RSUD Tarakan Disuntik Dana Rp 10 Miliar

Senin, 07 Mei 2012 – 10:34 WIB

PELAYANAN kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat, dinilai belum memadai. Hal inilah yang menyebabkan, seringnya pasien yang berobat ditolak dengan alasan penuh. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang beberapa waktu lalu meninjau RSUD Tarakan, juga sempat mengeluarkan kritik.

Direktur Utama RSUD Tarakan, Koesmedi Priharto, mengakui kondisi kelas III memang belum maksimal. Untuk itu, ia  berencana meningkatkan kualitas ruang rawat inap kelas III. Peningkatan ruang rawat inap kelas III ini dilakukan agar pasien dapat dirawat diruang yang lebih manusiawi, higienis dan nyaman. Untuk mewujudkan rencana ini, RSUD Tarakan sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10 miliar pada tahun ini.

Direktur Utama RSUD Tarakan, Koesmedi Priharto, mengatakan pada tahun 2011, pihaknya sudah melakukan perluasan rawat inap menggunakan anggaran dalam APBD 2011. Perluasan itu berupa penambahan tempat tidur daru 277 tempat tidur menjadi 461 tempat tidur. Dari total jumlah tempat tidur tersebut, sebanyak 269 tempat tidur atau 72 persennya diperuntukan untuk ruang perawatan kelas III.

“Selama ini RSUD Tarakan termasuk rumah sakit milik Pemprov DKI yang favorit bagi warga kelas menengah ke bawah. Karena sudah terjadi penambahan ruang rawat inap dan perawatan di kelas III, maka kami juga ingin menambah kualitas ruang inap kelas III agar tidak kalah dengan ruang inap kelas I atau VIP,” kata Koesmedi, Jakarta, Minggu (6/5).

Dia mengungkapan, pada tahun anggaran 2012 ini, peningkatan kualitas ruang rawat inap kelas III akan dilakukan berupa memberikan alat pendingin atau air conditioner (AC) di setiap ruangan yang saat ini hanya menggunakan kipas. Dengan begitu pasien tidak lagi kepanasan, melainkan akan bertambah nyaman selama menjalani perawatan di kelas III

“Selain itu kita juga mau membuat gas kota untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Juga melakukan perbaikan di beberapa ruangan. Dan kalau anggarannya masih cukup, kami mau menutup kali yang ada ditengah-tengah rumah sakit ini dengan tali baja dan diberikan tanaman merambat. Ini dilakukan untuk menuju konsep go green,” ujarnya.

Menurutnya, total anggaran yang dialokasikan untuk peningkatan kualitas ruang rawat inap kelas III yang dianggarkan dalam APBD 2012 adalah sebesar Rp10 miliar. Sebelumnya, pada tahun 2011, pihaknya telah mendapatkan anggaran sebanyak Rp52 miliar untuk pembangunan gedung Critical Care Center dan pembelian peralatan medis berstandar internasional sebesar Rp67 miliar.

“Kami harap dengan peningkatan kualitas pelayanan RSUD Tarakan, semakin tinggi juga pelayanan kesehatan yang kami berikan kepada warga Jakarta. Khususnya warga yang miskin dan tidak mampu,” tuturnya.

Sebab, paparnya, selama ini hampir sebagian besar pasien yang dirawat di RSUD Tarakan merupakan pasien yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), yaitu sebanyak 32,28 persen. Selain itu, banyak pasien kelas III yang dirawat dengan jenis pelayanan kartu Gakin 7,33 persen, Jamsostek 2,59 persen dan Jamkesmas 1,5 persen.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati menegaskan, Pemprov DKI sedang melakukan upaya meningkatkan kualitas RSUD DKI. Beberapa RSUD sudah mengembangkan diri agar tidak kalah dengan rumah sakit swasta yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah DKI.

 “Sebetulnya semua RSUD di DKI sudah cukup baik. Seperti RSUD Cengkareng, RSUD Pasar Rebo dan RSUD Koja. Ketiganya sudah memiliki peningkatan pelayanan khususnya kelas III. Bahkan RSUD Koja saat ini sedang dalam proses pembangunan penambahan ruang rawat inap kelas III. Kita harapkan ruang rawat inapnya bisa mencapai 400 tempat tidur,” tandasnya. (wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Marak PKL, Pasar Gembrong Semrawut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler