jpnn.com, BARI - Badan khusus kriminalitas Uni Eropa, Europol memberi label gelombang serangan siber di lusinan negara sebagai malapetaka yang tingkatnya belum pernah terjadi.
Europol mengatakan serangan tersebut memerlukan penyelidikan internasional yang kompleks untuk mengidentifikasi penyebabnya. Dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP, Europol siap bekerja sama dengan negara atau perusahaan-perusahaan yang terkena serangan tersebut.
BACA JUGA: Lusinan Negara Kena Serangan Siber, Renault Tangguhkan Produksi
Gelombang serangan siber ini membuat kehebohan di sejumlah negara, terutama di Eropa. Beberapa rumah sakit di Inggris menjadi korban. Mereka khawatir data-data pasien diakses pelaku.
Dari Prancis, produsen mobil Renault mengatakan serangan siber memaksa mereka untuk sementara menghentikan kegiatan produksi. Kementerian Dalam Negeri Rusia juga disebut-sebut terkena serangan.
BACA JUGA: Hacker Sasar Situs Polda Riau
Nah, Sabtu (13/5) ini, pertemuan menteri-menteri keuangan dari negara yang tergabung dalam G7 (Kanada, Prancis, AS, Jerman, Italia, Jepang, dan Britania Raya) di Bari, Italia juga meluangkan waktu khusus membahas soal serangan siber.
Menteri Ekonomi dan Keuangan Italia, Pier Carlo Padoan mengatakan, dalam diskusi mereka sepakat untuk memerangi serangan siber.
BACA JUGA: Hacktivist Merajalela, Badan Siber Harus Segera Ada
Pertemuan para menteri keuangan G7 itu juga menggagas komitmen peningkatan kerja sama internasional mengenai serangan siber yang pada Jumat (12/5) melanda hampir 100 negara.
Serangan itu berpotensi mengancam sistem keuangan global jika hacker menyusup ke sistem komputer perbankan global, pasar modal dan ekuitas. "Insiden siber merupakan ancaman bagi ekonomi. Penanganannya harus menjadi prioritas," ujar Padoan. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tampilan Website PN Negara Berubah Gambar Ahok
Redaktur & Reporter : Adek