Risiko Dihujat

Senin, 09 Agustus 2010 – 03:17 WIB
LISTRIK di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta padamHeboh

BACA JUGA: Dua Tangis dan Ribuan Tawa

Ribuan penumpang ngomel, marah dan menghujat
Terutama menghujat PLN

BACA JUGA: Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri

Dan juga tentu menghujat saya
Apalagi mati listrik itu terjadi pada waktu puncak-puncaknya: menjelang jam penerbangan pertama, di hari Jumat yang lebih ramai daripada hari apa pun, dan menjelang bulan puasa di mana banyak orang akan melakukan perjalanan suci berbakti kepada orang tua, termasuk ke kuburan mereka.

Nama PLN yang selama ini sudah buruk itu hancur lebur di Bandara Soekarno-Hatta pagi itu

BACA JUGA: Problem Baru Setelah (Nanti) Bebas Byar-Pet

Bahkan, hancur di mata seluruh bangsa IndonesiaSebuah headline surat kabar yang memang biasa mengkritik PLN menulis: Byar-pet telah memalukan bangsa!

Sungguh masuk akal bila hari itu tidak ada satu pun orang yang berpikir bahwa mati lampu di bandara tersebut bukan kesalahan PLNMasuk akal juga kalau tidak ada yang berpikir bahwa bisa saja instalasi listrik di dalam bandara itulah yang mengalami gangguanBahkan aneh sekaliMengapa UPS yang mestinya otomatis mengambil alih daya listrik secara darurat itu tidak jalan.

Begitulah hukum alamSeorang koruptor yang istrinya dua dan rumahnya mewah akan kelihatan lebih jahat daripada seorang koruptor yang lebih besar tapi istrinya satu dan rumahnya biasa saja karena berhasil menyimpan uangnya di luar negeri yang tidak ketahuan siapa pun.

Ada cerita lainnya: Kontraktor Jepang, Mitsubishi, mengerjakan pemborongan pembaruan pembangkit listrik di Muara Karang, JakartaAlat beratnya menghantam instalasi listrik dan membuat sebagian kawasan Jakarta padamHari itu nama PLN juga babak belurMasyarakat Jakarta sudah traumaBisa-bisa akan berbulan-bulan lagi terjadi pemadaman bergilirMeski hari itu listrik bisa dipulihkan dalam waktu lima jam, tapi nama sudah terlanjur hancur.

Orang tahunya PLN itu memang sudah parahTidak mungkin Mitsubishi bisa salahPasti PLN yang salahApalagi pihak Mitsubishi yang semula sudah setuju untuk meminta maaf secara terbuka ke publik, akhirnya menolakAlasannya kantor pusatnya di Tokyo tidak setujuSaya memaklumi alasan itu, karena begitu perusahaan itu minta maaf akan sangat rawan gugatanSiapa pun yang menggugat, Mistubishi akan langsung kalahSudah minta maaf, berarti sudah mengakui berbuat salahDi mata Mitsubishi barangkali muncul logika ini: sekalian saja biar PLN yang salah.

Di kota Pematang Siantar (Sumatera Utara), masyarakat yang baru saja menikmati hilangnya pemadaman bergilir bertahun-tahun, menghujat PLN lagiKali ini listrik di kota itu memang padam cukup luasPLN hanya bisa menerima hujatan itu, meski mati lampu tersebut sama sekali tidak disangka-sangkaHari itu seseorang yang lagi marah mengamuk membabi-butaIni karena jaringan di rumahnya diputus akibat ketahuan mencuri listrikDiam-diam dia pergi ke suatu tempat yang vitalMengamuk dan memutuskan jaringan penting listrik di sanaPolisi memang berhasil menangkap orang tersebut, tapi kekecewaan masyarakat yang listriknya mati tidak terobati.

