jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menyoroti tentang perjalanan toleransi di Indonesia.
“Kerukunan beragama di Indonesia sudah melampaui dari sekadar toleransi,” kata Romo Benny dalam Kanal Youtube PKUB Kemenag RI bertajuk Edisi Mampir Romo Benny.
BACA JUGA: MPR RI: Jaga Kesucian Ramadan dengan Menjunjung Tinggi Toleransi
Romo Benny membeberkan beberapa contoh tentang kerukunan di Indonesia. Salah satu buktinya, menurut Romo Benny, keberadaan Candi Seribu di Mojokerto.
Dulu, Indonesia bisa hidup bersaudara walaupun memiliki 1.000 jenis aliran keyakinan. Contohnya lainnya adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda dari berbagai suku dapat bersatu dan berikrar berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu.
BACA JUGA: Kombes Winardy: Kapolda Sudah Berkomitmen Tidak Ada Toleransi, Selain Dipidana, Pecat
“Ini membuktikan kita tidak hanya sekadar membiarkan (toleransi, red) tetapi bisa hidup rukun walaupun berbeda-beda. Kuncinya sekarang adalah dapat dimulai dari keluarga dengan penanaman nilai Pancasila,” ujar Romo Benny.
Pada kesempatan itu, Romo Benny juga merespons pertanyaan dari Ketua Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI Nifasri terkait adanya keinginan umat beragama beribadah secara langsung/offline.
BACA JUGA: Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo Sambangi Markas Besar TNI AL, Nih Tujuannya
Menurut Romo Benny, Gereja Katolik sudah mulai membuka kegiatan beribadah di tempat, namun dengan menerapkan protokol secara ketat dan hanya memperbolehkan sekitar 25 persen dari kursi yang tersedia.
“Hanya untuk jemaat yang terdaftar saja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19,” ujar Benny.
Terkait peristiwa teror di Katedral Makassar dan Mabes Polri, Benny menyatakan terorisme terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah mencari jati diri.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich