Rumitnya Memindah Pohon Langka Baobab dari Subang ke Kampus UI

Perlu Dua Hari untuk Pindahkan Dua Pohon

Minggu, 19 Desember 2010 – 08:02 WIB
Kepala Tim Pemindahan Pohon Baobab UI, Harun A Gunawan jelang pemindahan pohon Baobab di Subang, Jawa Barat. FOTO: Dok Pribadi/JPPhoto

Komitmen Universitas Indonesia (UI) menjadi kampus terhijau di Indonesia tidak main-mainSalah satunya dilakukan dengan menanam 10 pohon Africanbaobab

BACA JUGA: Fera Arsiantie, Perempuan di Balik Pembelian 17 Tank Amfibi Rusia

Padahal pohon-pohon langka yang rata-rata berbobot 80 ton itu harus dipindahkan dari Subang ke kampus UI Depok sejauh 150 km.
----------------------------------------------
ZULHAM MUBARAK, Depok
---------------------------------------------
DAHI Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri mengernyit
Matanya tajam menatap sebuah maket dan foto berukuran kartu pos yang tergeletak di meja kerjanya pada pekan pertama Agustus silam

BACA JUGA: Kisah Para Mantan TKI yang Memanen Sukses di Tanah Air

Sejurus kemudian, dia menulis secarik catatan dan menyerahkannya kepada tim yang beranggota sejumlah pakar tanaman.  Hari itu, rencana yang disebut mission impossible itu pun harus dapat terwujud: memindahkan 10 pohon Africanbaobab yang berdiameter rata-rata 3-5 meter dari pedalaman Subang, Jawa Barat, ke kampus UI Depok


"Waktu itu, saya sedikit pesimistis

BACA JUGA: Keseharian Nazriel Irham alias Ariel di Rutan Kebon Waru, Bandung

Tapi, alhamdulillah berkat bantuan banyak pihak pohon itu kini melengkapi koleksi ragam tanaman di kampus UI," ujar Gumilar ketika ditemui di kantornya, Jumat (17/12)Pemindahan pohon berukuran 16 pelukan orang dewasa tersebut belum tuntas benarDi antara 10 pohon yang direncanakan, tim baru bisa memindahkan tujuh pohonKini, pohon bernama latin Adansoia digitata itu telah tertanam di halaman gedung rektorat UI

Pohon-pohon tersebut diperkirakan sudah berusia lebih dari seabad (100 tahun)Rata-rata bertinggi 20 meterSelama ini, pohon-pohon itu hidup di lahan kantor Regional 1 PT Sang Hyang Seri Sukamandi, Ciasem, Subang, dan di kebun tebu PT PG Rajawali II di Desa Manyingsal, Cipunagara, SubangTentu saja pemindahannya tidak bisa dibilang mudahSebab, pohon-pohon itu semula berada di tengah perkebunan, kemudian dibawa melintasi jalan-jalan sempit, perumahan penduduk, hingga jalan tol sebelum sampai di UI.

Gumilar mengungkapkan, yang dilakukan tim UI itu sepadan dengan kegunaan dan fungsi pohon yang disebut superfruit atau buah super tersebutInisiatif awalnya bermula dari perjalanan Gumilar dua tahun lalu ke EropaKetika di Jerman, dia membaca sebuah artikel di media yang menyebutkan keistimewaan pohon Africanbaobab atau Adansonia digitata.

Berdasar penelitian ilmiah, pohon tersebut sangat bermanfaatDaunnya lezat menyerupai daun kemangi, bisa dimakan mentahBuahnya juga enak menyerupai cempedakKandungan vitamin C-nya enam kali lebih banyak dari jerukKandungan potasiumnya enam kali lebih banyak dari pisangKalsiumnya dua kali lebih tinggi dari susuBegitu pula, zat besi, antioksidan, dan magnesiumnya sangat tinggi.

Setelah kembali ke tanah air, Gumilar mendapat informasi tentang keberadaan pohon asli Afrika itu di SubangWarga menyebut pohon tersebut dengan sebutan Ki Tamblek karena identik dengan sesuatu yang mistis serta menyeramkanDitengarai, pohon itu ada di Subang karena dibawa penjajah BelandaYang luar biasa, di antara 10 pohon langka tersebut, ada yang sudah berusia 700 tahun.  "Karena itu, kami ingin pohon itu menjadi magnet baru bagi peneliti UI dan dikonservasi di sini," ungkap Gumilar.

