JENEWA - Para ilmuwan di Universitas EPFL di Swiss berhasil mengembangkan sebuah robot berkaki empat yang mampu berjalan layaknya kucing dan memiliki kecepatan tinggi. Robot bernama "Cheetah Cub" itu diciptakan sebagai upaya dalam rangka membuat jenis robot terbaru yang akan digunakan dalam operasi pencarian dan penyelamatan.
"Kecepatan (Cheetah Cub, red) adalah kemampuan yang dimiliki seorang manusia dewasa," ucap Alexander Sprowitz, seorang peneliti di Universitas EPFL seperti dikutip AFP, Senin (18/6).
Robot Cheetah Cub berhasil mencatat kecepatan maksimum 1,42 meter (4,65 kaki) per detik, atau hampir setara dengan 5,1 kilometer (3,1 mil) per jam. Menurutnya, Cheetah Cub merupakan robot tercepat di kelasnya. Bobotnya pun di bawah 30 kiligram.
Cheetah Cub dibalut dengan bingkai metalik setebal 20,5 cm, panjang dan 16 cm tinggi dan berat 1,1 kilogram. Robot yang ditampilkan pada ajang International Journal of Robotics Research, Senin (17/6) ini hanya memiliki ekor tanpa kepala, namun mudah dikenali sebagai sebuah robot model kucing karena kiprahnya.
Para teknisi EPFL menambahkan, tujuan membangun robot tersebut adalah untuk mendorong penelitian bidang biomekanik. Kekhususan yang ada pada desain kaki Cheetah Cub, yang membuatnya mampu berlari dengan sangat cepat dan stabil. Untuk membuat kaki robot, para peneliti menggunakan mata air untuk mereproduksi tendon dan aktuator, atau motor kecil yang mampu mengubah sebuah energi menjadi gerakan, untuk menggantikan kinerja otot.
Meski Cheetah Cub belum selincah seperti kucing sungguhan, tetapi diklaim memiliki karakteristik stabilisasi otomatis baik ketika berjalan pada kecepatan penuh, atau ketika dicoba dengan gangguan-gangguan kecil. Menurut para peneliti di Universitas EPFL, robot ini memiliki sejumlah keungguan seperti bobotnya yang sangat ringan, padat, dan kuat, serta dirakitdari bahan-bahan yang murah dan mudah didapat.
Meskipun Cheetah Cub masih dalam tahap penelitian, robot ini adalah sebuah pengembangan jangka panjang untuk kecepatan, kegesitan sebuah mesin tanah yang digunakan dalam eksplorasi, seperti misi pencarian dan penyelamatan dalam situasi bencana alam. "Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mendapat suatu pemahaman yang lebih baik bagaimana seekor hewan mampu berdiri dengan kaki mereka, serta memberikan wawasan tentang pengendalian hewan," jelas Sprowitz. (nam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... WhatsApp Segera Diblokir di Arab Saudi
Redaktur : Tim Redaksi