LUMAJANG – Rumah pribadi Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar dibakar orang tak dikenal dini hari kemarin (18/7). Untungnya, warga setempat sigap dan berhasil memadamkan api yang menyambar pintu depan rumah kosong tersebut.
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Jember di lokasi kejadian, rumah pribadi Masdar di Kelurahan Jogotrunan, Lumajang Kota, ramai didatangi masyarakat setelah terbakar. Meski masih dini hari, mereka tetap berbondong-bondong melihat rumah pria yang terpilih lagi sebagai Bupati Lumajang itu.
Menurut informasi, mula-mula warga mendengar bunyi ledakan. Mereka lalu mencari sumber suara ledakan. Ternyata, warga mendapati bagian depan rumah pribadi Masdar terbakar. ’’Apinya sudah besar,’’ kata Sugito, warga setempat.ââ¬Â¨Mengetahui itu, warga berusaha memadamkan api. Namun, gerbang rumah yang terkunci membuat warga sulit masuk. ’’Akhirnya, gerbang dibuka paksa,’’ ujar warga lain yang mengetahui kejadian tersebut.
Setidaknya, ada lima warga yang berusaha memadamkan api. Mereka mula-mula menarik kursi kayu yang terbakar tepat di depan pintu. Kursi yang sudah dilalap api tersebut berhasil dipadamkan. Selanjutnya, warga memadamkan api di pintu rumah yang juga terbakar itu.
Sugito menambahkan, kebakaran yang lebih besar bisa dicegah karena warga kompak memadamkan api. Jika terlambat, rumah pribadi bupati tersebut pasti bakal habis dilalap si jago merah. Sebab, saat warga datang, api sudah besar. ’’Warga di sini kompak. Apalagi, warga tahu rumah yang dibakar adalah rumah bupati yang terpilih,’’ jelasnya.
Dia meduga, pelaku lebih dulu masuk ke halaman rumah Masdar. Setelah masuk, dia menaruh kursi di depan pintu dan menyiramkan bensin. Agar leluasa melarikan diri, pelaku sengaja menyiramkan bensin hingga ke samping rumah di sisi barat. Selanjutnya, dia memantikkan api dari luar pagar sisi barat rumah Masdar. ’’Bumm… Api langsung menyambar,’’ terangnya.
Sareh, warga lain, menambahkan, meski ada suara ledakan, dirinya meragukan suara tersebut dari bondet (petasan raksasa, Red). Dia menduga, ledakan itu berasal dari jeriken bensin. Sebab, bunyi ledakannya tidak seperti petasan atau bondet. ’’Bunyinya berbeda,’’ ungkapnya.
Untuk menjangkau target, diduga, pelaku lewat persawahan. Meski rumah Masdar di pinggir jalan raya Jember–Lumajang, di samping rumah itu ada gang yang terhubung dengan persawahan di belakang. Di gang itu, selain ditemukan sebilah celurit, ditemukan pula sebuah botol minuman mineral yang isinya sudah diganti dengan bensin.
Percikan bensin ditemukan di lokasi tersebut. Polisi yang mengetahui kejadian itu meluncur ke lokasi kejadian. Mereka memasang garis polisi di pintu gerbang.
Dini hari itu pula polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Kasatreskrim Polres Lumajang AKP Kusmindar memimpin olah TKP. Tetapi, setelah olah TKP selesai, dia enggan memberikan pernyataan.
Sementara itu, keluarga Masdar yang kali pertama datang ke lokasi adalah Indah Amperawati. Didampingi sang suami, Indah melihat langsung rumah kakaknya yang terbakar. Selang beberapa saat, Masdar menyusul datang ke lokasi didampingi istrinya.
Dia langsung masuk rumah. Bersama istrinya, dia melihat kondisi rumahnya. Masdar menyatakan, kejadian tersebut bagian dari cobaan. ’’Ini hanya cobaan, tidak ada faktor lain. Ini adalah musibah yang manusiawi,’’ ujarnya.
Cobaan tersebut, dia melanjutkan, bisa terjadi pada semua orang tanpa pandang bulu, termasuk pada dirinya. Meskipun menjabat bupati, dia tetap manusia biasa yang bisa mendapat musibah.
Saat ditanya apakah peristiwa itu merupakan rentetan dari pilkada yang baru saja selesai, Masdar membantah. Menurut dia, peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan pilkada maupun putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memenangkan dirinya. ’’Ya tidak lah, tidak ada rentetan dari MK. Ini murni musibah,’’ tegasnya.
Mengenai antisipasi setelah peristiwa itu, dia menyatakan, tidak ada langkah khusus untuk melindungi diri, keluarga, dan asetnya. Dia yakin Allah akan melindungi diri dan keluarganya. ’’Saya yakin Allah yang akan melindungi saya. Jadi, tidak ada langkah antisipasi lain,’’ tuturnya tenang.
Dia menegaskan, tidak ada korban dalam kejadian tersebut. Kerugian material pun tidak sebegitu besar. Namun, dengan adanya kejadian itu, banyak yang memberi masukan agar rumah pribadinya dijaga satpam atau tukang kebun.ââ¬Â¨
Dikonfirmasi secara terpisah, Kapolres Lumajang AKBP Singgamata menjelaskan, pihaknya masih mendalami peristiwa itu. ’’Ada tiga saksi yang masih kami mintai keterangan,’’ terangnya. Semua saksi merupakan orang yang tahu bagaimana awal amukan api yang membakar rumah pribadi Masdar. (wan/fid/har/jpnn)
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Jember di lokasi kejadian, rumah pribadi Masdar di Kelurahan Jogotrunan, Lumajang Kota, ramai didatangi masyarakat setelah terbakar. Meski masih dini hari, mereka tetap berbondong-bondong melihat rumah pria yang terpilih lagi sebagai Bupati Lumajang itu.