Di Cianjur Selatan (Jawa Barat) masyarakat juga marahHari itu hujan angin luar biasa hebatnyaDisertai petir dan halilintarJaringan di Cianjur Selatan putusPemulihannya memerlukan waktu lebih dari lima jamKali ini PLN benar-benar salah.

Setelah diperiksa, ternyata jaringan ini terlalu panjang tanpa dipasangi LBS di tengah-tengahnyaJaringan ini panjangnya 15 kilometer tanpa LBS sama sekaliSeharusnya, setidaknya di tiap 3 kilometer dipasangi LBSDengan demikian kalau pun listrik mati karena bencana alam, akan lebih cepat memperbaikinyaTidak harus lebih lima jam seperti ituBahwa petugas harus memulihkan jaringan itu sambil mengarungi hujan badai, itu sudah biasaTapi, bahwa tidak ada LBS di tengah-tengah jaringan panjang itu, memang kesalahan sistem di PLN.

Setelah kejadian itu, seluruh Indonesia diminta memeriksa di mana saja ada jaringan yang terlalu panjang yang tidak dipasangi LBSRasanya tidak perlu dijelaskan apa itu LBS, karena begitu banyak peralatan listrik yang memang sulit dijelaskanDan tidak perluYang penting listrik jangan mati.

Ternyata memang banyak listrik mati akibat kesalahan sistem PLN seperti itu.

Yang terakhir ini kesalahan saya juga: Waktu saya ke Istana Bogor Jumat lalu, saya menyempatkan diri menemui dan berdialog dengan karyawan PLN di BogorHari sudah malamDi luar lagi hujan derasSaat itulah radio panggil petugas PLN bersuara: Lima tiang listrik di lereng Gunung Salak robohSaya bertanya, jam berapa iniSekitar jam 22.00.

Saya terus mendengarkan dialog di pesawat komunikasi ituSuaranya agak kurang jelasRupanya petugas di sisi sana lagi di tengah-tengah hujanDia sudah berusaha untuk bersuara sekeras mungkin tapi masih kalah dengan suara angin ribut"Jurangnya dalam sekali," bunyi suara di radio komunikasi itu.

Dari seberang sana terdengar pertanyaan apa yang harus diperbuatJiwa saya terbelahDi satu pihak saya membayangkan alangkah menderitanya masyarakat yang listriknya padam di lereng gunung Salak ituDi lain pihak saya bergulat dengan perasaan: Akankah saya memaksa petugas itu untuk memulihkan tiang listrik di bibir jurang yang dalam di tengah kegelapan malam yang berhujan itu? Akankah saya harus mengorbankan jiwa mereka?

Saya tercenung agak lamaKadang sebuah keputusan begitu sulitnya.

Bahwa PLN dan saya dihujat, baik akibat kesalahan sendiri maupun bukan, tidak bisa dihindariTidak ada resep yang lebih baik kecuali terus bekerja keras.

Saya hanya ingat ketika awal-awal membenahi Jawa Pos pada 1982Waktu itu begitu lemahnya Jawa Pos sehingga orang Surabaya sendiri tidak tahu di mana alamat Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun itu.

"Di mana sih Jawa Pos itu?"

"Di depan Bank Karman," jawab saya.

Bank KarmanBegitu kecilnya bank itu, tapi masih lebih terkenal daripada Jawa PosMaka timbul dendam dalam jiwa saya: saya harus membuat Jawa Pos setidaknya akan menjadi lebih terkenal dari Bank Karman! Kalau suatu saat ada yang bertanya di mana itu Bank Karman, akan saya jawab dengan gagah berani: di depan Jawa Pos!

Dendam yang sama kini muncul di jiwa sayaSaya harus membuat PLN lebih terkenal daripada bandara Soekarno-HattaDengan demikian kalau suatu saat ada mati lampu lagi di Bandara Soekarno-Hatta, orang tidak lagi menghujat PLNSaya serahkan kepada-Nya mengenai hasilnya(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Keputusan untuk Bali


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler