Kelelahan akibat beban kerja COVID-19, Loui berhenti dari pekerjaannya sebagai perawat unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit swasta di Filipina awal tahun ini.

Perempuan berusia 30 tahun, yang menolak memberikan nama belakangnya karena khawatir akan keselamatannya ini adalah satu di antara ribuan pekerja medis yang mengundurkan diri selama pandemi.

BACA JUGA: Bendera Merah Putih Berkibar di Bawah Laut Sabang

Ia mengeluhkan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk, sementara perawat lain mencari pekerjaan yang lebih baik di luar negeri.

"Kami bahkan tidak bisa mengambil hari libur yang layak karena kami sering dipanggil kembali untuk menggantikan staf lain yang dikarantina atau mengundurkan diri," kata Loui, yang berpenghasilan 20.000 peso (sekitar Rp5,7 juta) sebulan, termasuk lembur, sebelum dia berhenti pada bulan Maret lalu.

BACA JUGA: Panglima TNI Sampaikan Rasa Bangga Atas Dedikasi Nakes dan Nonkesehatan

Rumah sakit khawatir maraknya pengunduran diri tersebut  mencapai titik kritis tepat ketika varian Delta membuat jumlah kasus melonjak, seperti yang terjadi di tempat lain di Asia Tenggara dan di seluruh dunia.

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Filipina (PHAPi) memperkirakan sebanyak 40 persen perawat rumah sakit swasta mengundurkan diri tahun lalu, tetapi jumlah itu diperkirakan bertambah seiring dengan gelombang infeksi baru tahun ini. Rumah sakit umum juga menghadapi tantangan serupa.

BACA JUGA: Kapolri Minta Izin Memimpin Penghormatan Kepada Tenaga Kesehatan

"Jika kita ingin meningkatkan jumlah tempat tidur, itu mudah, tetapi masalahnya adalah komponen keperawatan," kata presiden PHAPi, Jose Rene de Grano, kepada Reuters.

Lebih dari satu setengah tahun pandemi, infeksi virus corona yang dilaporkan di Filipina telah melonjak menjadi lebih dari 1,75 juta, tertinggi kedua di Asia Tenggara, sementara angka kematian telah menembus 30.000. Banyak perawat mengalami 'demoralisasi'

Presiden Asosiasi Perawat Filipina Melbert Reyes mengatakan dia khawatir rumah sakit akan kehilangan banyak perawat yang mengundurkan diri jika tuntutan mereka untuk tunjangan dan kondisi yang lebih baik tidak terpenuhi.

"Banyak perawat kami mengalami demoralisasi," kata Reyes kepada Reuters.

Pemimpin serikat pekerja di beberapa rumah sakit di zona merah minggu lalu mengancam akan mogok, sementara kelompok perawat memperingatkan bahwa puluhan perawat akan mengundurkan diri karena tunjangan dan tunjangan yang belum dibayar.

Auditor negara pekan lalu melihat selisih "kekurangan" senilai 67,3 miliar peso (sekitar Rp19 triliun), yang menimbulkan keraguan pada keteraturan transaksi terkait dalam respons pandemi oleh Kementerian Kesehatan.

"Tetapi apakah uang itu telah dicuri, itu murni omong kosong," kata Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam pidato nasional mingguan Senin malam.

Daya tarik pekerjaan dengan gaji lebih baik di luar negeri juga mempersulit pengisian lowongan perawat, kata Donnel John Siason, presiden serikat pekerja di rumah sakit Universitas Santo Tomas.

Tahun ini hampir 7.000 perawat telah pindah ke luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat dan Inggris, dan bergabung dengan ratusan ribu perawat Filipina lainnya yang sudah bekerja di luar negeri.

Dave Santos, seorang perawat berusia 39 tahun di Rumah Sakit Umum Kota Quezon, mengatakan dia berharap untuk meninggalkan Filipina juga.

"Kami memberikan yang terbaik," kata Santos, ayah dari tiga anak. "Tapi kami hanyalah orang-orang yang lelah dan kami memiliki kebutuhan."

Reuters

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa.

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mypets Group Beri Pinjaman Alat Oksigen Concentrator kepada Pasien Covid-19

Berita Terkait