jpnn.com, JAKARTA - Portal Rumah Belajar yang dikembangkan Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan (Kemendikbud), makin populer.
Tercatat, portal Rumah Belajar ini sejak 2011 hingga 2020 sudah digunakan 14 jutaan orang dengan tingkat kunjungan 157 juta.
BACA JUGA: Komisi X DPR RI: Maksimalkan Rumah Belajar Kemendikbud saat PJJ
"Ini tentu angka yang tidak main-main untuk sekelas website pemerintah. Biasanya jarang sekali orang mengakses website pendidikan," kata Plt Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusdatin Kemendikbud), M. Hasan Chabibie, pada Seminar Virtual Menyongsong Tahun Ajaran Baru Bersama Rumah Belajar sekaligus memperingati capaian Rumah Belajar Kemendikbud yang ke-9 tahun, Rabu (15/7).
Capaian ini, lanjutnya, cukup istimewa. Mengingat proses panjang perjalanan Rumah Belajar dari 2011 sampai 2020 banyak lika-likunya.
BACA JUGA: Anak Belajar dari Rumah, Alat Keperluan Sekolah Tetap Perlu Penyegaran
Banyak sekali konten yang kemudian coba dihadirkan. Banyak sekali fitur yang coba kemudian dimutakhirkan.
"Banyak juga fasilitas yang sudah kami berikan termasuk melakukan pelatihan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang hasil akhirnya salah satunya adalah para duta Rumah Belajar," tuturnya.
BACA JUGA: Malam Hari, Tanti Didatangi Orang Mengaku Polisi, Dibawa Keliling, Oh Ternyata
Di masa pandemi COVID-19, kata Chabibie, banyak hal yang harus diperhatikan supaya nyala api belajar siswa betul-betul bisa terjaga.
Berbulan-bulan tidak ada aktivitas tatap muka, tidak ada aktivitas interaksi fisik antara guru dengan peserta didik, yang ada adalah interaksi virtual.
"Tentu dibutuhkan banyak sekali inovasi-inovasi supaya nyala api belajar peserta didik kita ini terjaga," ucapnya.
Dia menambahkan, banyak pihak resah dengan situasi ini. Guru-gurunya juga mungkin mengalami keterbatasan bagaimana menyampaikan materi digital.
Sementara siswa butuh informasi menarik dari dunia maya sehingga lebih termotivasi pada saat mereka belajar menggunakan semua media daring.
"Itu sebabnya, inovasi menjadi kunci dari semuanya sehingga TIK di sekolah bisa meningkatkan kualitas pembelajaran maupun layanan," tegasnya.
Pemerintah, lanjut Chabibie, mencoba memaksimalkan semua kebijakan sumber daya manusia, konten, software, hardware yang memungkinkan kolaborasi satu dengan yang lain.
Sehingga proses belajar dari rumah menggunakan e-learning misalnya atau satuan pendidikan yang memanfaatkan semua Tools administrasi yang sudah di develope yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
"Jadi teknologi hari ini betul-betul menjadi kunci yang membuka gerbang transformasi pendidikan kita untuk kemudian masuk ke abad 21. Walaupun ini didorong oleh situasi pandemi tetapi saya pikir kita bisa mengambil berkah dan pelajaran di balik musibah ini," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad