TEHERAN - Hassan Rowhani bakal menggantikan Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran. Kemarin (16/6) Kementerian Dalam Negeri merilis hasil penghitungan suara resmi yang menempatkan ulama moderat itu pada urutan pertama. Dengan perolehan 18,6 juta suara, tokoh 64 tahun tersebut sukses mengungguli lima pesaingnya.
"Kemenangan ini merupakan kemenangan bagi kebijaksanaan, kesederhanaan, pertumbuhan, dan kesadaran. Juga, kemenangan atas komitmen kita bersama untuk menghadapi ekstremis dan barisan sakit hati," ungkap Rowhani dalam pidato kemenangannya yang disiarkan stasiun televisi pemerintah.
Mantan juru runding nuklir itu berjanji untuk melibatkan seluruh elemen politik Iran dalam pemerintahan. Kubu moderat menyambut berita kemenangan Rowhani dengan sukacita. Begitu mendengar bahwa kandidat yang didukung sukses meraup 50,68 persen suara, mereka langsung menari dan bersorak-sorai di sudut-sudut jalan.
Tidak hanya di Teheran, massa moderat di beberapa kota besar lain juga merayakan kemenangan Rowhani dengan selebrasi di jalanan. "Hidup reformasi! Hidup Rowhani!" ucap para pendukung Rowhani.
Sebagian lain meneriakkan olok-olok bagi Ahmadinejad. "Selamat tinggal Ahmadi!" ujar mereka sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V, lambang victory alias kemenangan.
Bahkan, beberapa warga mengklaim bahwa kemenangan Rowhani tersebut sebagai kemenangan Mirhossein Mousavi yang kalah dari Ahmadinejad dalam Pilpres 2009.
"Saya belum pernah merasa sebahagia ini selama empat tahun terakhir. Hari ini akhirnya kita bisa mewujudkan apa yang kita semua cita-citakan sejak pilpres lalu. Mereka mendengar suara kita. Ini kemenangan bagi reformasi," papar Mina, seorang pemilih perempuan, melalui wawancara telepon dengan Reuters.
Dia berharap, Rowhani bisa menghadirkan perubahan yang signifikan bagi Iran. Kemarin polisi hanya berjaga di sudut-sudut jalanan kota besar Iran yang menjadi lokasi perayaan kemenangan Rowhani. Aparat terlihat santai dan tidak ada niat untuk membubarkan massa yang merayakan kemenangan kubu moderat tersebut.
Bahkan, polisi-polisi itu sesekali terlihat tertawa bersama dan berdendang bersama para pendukung Rowhani. Namun, Rowhani mengingatkan para pendukungnya agar tidak larut dalam euforia kemenangan dirinya. Sebab, ada begitu banyak tugas yang harus segera diselesaikan.
"Masalah negara ini tidak akan terselesaikan hanya dalam sehari. Kita harus bekerja keras dan menyelesaikan semua itu secara bertahap dan berkonsultasi dengan para ahli," terangnya.
Sementara itu, para pengamat politik menanggapi kemenangan Rowhani dengan beragam. Alireza Nader, pengamat politik senior di lembaga think-tank RAND Corporation, menganggap bahwa presiden terpilih tersebut tidak istimewa.
"Dia memang kalem, pragmatis, dan lebih logis dibanding politisi Iran lain. Tapi, jangan lupa. Dia adalah bagian dari sistem lama. Dia bukan reformis," tegasnya.
Kendati demikian, Nader yakin bahwa Rowhani akan menjadi pemimpin yang lebih baik ketimbang Ahmadinejad. Terutama, karena dia memiliki keahlian untuk menjembatani perbedaan antara kaum radikal dan reformis.
Alumnus Glasgow Caledonian University itu dilantik sebagai presiden pada Agustus. Sebagai pemimpin baru, dia berjanji untuk menghapuskan perpecahan dalam pemerintahan. (AP/AFP/Rtr/hep/c18/dos)
"Kemenangan ini merupakan kemenangan bagi kebijaksanaan, kesederhanaan, pertumbuhan, dan kesadaran. Juga, kemenangan atas komitmen kita bersama untuk menghadapi ekstremis dan barisan sakit hati," ungkap Rowhani dalam pidato kemenangannya yang disiarkan stasiun televisi pemerintah.
Mantan juru runding nuklir itu berjanji untuk melibatkan seluruh elemen politik Iran dalam pemerintahan. Kubu moderat menyambut berita kemenangan Rowhani dengan sukacita. Begitu mendengar bahwa kandidat yang didukung sukses meraup 50,68 persen suara, mereka langsung menari dan bersorak-sorai di sudut-sudut jalan.
Tidak hanya di Teheran, massa moderat di beberapa kota besar lain juga merayakan kemenangan Rowhani dengan selebrasi di jalanan. "Hidup reformasi! Hidup Rowhani!" ucap para pendukung Rowhani.
Sebagian lain meneriakkan olok-olok bagi Ahmadinejad. "Selamat tinggal Ahmadi!" ujar mereka sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V, lambang victory alias kemenangan.
Bahkan, beberapa warga mengklaim bahwa kemenangan Rowhani tersebut sebagai kemenangan Mirhossein Mousavi yang kalah dari Ahmadinejad dalam Pilpres 2009.
"Saya belum pernah merasa sebahagia ini selama empat tahun terakhir. Hari ini akhirnya kita bisa mewujudkan apa yang kita semua cita-citakan sejak pilpres lalu. Mereka mendengar suara kita. Ini kemenangan bagi reformasi," papar Mina, seorang pemilih perempuan, melalui wawancara telepon dengan Reuters.
Dia berharap, Rowhani bisa menghadirkan perubahan yang signifikan bagi Iran. Kemarin polisi hanya berjaga di sudut-sudut jalanan kota besar Iran yang menjadi lokasi perayaan kemenangan Rowhani. Aparat terlihat santai dan tidak ada niat untuk membubarkan massa yang merayakan kemenangan kubu moderat tersebut.
Bahkan, polisi-polisi itu sesekali terlihat tertawa bersama dan berdendang bersama para pendukung Rowhani. Namun, Rowhani mengingatkan para pendukungnya agar tidak larut dalam euforia kemenangan dirinya. Sebab, ada begitu banyak tugas yang harus segera diselesaikan.
"Masalah negara ini tidak akan terselesaikan hanya dalam sehari. Kita harus bekerja keras dan menyelesaikan semua itu secara bertahap dan berkonsultasi dengan para ahli," terangnya.
Sementara itu, para pengamat politik menanggapi kemenangan Rowhani dengan beragam. Alireza Nader, pengamat politik senior di lembaga think-tank RAND Corporation, menganggap bahwa presiden terpilih tersebut tidak istimewa.
"Dia memang kalem, pragmatis, dan lebih logis dibanding politisi Iran lain. Tapi, jangan lupa. Dia adalah bagian dari sistem lama. Dia bukan reformis," tegasnya.
Kendati demikian, Nader yakin bahwa Rowhani akan menjadi pemimpin yang lebih baik ketimbang Ahmadinejad. Terutama, karena dia memiliki keahlian untuk menjembatani perbedaan antara kaum radikal dan reformis.
Alumnus Glasgow Caledonian University itu dilantik sebagai presiden pada Agustus. Sebagai pemimpin baru, dia berjanji untuk menghapuskan perpecahan dalam pemerintahan. (AP/AFP/Rtr/hep/c18/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rowhani Rengkuh Raih 50 Persen
Redaktur : Tim Redaksi