jpnn.com - Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Provinsi DKI Jakarta (PERHOMPEDIN Jaya) menyelenggarakan The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM). Tahun ini tepat satu dekade pelaksanaan ROICAM dan dengan berakhirnya pandemi Covid-19.
Kegiatan ROICAM 10 diselenggarakan di RS Kanker Dharmais dan simposium di Hotel Shangrilla Jakarta.
BACA JUGA: Awas Ancaman Kanker pada Popok Bayi, Bunda Jangan Asal Pilih
Menurut Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, K-HOM, M.Epid, M.Pd. Ked, FINASIM, FACP., penyelenggaraan ROICAM 10 dimulai dengan workshop dengan berbagai topik yang meliputi Nutrisi pada Pasien dengan Kanker, Tatalaksana Trombosis pada Kanker, Manajemen Infeksi pada Kanker dan Persiapan serta Penanggulangan Efek Samping akibat Kemoterapi.
Simposium pada ROICAM 10 terdiri dari 14 simposium yang dimulai dengan Plenary Lecture, simposium paralel, lunch dan dinner simposium yang mengangkat topik mulai dari kanker payudara, kanker paru, kanker usus besar, kanker nasofaring, limfoma, hingga penggunaan precision medicine Car –T Cell pada tata laksana Limfoma yang agresif.
BACA JUGA: Obat Inovatif Kanker Getah Bening Masuk Skema JKN, Bisa Diakses Banyak PasienÂ
ROICAM 10 menghadirkan pembicara dari luar negeri yaitu Prof.Peter Gibbs, MBBS, FRACP, MD dari St.Vincent Private Hospital Melbourne, Dr. Jittakarn Mitisubin dari Bangkok Hospital, Dr.Lim Zi Yi dari RS Mount Elizabeth Singapura serta Prof. Dong-Wook Kim, M.D, Ph.D Eulji University Korea.
"Selain simposium untuk tenaga nedis, ROICAM 10 juga mengadakan seminar awam dengan topik vaksin pada pasien dengan kanker, deteksi dini kanker, aktivitas fisik dan nutrisi pada pasien dengan kanker," kata Prof. Ikhwan dalam konferensi pers ROICAM 10 di Hotel Shangrilla Jakarta, Sabtu (23/9).
BACA JUGA: Berjuang Sembuh dari Kanker, Vidi Aldiano Tetap Semangat Berkarya
Dia menambahkan ROICAM 10 juga mengadakan Kompetisi Kuis Hematologi Onkologi Medis (HOST-Q) untuk para PPDS Penyakit Dalam yang bertujuan meningkatkan minat mendalami kasus kelainan darah dan kanker sehari-hari. Acara HOST-Q diikuti 15 tim PPDS dari universitas-universitas di Indonesia di antaranya USU, UGM, UNHAS, UNSRI, UNS, ULM UNBRAW dan UMM.
"ROICAM 10 membuka kesempatan kepada para dokter umum, Internis dan trainee Hematologi untuk membawakan laporan kasus dan penelitiannya karena dibuka 60 papan poster di acara bergengsi yang telah diadakan selama 10 tahun ini," tuturnya.
Pada kesempatan sama Prof. Dr. dr. Arry Harryanto Reksodiputro, Sp.PD K-HOM, FINASIM mengatakan kanker merupakan penyakit kompleks yang merupakan interaksi antara genetik, lingkungan dan menyebabkan disfungsi dari berbagai sistem organ.
Adanya mutasi DNA yang diperberat dengan rendahnya fungsi imun menyebabkan penderita kanker sering ditemukan pada stadium lanjut.
Oleh karena itu deteksi dini perlu dilakukan dalam skala yang luas kepada masyarakat umum dan terlebih pasien dengan riwayat keganasan pada keluarga.
"Kompleksitas dari penanganan dan pengobatan kanker menyebabkan ahli pengobatan kanker di negara maju menggunakan tim multidisiplin dalam pengelolaan kanker," terang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Dia menjelaskan kanker berbeda dengan tumor jinak. Sel kanker menghasilkan zat racun berupa sitokin yang berpengaruh pada tubuh pasien secara sistemik.
Sitokin ini menyebabkan pasien dengan kanker mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Gangguan metabolisme karbohidrat menyebabkan kondisi diabetes sehingga pasien kanker tidak dapat mengolah glukosa dengan baik.
Gangguan metabolisme protein menyebabkan penghancuran asam amino sehingga otot mengecil. Gangguan metabolisme lemak menyebabkan penghancuran lemak berlebihan sehingga berat badan menurun .
Sitokin dari kanker menyebabkan gangguan pada darah berupa hiperkoagulasi yang menyebabkan darah dari pasien kanker cepat membeku dan menyebabkan gumpalan sepanjang dinding pembuluh darah, suatu kondisi yang disebut dengan tromboemboli.
Gumpalan ini menyebabkan gangguan sistem jantung dan pembuluh darah sehingga banyak pasien kanker meninggal karena penyakit ini.
Hal ini diperberat dengan fakta bahwa sebagian besar pasien kanker adalah kelompok pasien lansia/geriatri yang mengidap berbagai penyakit penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, stroke.
Kanker adalah penyakit sistemik sehingga terapi kanker juga bersifat sistemik contohnya kemoterapi.
"Oleh karena itu, penting bagi seorang dokter untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang penyakit sistemik untuk dapat mendiagnosis dan menatalaksana kanker," terang Prof. Arry. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad