CONCORD - Mitt Romney, 64, memantapkan dirinya sebagai calon penantang Presiden Barack Obama dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada 6 November nanti. Hal itu terjadi setelah mantan gubernur Massachusetts tersebut memenangkan suara dalam primary New Hampshire pada Selasa lalu (10/1) waktu setempat atau kemarin WIB (11/1).
Sesuai prediksi, politikus Partai Republik itu menang besar di New Hampshire. Bahkan, jauh lebih besar daripada kemenangannya di Iowa yang hanya selisih delapan suara dari rivalnya, Rick Santorum. Romney memenangi Kaukus Iowa pada 3 Januari lalu dengan mengantongi 24,6 persen suara. Santorum yang ada di posisi kedua saat itu meraih 24,5 persen suara.
Di New Hampshire, Romney mendapat dukungan lebih dari 39 persen atau unggul 16 persen daripada Ron Paul yang menempati urutan kedua. Sedangkan Santorum harus puas berada di urutan kelima (9 persen). Lebih rendah daripada perolehan suara Newt Gingrich, tetapi lebih tinggi ketimbang suara yang diraih Gubernur Texas Rick Perry.
Berbekal kemenangan di Iowa dan New Hampshire, Romney siap melenggang dalam primary di South Carolina pada 21 Januari nanti. "Obama telah kehabisan ide. Kini, dia mulai kehabisan alasan. Malam ini, kita akan meminta masyarakat South Carolina untuk bergabung dengan New Hampshire dan menjadikan 2012 sebagai tahun dimana dia (Obama) kehabisan waktu," papar Romney dalam pidato kemenangannya.
Romney yang selalu berada di peringkat pertama dalam jajak pendapat Partai Republik itu yakin bahwa dirinya akan kembali menang dalam primary di South Carolina. Demikian juga dengan primary Florida pada 31 Januari nanti. "Tidak boleh ada kesalahan. Melalui kampanye ini, saya menawarkan kebebasan ekonomi yang transparan dan ideal," janji bapak lima anak itu.
Kemenangan Romney di Iowa dan New Hampshire mencatatkan rekor bagi Republik. Itulah kali pertama calon non-incumbent menang dalam Kaukus Iowa dan primary New Hampshire sejak era mantan Presiden Gerald Ford pada 1976. Dua kemenangan itu juga membuat istri Ann Lois Davies tersebut kian percaya diri menantang Obama.
"Belakangan, beberapa kalangan Republik bergabung dengan Obama yang sedang mencoba-coba sistem ekonomi kapitalis. Tetapi, itu keputusan salah. Baik bagi partai kita maupun negara ini," tegas Romney. Menurut dia, AS telah cukup tersiksa secara ekonomi di bawah kepemimpinan Obama. Karena itu, kata dia, rakyat sebaiknya memberikan kesempatan pada kandidat lain untuk memimpin AS.
Sukses Romney menggaet suara pemilih yang semula tak punya pilihan menjadi ancaman bagi Obama. Meskipun survei terakhir menunjukkan bahwa popularitas dua tokoh beda partai itu sama-sama meningkat, tampaknya presiden 50 tahun itu harus berjuang keras untuk tetap bertahan di Gedung Putih. Terutama, karena Romney memiliki latar belakang ekonomi yang lebih baik daripada Obama.
"Kini, setelah Mitt Romney punya peluang lebih besar untuk menjadi capres Republik dan dia kian mantap dengan pencalonannya, pilpres nanti akan menjadi persaingan ketat antara Romney dan Obama," ramal Chris Jackson dari lembaga polling Ipsos. Hingga kemarin dukungan untuk Obama berkisar 43-48 persen. Dukungan Republik untuk Romney mencapai 30 persen. (AFP/AP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daftar Kuliah Berdesakan, 1 Tewas
Redaktur : Tim Redaksi