Obat Inovatif Kanker Getah Bening Masuk Skema JKN, Bisa Diakses Banyak Pasien 

Jumat, 15 September 2023 – 18:38 WIB
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, S.KP., M.Kes (kedua dari kanan) dalam diskusi media bertajuk Hari Kesadaran Limfoma Sedunia 2023: We Can’t Wait – to Focus on Our Feelings” yang digelar Cancer Information Support Center (CISC) dan Takeda, Jumat (15/9). Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengobatan inovatif berupa terapi target memberi harapan yang lebih besar kepada pasien kanker kelenjar getah bening limfoma Hodgkin. 

Saat ini obat inovatif untuk limfoma Hodgkin telah masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di tahun 2023 untuk indikasi limfoma tertentu, sehingga bisa diakses oleh lebih banyak pasien. 

BACA JUGA: Sibad Dioperasi Gegara Tumor Kelenjar Getah Bening, Begini Kondisinya Sekarang

“Kami mengapresiasi segala bentuk kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat mengenai limfoma Hodgkin, faktor risiko, pencegahan, hingga terapi inovatif yang sudah tersedia di Indonesia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr. Eva Susanti, S.KP., M.Kes dalam diskusi media bertajuk Hari Kesadaran Limfoma Sedunia 2023: We Can’t Wait – to Focus on Our Feelings” yang digelar Cancer Information Support Center (CISC) dan Takeda, Jumat (15/9).

Dia menjelaskan Hari Kesadaran Limfoma Sedunia yang digelar setiap 15 September didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan limfoma Hodgkin, suatu tipe kanker yang semakin umum saat ini.

BACA JUGA: Waspada! 4 Makanan ini Penyebab Timbulnya Kelenjar Getah Bening

Peringatan ini adalah inisiatif global yang kali pertama dimulai 2004, agar masyarakat mengetahui gejala, diagnosis dini, dan pengobatan semua subtipe limfoma.

Kanker kelenjar getah bening atau limfoma terbagi dari dua tipe, yaitu limfoma Hodgkin dan non limfoma Hodgkin.

BACA JUGA: Kejar Target Kepesertaan JKN, BPJS Kesehatan Resmi Meluncurkan Program Pesiar

Pada limfoma Hodgkin, kanker terjadi akibat mutasi sel B di sistem limfatik, yang ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg melalui pemeriksaan patologi. 

Berbeda dengan kanker limfoma jenis lainnya yaitu limfoma non-Hodgkin, yang tidak ditemukan adanya sel Reed-Sternberg. 

Berdasarkan data Globocan (the Global Cancer Observatory) 2020, terdapat sekitar 16 ribu kasus limfoma non Hodgkin baru di Indonesia, hampir 10 ribu kasus meninggal dunia.

Sementara, limfoma Hodgkin terdapat 1.188 kasus baru pada 2020  menempati posisi 28 dengan kasus terbanyak.

Angka ini meningkat dari data Globocan 2018 , limfoma Hodgkin menempati urutan 29 dengan 1.047 kasus baru.

Kematian akibat limfoma hodgkin mengalami penurunan, dari 574 pada 2018 menjadi 363 kematian pada 2020.

“Karenanya, akses terhadap terapi inovatif untuk pasien limfoma Hodgkin harus dipermudah,” ujar Eva.

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, di acara yang sama menambahkan kanker limfoma jenis Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening.

Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang.

Gejalanya antara lain pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan/atau pangkal paha, dan bisa disertai dengan B symptoms, yaitu demam di atas 38 C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot lebih dari 10% selama 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan yang luar biasa.

"Sebagian besar kasus limfoma Hodgkin menjangkiti usia muda yakni 15 – 30 tahun," katanya.

Pada usia dewasa yakni di atas 55 tahun meskipun secara biologis penyakitnya berbeda dengan yang terjadi di usia muda. Ditengarai ada keterlibatan dari berbagai faktor, termasuk histologi selularitas, virus Epstein-Barr, dan lain-lain.

“Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan,” ungkapnya.

Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia Shinta Caroline, menegaskan komitmen perusahaannya terkait akses pengobatan inovatif bagi pasien limfoma Hodgkin.

Mereka bisa mendapatkan terapi inovatif melalui program JKN serta Program Bantuan Pasien, yaitu Takeda BISA. 

“Kami terus berupaya lebih jauh, juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat akan berbagai penyakit,” ujarnya.

Komitmen ini diapresiasi Ketua CISC Aryanthi Baramuli Putri, apalagi, biaya pengobatan kanker sangatlah besar dan pasien membutuhkan berbagai bantuan yang bisa didapatkan untuk menjalani pengobatan hingga tuntas. 

"Program bantuan pasien akan sangat membantu meringankan beban biaya bagi pasien,” kata Aryanthi. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobile JKN Bikin Layanan BPJS Kesehatan dalam Genggaman


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler