian ikan di laut Indonesia itu mencapat Rp40 triliun per tahun. Jika itu bisa dijadikan untuk penghasilan nelayan, Adhyaksa sangat yakin seluruh nelayan Indoensia akan sejahtera.
"Karena itu, kita sangat prihatin. Saya hanya bisanya membuat buku ini agar menjadi pelajaran dan pengetahuan sehingga bisa dicarikan solusi mengatasinya. Buku-buku ini saya sengaja bikin 10 seri yang ditujukan kepada anak-anak sekolah, khususnya SMU. Agar adik-adik kita memahami kekayaan laut dan para pemuda bangkit untuk membangun bangsa ini di sektor kelautan. Sehingga bangsa kita semakin sejahtera," urainya dengan panjang lebar.(fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Merah-Putih, TK Tak Pernah Kenal Kompromi
Redaktur : Tim Redaksi