Murdoch University di Perth, Australia Barat memiliki seperangkat alat musik gamelan. Beberapa waktu alat musik  di-tuning atau disetem. Uniknya semua ritual yang biasanya dilakukan di Indonesia, tetap dilakukan di Australia, termasuk memberikan sesembahan.

Murdoch University di Perth, Australia Barat, menjadi rumah bagi seperangkat gamelan asal Jawa Timur.

BACA JUGA: Hanya Sekitar 3 Persen Petenis Bisa Hidup dari Tenis Pro

Gamelan yang kini dikelola oleh program Bahasa Indonesia di universitas tersebut diberikan di tahun 1993, sebagai hadiah bagi warga Australia Barat dari pemerintah Jawa Timur.

"Pemerintah Australia Barat meminta Program Bahasa Indonesia di Murdoch University untuk menjaga dan merawatnya," ujar Profesor David T Hill, Ketua Jurusan Studi Asia Tenggara di Murdoch University.

BACA JUGA: Polisi Gadungan Curi SIM dari Pengendara di Sydney

Profesor Hill menjelaskan program Bahasa Indonesia di Murdoch University ini seringkali mengadakan pelatihan soal gamelan. Selain itu mereka pun kerap mendapat kunjungan dari murid-murid sekolah di Australia Barat, yang ingin tahu soal gamelan.

"Lewat gamelan ini kami ingin agar membangun ketertarikan pada budaya dan bahasa Indonesia diantara anak-anak sekolahan," jelas Profesor Hill.

BACA JUGA: Buntut Eksekusi Hukuman Mati: Brasil Tarik Dubesnya, Australia Terus Melobi

Program Bahasa Indonesia di Murdoch University tidak memiliki kursus musik Indonesia, tapi mereka bekerja sama dengan konsulat jendral Republik Indonesia.

"Ada klab gamelan yang dikelola oleh konjen dan berkunjung ke Murdoch University. Tidak hanya mahasiswa yang bisa ikutan, tapi juga terbuka bagi warga lain," ujar David Hill kepada Erwin Renaldi, produser ABC International.

Pekan lalu, gamelan ini pun di-tuning atau disetem, dan tentunya tidak dilakukan dengan asal-asalan.

Instruktur gamelan dari Murdoch University, Tom Suffling, bahkan rela mendatangkan ahli gamelan Jawa Timur, Sutendri Yusuf untuk melakukannya. 

Proses menyetem gamelan pun dilakukan sama persis dengan di Indonesia, diawali dengan memberikan sesembahan.

"Kita harus meminta izin terlebih dari arwah leluhur terlebih dahulu sebelum memperbaiki, dan menawarkan mereka kopi, rokok, dan menyan," kata Pak Tendri.

Menurutnya, pemberian sesajen seperti ini bertujuan agar proses penyeteman bisa berjalan lancar.

Kemudian proses penyeteman dari 80 instrumen gamelan ini dilakukan dan memakan waktu hingga hampir seminggu.

Profesor Hill mengaku bahwa semua proses penyeteman yang dilakukan di Austrlaia harus sama persis dengan di Indonesia.

"Ini adalah gamelan yang yang sangat penting, karenanya kita benar-benar melakukannya dengan serius dan menjaganya," ujar Profesor Hill.

Gamelan ini disimpan di dalam pendopo yang sengaja dibangun oleh Murdoch University, sekitar 15 tahun lalu.

"Dalam pendopo ini kita memiliki tempat penyimpanan khusus, yang dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan," kata Profesor Hill.

"Karena kalau tidak instrumen bisa rusak, suhu yang dingin di musim dingin, atau saat kering di musim panas, bisa menyebabkan instrumen pecah atau berkarat dengan mudah," jelas Profesor Hill. "Karenanya perlu dirawat dan disimpan dengan kondisi sebaik mungkin."

Dengan pengatur suhu ruangan, tingkat kelembaban pun diatur sedemikian rupa, agar kondisi cuacanya sama dengan Jawa Timur yang lebih memiliki iklim tropis.

Murdoch University menanggap keberadaan gamelan ini tidak saja penting, tetapi menjadi lambang keakraban Australia dan Indoensia yang perlu dijaga.

"Nama yang diberikan untuk gamelan ini adalah 'Kyai Kanyut Raras', yang artinya adalah harmoni perdamaian, sementara pendopo diberi nama Rahayu, jadi ini adalah simbol yang sangat penting," ujar Profesor Hill.

Program Bahasa Indonesia di Murdoch University sendiri sudah diajarkan sejak tahun 1970-an, dan kini telah menajdi salah satu program Indonesia yang paling baik di Australia.

"Bahasa Indonesia masih bisa dikatakan cukup populer, dan pasti akan lebih populer lagi di masa mendatang. Kami berharap pemerintah Indonesia ikut mendukung apa yang telah kami lakukan di Australia untuk mempromosikan peljaran soal Indonesia," ungkap Profesor Hill.

Profesor Hill menambahkan jika pihaknya masih membuka kesempatan-kesempatan yang ada agar bisa mempromosikan budaya Indonesia agar terus dipelajari warga Australia, dan diharapkan warga bisa merasakan manfaatnya dari belajar bahasa Indonesia, baik manfaat dari sisi sosial, politik, dan ekonomi. 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengemudi ketika Mabuk, Wajib Pasang Alat Tes Ukur Nafas Alkohol

Berita Terkait