Roni Faisal tidak menganggap dirinya pahlawan.

Seorang personil kepolisian Surabaya Jawa Timur mengatakan dia hanya melakukan apa yang seorang ayah akan lakukan ketika dia bergegas mendatangi tempat kejadian bom bunuh diri untuk menyelamatkan seorang gadis kecil.

BACA JUGA: Marsupialia Australia Terancam Punah Karena Kebanyakan Seks

"Saya melihat dia masih kecil - tujuh atau delapan tahun. Wajah dan tubuhnya berlumuran darah," katanya kepada ABC.

"Sebagai seorang ayah, naluri saya mengatakan untuk menyelamatkannya. Saya mendekat, menangkapnya dan membawanya ke petugas medis."

BACA JUGA: Pengamat di Australia: Polisi Masih Jadi Salah Satu Musuh Utama Teroris

Gadis kecil itu menaiki salah satu dari dua sepeda motor yang digunakan oleh pelaku bom bunuh diri untuk meledakkan pintu masuk Markas Kepolisian Kota Besar (Mapoltabes) Surabaya pada Senin (14/5/2018) pagi. Video: Witness footage shows a young girl being carried from the blast site (Indonesian)

BACA JUGA: Trem Tua Melbourne Dijual Murah

Empat orang, seluruhnya berasal dari satu keluarga, tewas dalam ledakan itu, tetapi anak kecil itu berhasil selamat.

"Setelah beberapa saat, dia mulai bergerak tanpa daya, meminta bantuan," kata Roni.

"Orang-orang berteriak padanya, mendorongnya untuk berdiri ... sebagai manusia, saya hanya berpikir untuk menyelamatkannya, meskipun dia terlibat dalam pemboman."

Gambar amatir, yang direkam di tempat kejadian, menunjukkan gadis itu berdiri di antara sisa-sisa keluarga yang sudah meninggal, sebelum Roni membopong tubuhnya dan bergegas membawanya ke tempat yang aman.

Saat kembali bekerja pada Selasa (15/5/2018), Roni Faisal mengaku dirinya masih tidak percaya bahwa anak-anak digunakan sebagai senjata mematikan oleh orang tua mereka sendiri.

"Saya seorang Muslim juga. Tidak ada seorang pun yang melakukan hal seperti itu layak mengaku sebagai Muslim," katanya. Photo: Kepolisian Indonesia mengatakan orang tua dan 4 anaknya dibalik serangan gerangan. (Supplied)

Roni Faisal mengatakan dia berharap dapat mengunjungi gadis itu segera setelah dia pulih.

"Saya tidak tahu apa yang akan saya katakan padanya," katanya.

“Saya hanya akan memeluknya dan berharap dia masih di bawah perlindungan Tuhan."

Serangan terhadap Kantor Polisi Surabaya terjadi sehari setelah serangan lain yang melibatkan anak-anak di kota tersebut.

Enam anggota keluarga yang sama telah meledakkan diri mereka sendiri dalam tiga serangan terpisah terhadap tiga gereja di kota itu, selama kebaktian Minggu.

Dalam salah satu serangan, dua saudara perempuan, berusia delapan dan 12 tahun, diikat dengan bahan peledak dan dipimpin oleh ibu mereka ke pintu masuk ke sebuah gereja, sebelum bom diledakkan.

Pada Minggu (13/5/20180 malam, empat anggota keluarga lain juga terbunuh, termasuk dua anak, ketika sebuah bom yang sedang dirakit ayah mereka di dalam rusunawa mereka meledak.

Kota Surabaya, Jawa Timur tetap waspada, dengan melakukan patrol di jalan-jalan dan petugas bersenjata ikut berpatroli di gereja-gereja.

Di Kantor Pusat Polisi, siapa pun yang mendekati pintu masuk akan dihentikan dan ditelusuri, terutama mereka yang membawa anak.

ABC menyaksikan salah seorang ayah dipaksa melepaskan jaket yang dikenakan putranya, untuk memastikan dia bukan seorang pembom, sebelum mereka bisa mendekat. Video: CCTV vision shows the moment the bomb goes off (Indonesian)

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Australia Akan Diberi Kewenangan Periksa Identitas Orang di Bandara

Berita Terkait