jpnn.com - SURABAYA - Koordinator Wilayah Timur Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu menjelaskan, para retailer tidak serta-merta langsung menaikkan harga menyikapi lemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Salah satu penyebabnya adalah bergantung para pemasok atau supplier. ''Kalau barang sudah masuk sebelum USD melonjak, harga tidak naik,'' katanya.
Dia menjelaskan, persentase komposisi barang impor di gerai-gerai retail umum masih kecil, yaitu 25 persen. Yang masih dominan ialah barang lokal. Untuk retail premium, komposisi barang impor jauh lebih besar daripada barang lokal, yaitu 55 persen.
BACA JUGA: Loyonya Rupiah, Pengrajin Tahu Tempe Mulai Resah
''Untuk kenaikan, bergantung dari supplier atau distributor yang menyuplai. Jika mereka menaikkan harga 10 persen, retailer juga menaikkan harga 10 persen,'' tuturnya.
Sementara itu, Branch Manager Sidoarjo PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Nurcahyo Rahutomo menuturkan bahwa pihaknya tidak akan langsung menaikkan harga barang saat rupiah semakin melemah. Menurut dia, saat ini pihaknya belum menaikkan harga.
Dia menjelaskan, selama ini pelemahan rupiah maupun devaluasi yuan tidak terlalu banyak berpengaruh. Sebab, sebagian besar barang mereka merupakan produk lokal. ''Hanya sebagian kecil, sekitar satu persen yang merupakan barang impor seperti permen dan mainan,'' ucapnya. (fel/c20/dio)
BACA JUGA: JK: Harga Elektronik Harusnya Tak Bergolak
BACA JUGA: JK Pastikan tak Sampai Harus Jual Dolar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perdalam Ilmu Membangun Desa, Menteri Marwan Gandeng Korea
Redaktur : Tim Redaksi