jpnn.com - jpnn.com - Di Kampung Lawas Maspati ada salah satu rumah yang cukup terkenal karena dianggap rumah tua yang sudah lama berdiri.
Warga sekitar ada yang menyebut Rumah 1907 sesuai dengan tahun pembangunan yang tertera salah satu bagian rumah tersebut.
BACA JUGA: Kampung Lawas Maspati, Tempat Tumenggung Era Keraton
Hendra Indy Hastono - Wartawan Radar Surabaya
Ada juga yang hanya menyebut dengan Rumah Lawas. Rumah tersebut juga pernah menjadi markas tentara.
Rumah itu kini tampak kecil dihimpit dengan bangunan baru di sekelilingnya.
Rumah tersebut tidak lagi digunakan sebagai rumah tinggal, namun sudah beralih menjadi jujukan para wisatawan yang datang ke Kampung Maspati.
Berarsitekur Jawa dengan cat putih krem, rumah tersebut masih terawat dengan baik.
Kusen pintu dan jendela dicat warna cokelat. Di depan gerbang pagar juga dilengkapi hiasan bendera merah putih lengkap dengan simbol negara, yaitu burung garuda.
Rumah milik Soemargono itu kini sudah berpindah tangan ke cicitnya, Rahmadi.
“Dulu rumah ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dan pemuda Maspati,” jelas Rahmadi melalui telepon.
Rahmadi sekarang memang sudah memiliki rumah sendiri di kawasan Sidoarjo. Meski telah ditinggal sejak 5 tahun yang lalu, keluarga mereka masih merawat rumah bersejarah ini dibantu warga Maspati.
Perabot di dalamnya pun masih lengkap. Dan asli Rahmadi menceritakan, rumah 1907 ini dulu pernah digunakan saat pertempuran 10 November 1945.
Sedangkan untuk perjuangan sebelum itu tidak banyak yang bisa digali. Kabarnya Bung Tomo pun juga mengunjungi kampung Maspati.
Di rumah yang hanya terdiri atas dua kamar tidur, ruang tamu, teras dan dapur seadanya itu para pejuang menyusun strategi,” tegas Rahmadi.
Sebetulnya rumah ini kurang tepat bila disebut menjadi markas tentara. Tetapi karena prajurit Indonesia sering mengadakan pertemuan di rumah 1907, maka oleh warga dianggap menjadi markas tentara.
Rahmadi menjelaskan, kakek buyutnya adalah salah satu pejuang yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Waktu itu belum bernama TNI. Entah kakeknya ikut yang Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atau Angkatan Pemuda Indonesia (API) dia tidak terlalu ingat.
“Yang jelas kakek buyut saya dulu sukarela ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Surabaya ini,” pungkasnya.
(nur/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi