Di tengah serbuan makanan dan kue yang diproses dengan cara-cara modern, roti yang dibuat dengan menggunakan cara-cara tradisional yang pernah populer pada tahun 1800-an di Australia kini kembali diminati warga di Kota Adelong, New South Wales. Pemanggangan roti dengan suhu panas yang berasal dari beberapa ton pasir pernah menjadi metode pembuatan roti tawar yang pernah populer di Australia pada tahun 1800-an. Oven pasir atau Scotch ovens semacam ini dulu marak digunakan di kawasan regional.  Namun demikian, seiring dengan era industrialisasi, oven modern buatan pabrik mengambil alih metode  pembuatan roti. Walhasil, banyak oven Scotch yang kemudian dibiarkan rusak terbengkalai atau difungsikan untuk hal lain di rumah-rumah.  Hal itulah yang ditemui oleh pasangan John Rose dan istrinya, Jane ketika mereka tiba di Kota Adelong. Mereka menemukan oven Scotch yang dicat dengan akrilik warna biru dan dijadikan sebagai ornament rumah mereka oleh pemilik sebelumnya. John Rose sebelumnya bekerja sebagai tenaga pemasaran di Sydney dan juga bekerja sebagai birokrat senior. Namun dia selalu memiliki keinginan untuk menjadi pembuat roti. Untuk mencapai cita-citanya ini, Ia kemudian membeli beberapa buah oven scotch dan juga tanah di Adelong serta pergi belajar membuat roti tawar ke San Fransisco yang dikenal dengan roti tawar khasnya. Berbekal keterampilan membuat roti tawar dari ragi yang dipelajarinya di San Francisco, pasangan ini kemudian memperbaiki ruang oven seluas garasi mobil di rumahnya yang terbuat dari batu bata yang dikelilingi oleh beberapa ton pasir. “Oven ini sangat besar dan memiliki lapisan pasir 2 ton diatas dan dibawah, sehingga membentuk semacam sekam penyimpan panas yang diamankan dengan tiang-tiang dari kayu yang biasa digunakan sebagai bantalan rel kereta api agar kokoh,” katanya. Didalam bangunan itu ada sebuah oven yang banyak digunakan oleh restoran untuk membuat pizza yang dipanggang dengan kayu bakar. Bedanya roti tawar buatan pasangan John Rose dan isterinya ini dipanggang tanpa menggunakan api. Pemanggangan dilakukan murni dari uap panas yang tersimpan di pasir yang menyerap panas dari tungku api di sebelahnya. Untuk mendapat suhu panas yang pas untuk memanggang roti tawarnya pasangan Rose ini harus menyalakan tungku api selama 3 hari. Pasir yang melapisi tungku itu kemudian akan menyerap panas dan kemudian menyalurkannya lagi ke oven setelah tungku api dimatikan. Oven tersebut ini biasanya dipanaskan hingga mencapai suhu 380 derajat baru kemudian akan dimatikan hingga suhunya mencapai sekitar 250 derajat.Butuh waktu sekitar 10 jam untuk membakar kayu di tungku agar dapat mencapai suhu maksimum. "Ketika saya memasukan dan mengeluarkan roti, udara panas dari oven akan keluar. Dan panas yang tersimpan di pasir dan bata akan menggantikannya lagi sehingga suhu di oven saya akan tetap bisa untuk memanggang,” John Rose mengaku banyak langganannya mengaku roti tawar ragi buatannya sangat berbeda dari roti yang dibuat dengan cara modern. "Anda bisa membeli roti di toko dengan mudah yang dalam proses produksinya nyaris tidak terjamah sama sekali dengan tangan manusia,” "Memang teknologinya luar biasa, tapi sejauh penilaian dari pelanggan saya ada sesuatu yang hilang yaitu aroma khas, cita rasa dan tentu saja kebaikan,” Rose mengatakan dia hanya menggunakan tiga bahan saja dalam membuat roti yaitu tepung gandum, air dan garam. "Jika roti dibuat dengan lebih dari 5 bahan, jangan beli,” katanya. Sementara itu John Rose juga menyarankan agar memakan rotinya jangan dalam keadaan masih panas tapi ketika sudah pada suhu ruang. Tapi mengingat waktu dan usaha yang dilakukan untuk membuat roti ini, Rose yakin rotinya akan habis dalam waktu singkat ketika sudah jadi. "Jika Anda membuat roti dan habis dalam waktu 5 menit, maka itu berarti mereka menyukai roti Anda. Saya akan membuatkannya lagi untuk pelanggan saya,” katanya. 

BACA JUGA: Pendukung Rio di Melbourne Sayangkan Balapan Tak Selesai, Tapi Masih Berharap

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Kucing yang Suka Mencuri Celana Dalam Pria

Berita Terkait