jpnn.com - Warga Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul dalam mengikuti acara peringatan HPSN (Hari Peduli Sampah Nasional), Kamis (21/2). Meski tubuh harus berbasuh peluh.
--
BACA JUGA: TNI dan Polri Kompak Gelar Operasi Semut di Pantai Melonguane
Dari kejauhan tampak iring-iringan pengantin berbusana daur ulang. Pasangan pengantin diperagakan oleh Dimas Diajeng Gunungkidul dengan delapan orang pengiring warga Pantai Kukup. Semuanya mengenakan busana daur ulang.
Busana tersebut dibuat oleh pegiat bank sampah yang tergabung dalam Perkumpulan Yogyakarta Green and Clean (PYGC). Pengantin dan pengiringnya berjalan mengarah ke ikon Pantai Kukup.
BACA JUGA: Seluruh Jajaran Lanal Babel Bergerak Menuju Pantai
“Butuh dua hari saja untuk merancang busana yang dikenakan Dimas Diajeng,” kata Erni, sang perancang busana daur ulang.
Di tangan pegiat bank sampah sampah plastik disulap menjadi busana pengantin nan eksotik. Fesyen berkarakter. Sekaligus bernilai ekonomis. Soal ide diperoleh dari internet. Erni mengubah bahan kain dengan sampah plastik. Lewat HPSN diharapkan bisa menggugah kesadaran masyarakat. Bahwa sampah pun bisa memiliki nilai ekonomi.
BACA JUGA: Contohlah Para Polisi Ini, Bersihkan Sampah di Pasar Tradisional
Bagi Fatika Aulia, salah seorang peragawati, mengenakan busana daur ulang menjadi pengalaman tak terlupakan. Karena busana dari bahan sampah plastik itu nyata.
“Saya bangga bisa ikut melestarikan sekaligus mengenalkan wisata pantai dengan berbusana daur ulang ini,” ujar Diajeng Gunungkidul itu.
Peringatan HPSN ini merupakan agenda Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul. Acara itu menjadi momentum DLH untuk memamerkan hasil pelatihan daur ulang sampah. Selain busana daur ulang, banyak produk berbahan sampah daur ulang turut dipamerkan di acara itu.
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa pengelolaan sampah bisa menjadi sesuatu yang menarik,” ujar Kasi Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup, DLH Gunungkidul Dwi Wiyani.
“Sampah daur ulang bahkan bisa menjadi bagian atraksi wisata unik, sehingga memancing pengunjung untuk datang,” tambahnya.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi turut berkomentar setelah melihat atraksi siang itu. Dia lantas berpesan kepada masyarakat. Agar tidak memandang sampah sebelah mata. “Jika mampu mengolah, sampah memiliki nilai seni maupun ekonomi,” tuturnya.
Saking antusiasnya dengan atraksi busana daur ulang, Immawan lantas berujar. Dia akan menyumbang Rp 5 juta bagi pasangan pengantin yang saat menikah bersedia mengenakan busana daur ulang.
Itu semata-mata sebagai wujud apresiasinya akan kepedulian masyarakat terhadap sampah dan lingkungan. “Semoga (uang itu, Red) manfaat,” katanya.
Ketua Perkumpulan YGC Istiadji Subekti mengatakan, guna menyambut HPSN tahun ini sejumlah kegiatan pendukung sudah digelar. Seperti reresik pantai dan pelatihan daur ulang. Juga kegiatan rutin Jumat Wage dan Jumat Legi yang melibatkan 150 pedagang di Pantai Kukup menjadi momentum pelatihan dan reresik pantai.
"Kita harus jadikan momentum HPSN sebagai sarana edukasi pengelolaan sampah. Dan kegiatan HPSN tidak berhenti pada seremoni belaka, melainkan ada jejak dan kesinambungan kegiatan setelahnya," tegasnya.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Kukup menyambut baik peringatan HPSN dipusatkan di wilayahnya. Selain serius mengikuti pelatihan yang digelar, mereka juga berniat terus mengelola sampah dengan lebih baik.
Ada delapan pelatihan berbasis sampah. Mulai ecobrick, anyam sachet, linting koran, boneka tutup botol, tempat tisu ale-ale, bunga kresek, dan lainnya. (yog)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerakan Indonesia Bersih, Sudahkah Kamu Tertib Buang Sampah?
Redaktur & Reporter : Soetomo