Menurut informasi, mula-mula warga mendengar bunyi ledakan. Mereka lalu mencari sumber suara ledakan. Ternyata, warga mendapati bagian depan rumah pribadi Masdar terbakar. ’’Apinya sudah besar,’’ kata Sugito, warga setempat.ââ¬Â¨Mengetahui itu, warga berusaha memadamkan api. Namun, gerbang rumah yang terkunci membuat warga sulit masuk. ’’Akhirnya, gerbang dibuka paksa,’’ ujar warga lain yang mengetahui kejadian tersebut.
Setidaknya, ada lima warga yang berusaha memadamkan api. Mereka mula-mula menarik kursi kayu yang terbakar tepat di depan pintu. Kursi yang sudah dilalap api tersebut berhasil dipadamkan. Selanjutnya, warga memadamkan api di pintu rumah yang juga terbakar itu.
Sugito menambahkan, kebakaran yang lebih besar bisa dicegah karena warga kompak memadamkan api. Jika terlambat, rumah pribadi bupati tersebut pasti bakal habis dilalap si jago merah. Sebab, saat warga datang, api sudah besar. ’’Warga di sini kompak. Apalagi, warga tahu rumah yang dibakar adalah rumah bupati yang terpilih,’’ jelasnya.
Dia meduga, pelaku lebih dulu masuk ke halaman rumah Masdar. Setelah masuk, dia menaruh kursi di depan pintu dan menyiramkan bensin. Agar leluasa melarikan diri, pelaku sengaja menyiramkan bensin hingga ke samping rumah di sisi barat. Selanjutnya, dia memantikkan api dari luar pagar sisi barat rumah Masdar. ’’Bumm… Api langsung menyambar,’’ terangnya.
Sareh, warga lain, menambahkan, meski ada suara ledakan, dirinya meragukan suara tersebut dari bondet (petasan raksasa, Red). Dia menduga, ledakan itu berasal dari jeriken bensin. Sebab, bunyi ledakannya tidak seperti petasan atau bondet. ’’Bunyinya berbeda,’’ ungkapnya.
Untuk menjangkau target, diduga, pelaku lewat persawahan. Meski rumah Masdar di pinggir jalan raya Jember–Lumajang, di samping rumah itu ada gang yang terhubung dengan persawahan di belakang. Di gang itu, selain ditemukan sebilah celurit, ditemukan pula sebuah botol minuman mineral yang isinya sudah diganti dengan bensin.
Percikan bensin ditemukan di lokasi tersebut. Polisi yang mengetahui kejadian itu meluncur ke lokasi kejadian. Mereka memasang garis polisi di pintu gerbang.
Dini hari itu pula polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Kasatreskrim Polres Lumajang AKP Kusmindar memimpin olah TKP. Tetapi, setelah olah TKP selesai, dia enggan memberikan pernyataan.
Sementara itu, keluarga Masdar yang kali pertama datang ke lokasi adalah Indah Amperawati. Didampingi sang suami, Indah melihat langsung rumah kakaknya yang terbakar. Selang beberapa saat, Masdar menyusul datang ke lokasi didampingi istrinya.
Dia langsung masuk rumah. Bersama istrinya, dia melihat kondisi rumahnya. Masdar menyatakan, kejadian tersebut bagian dari cobaan. ’’Ini hanya cobaan, tidak ada faktor lain. Ini adalah musibah yang manusiawi,’’ ujarnya.
Cobaan tersebut, dia melanjutkan, bisa terjadi pada semua orang tanpa pandang bulu, termasuk pada dirinya. Meskipun menjabat bupati, dia tetap manusia biasa yang bisa mendapat musibah.
Saat ditanya apakah peristiwa itu merupakan rentetan dari pilkada yang baru saja selesai, Masdar membantah. Menurut dia, peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan pilkada maupun putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memenangkan dirinya. ’’Ya tidak lah, tidak ada rentetan dari MK. Ini murni musibah,’’ tegasnya.
Mengenai antisipasi setelah peristiwa itu, dia menyatakan, tidak ada langkah khusus untuk melindungi diri, keluarga, dan asetnya. Dia yakin Allah akan melindungi diri dan keluarganya. ’’Saya yakin Allah yang akan melindungi saya. Jadi, tidak ada langkah antisipasi lain,’’ tuturnya tenang.
Dia menegaskan, tidak ada korban dalam kejadian tersebut. Kerugian material pun tidak sebegitu besar. Namun, dengan adanya kejadian itu, banyak yang memberi masukan agar rumah pribadinya dijaga satpam atau tukang kebun.ââ¬Â¨
Dikonfirmasi secara terpisah, Kapolres Lumajang AKBP Singgamata menjelaskan, pihaknya masih mendalami peristiwa itu. ’’Ada tiga saksi yang masih kami mintai keterangan,’’ terangnya. Semua saksi merupakan orang yang tahu bagaimana awal amukan api yang membakar rumah pribadi Masdar. (wan/fid/har/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penolak Pemekaran Simalungun Gagal Temui DPR
Redaktur : Tim Redaksi