Menurut Harun AGunawan, ketua tim pemindahan pohon baobab UI, teknis pemindahan dalam sekali perjalanan membutuhkan waktu satu sampai dua mingguTujuh pohon itu diangkut dalam empat kali perjalananDalam tiga perjalanan pertama, tim berhasil memindahkan masing-masing dua batang pohonPada pengangkutan keempat, tim hanya mampu memindahkan satu pohon"Yang keempat itu yang paling sulit karena paling besar," ujar Harun.

Sebelum memindahkan pohon, UI memberangkatkan tim advance yang terdiri atas konsultan ahli tanaman dan tim teknis yang membidangi operasi alat beratTugas tim advance tidak hanya menyurvei di lapangan, tapi juga membuka akses bagi alat berat yang akan menuju lokasi pemindahanJika jalur menuju lokasi terlalu sempit, tim akan melebarkannya

Tim juga mengukur semua panjang tikungan dalam jalur pemindahanTermasuk, mengukur lebar serta tinggi gate (pintu) jalan tol yang akan dilalui trailer pengangkut pohon raksasa ituTim pun perlu waktu seminggu untuk "membersihkan" jalurUI mendapat bantuan dari PT Waskita Karya yang menyediakan alat berat sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR)PT Waskita menyediakan trailer dan dua crane serta backhoe untuk tiap proyek pemindahan

Harun menuturkan, setidaknya dibutuhkan 40 orang yang bekerja selama 10 jam secara bergantian untuk bisa mencabut pohon raksasa tersebut dari akarnyaProsesnya dilakukan super hati-hati untuk menghindarkan pohon tidak sampai terluka yang bisa berakibat fatal

Setelah akar berhasil dicabut, pekerjaan mereka semakin rumitMenurut Harun, menaikkan pohon seberat 80 ton dengan posisi tidur ke atas trailer merupakan salah satu bagian terumit dari proses pemindahan pohon BaobabPohon dengan diameter rata-rata 5 meter dan tinggi 20 meter itu hampir tidak mungkin diletakkan secara pas di bak trailerApalagi, bentuk batangnya tidak sepenuhnya bundar, melainkan agak lonjongTim harus mencoba berkali-kali sebelum menemukan letak yang paling pas sehingga trailer sepanjang 20 meter itu bisa melewati jalan dan gate tol dengan mulus"Proses menaikkannya saja perlu waktu sekitar 14 jamHarus super hati-hati agar pohon tidak sampai terluka dan bergeser ketika di jalan," katanya.

Untuk penyangga, tim menaruh sekitar 100 karung tanah, pupuk, dan sekamTim memilih memindahkan pohon saat malam untuk menghindari kemacetan dan cuaca yang bisa membuat pohon layuPerjalanan dari Subang ke kampus UI yang biasanya bisa ditempuh selama empat jam (termasuk kena macet), saat mengangkut pohon Baobab, menjadi 11-12 jam"Pemindahan dari lokasi setidaknya butuh dua hari, termasuk penggalian dan lama transportasi," kata Harun.

Sesampai di kampus UI, pekerjaan yang cukup menyita tenaga kembali dilakukanYakni, penanaman kembali pohon raksasa ituUntuk menjaga agar pohon tetap bisa hidup, tim mendatangkan pasir dari Malang, Jawa Timur, sebanyak 800 karung untuk setiap pohonPasir itu digunakan untuk menjaga agar pohon tetap lembap dan bisa tetap berposisi tegakTim juga menambahkan hormon pertumbuhan, pupuk kandang, serta memastikan posisinya berhadapan dengan arah matahariPenanaman ulang itu membutuhkan 14 jam untuk setiap batang pohon.

Tenaga tim ikut terkuras habisHarun, misalnya, kini sedang mengalami flu berat dan kondisinya drop karena mengawal evakuasi yang semua dilakukan semalam suntukKini, daun-daun baru mulai tumbuh di sebagian pohon ituHarun berharap kerumitan dan kesulitan proses pemindahan akan terbayar dengan hasil penelitian para mahasiswa UI tentang khasiat serta manfaat baru pohon langka tersebut"Semoga semua ini berguna bagi kemanusiaan," ujarnya(*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berpolitik Sembari Mengikuti Jejak Wali


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler